Page

27 Mei 2014

Anakmu, Anakku, atau Anak Kita

Mungkin ada yang pernah (atau sering) mendengarkan pernyataan seperti ini di keluarga, "Mami... anakmu ini gak bisa bantu orangtua," keluh seorang ayah. Atau, kali ini giliran ibu yang berkata, "Papa... Anakmu itu lho... nonton TV terus kerjaanya," Yang saya tekankan di sini adalah kata anakmu.

Terdengar lucu ya, padahal anak itu adalah anak mereka. Anak hasil bikinan berdua. Kok, pakai kata anakmu? Harusnya kan anak kita. Hehe.

Secara alamiah, manusia memang paling senang menyalahkan orang lain. Jadi, ketika mengalami sebuah masalah, yang disalahkan ialah orang lain. Ketika anak bermasalah, lalu menuding adalah kesalahan itu adalah karena salah satu pihak, "Anakmu..." Coba kalau anak itu membanggakan, misalnya dapat juara kelas, maka yang dikatakan adalah, "Ini baru namanya anak Papa...", "Hebat nih anak Mama..." Tuh kan. Kalau yang bagus-bagus, diakui sebagai hasil jerih payah usahanya. Yang jelek-jelek, kasih ke orang lain saja. Hehehe.

"Anakmu" atau "anakku" bukanlah istilah yang tepat. Harusnya itu "anak kita". Mungkin terlalu berlebihan saya memperkarakan istilah "anakmu" dan "anakku". Yang ingin saya sorot di sini adalah saya sekadar mengingatkan bahwa anak adalah hasil buah cinta Ayah dan Ibu, dari soal fisik hingga soal perilaku. Baik-buruk anak adalah bentukan dari Ayah dan Ibunya. Tidak bisa menyalahkan salah satu pihak.

Masyarakat yang masih konvesional memang berpendirian Ayah adalah pencari nafkah sementara Ibu adalah pengurus rumah tangga dan pengasuh anak. Karena itu ada sentimen bila anak tidak bertumbuh kembang dengan baik, pastinya itu salah asuh Ibunya. Tidak mengherankan bila anak lebih dekat dengan Ibu daripada Ayah. Tetapi, apakah itu mengharuskan Ayah cuek-cuek saja dengan perkembangan perilaku anak, entah itu persoalannya di sekolah, persoalannya di rumah, maupun di tempat lain?

Namun di kehidupan modern sekarang menuntut Ibu juga harus menjadi pencari nafkah. Karena kehidupan keluarga zaman sekarang tidak cukup bila hanya mengandalkan pemasukan salah satu pihak. Nah, kalau kasus yang begini, siapakah yang harus terlibat dalam membesarkan dan merawat anak?

Pendapat saya, sebagaimana anak diciptakan karena kerja sama antara Ayah dan Ibu plus ditambah cinta, demikianlah membesarkan juga mendidik sang anak haruslah kerja sama antara Ayah dan Ibu.

Ayah, Ibu jangan menuding kesalahan kepada salah satu pihak bila itu terkait dengan anak. Marilah saling berkomunikasi lalu mengupayakan yang terbaik untuk anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar