Page

12 Juli 2011

Sidang Skripsi dan Curahan Hati

Hari ini seharusnya menjadi hari yang menegangkan bagi saya. Tetapi, sayangnya malah saya harus duduk manis di depan komputer dan blogging. *lho, apa coba ya... Namun, emang benar kok. Hari ini adalah hari yang menentukan bagi sejumlah mahasiswa S1 Psikologi untuk lulus menjadi seorang Sarjana Psikologi. Yah, bisa Anda tebak sendiri. Hari ini, dan sampai minggu depan, adalah sidang skripsi. Sayangnya, saya tidak menjadi bagian dalam persidangan tersebut. Berarti, saya mesti melanjutkan kehidupan perkuliahan di semester esok.

Sidang, selalu menjadi kata-kata yang tidak mengenakkan. Semua orang tidak mau disidang, sama halnya Prita Mulyasari yang kalah di persidangan dan harus menerima hukuman penjara 6 bulan, akibat kasus pencemaran nama baik. *kenapa jadi ngomongin Prita Mulyasari? Tetapi, khusus untuk sidang skripsi, suka atau pun tidak, bagi seorang mahasiswa adalah tuntutan yang mesti dilewati. Jika kalah dalam persidangan, emang tidak sampai masuk penjara, palingan sakit hati karena mesti mengangsur biaya kuliah lagi, dan kembali memelototi tumpukan jurnal...

Mengapa saya sampai tidak bisa ikut sidang skripsi bulan ini? Jawabannya, karena saya orang yang perfeksionis, mengerjakan sesuatu teramat perfek, supaya hasil skripsi saya perfek, saya melanjutkan kembali mengerjakan skripsi di semester berikut. Haha. Tentu saja, ini hanya sebuah rasionalisasi. Alasannya, lebih rumit dari itu. Saya pun masih suka bertanya-tanya, "Kenapa saya bisa sampai terlambat menyelesaikan skripsi?" Kenapa begini, kenapa begitu... Banyak kata kenapa muncul, dan saya bingung pula menjawabnya.

Saya jadi teringat dengan ucapan Fabio Capello, pelatih timnas Inggris di Piala Dunia 2010. Ketika itu, timnas Inggris agak terseok-seok di babak penyisihan, nyaris tidak dapat lolos ke putaran berikutnya. Ketika lolos ke putaran berikutnya, Inggris kalah telak melawan timnas Jerman. Don Fabio lalu mengomentari permainan timnas Inggris, "Saya tidak mengharapkan hasil yang terbaik, tetapi juga tidak mengharapkan hasilnya akan menjadi seburuk ini." Jika disangkut-pautkan dengan skripsi , maka saya pun juga ingin mengatakan hal yang sama dengan Anda, Don... "Saya tidak mengharapkan skripsi saya akan mendapatkan nilai A, tetapi saya juga tidak berharap skripsi saya harus tertunda untuk disidangkan."

Meskipun saya sudah mencoba mengikhlaskan (masalah itu), saya juga masih suka bertanya-tanya, kenapa masa depan (skripsi) saya harus mengecewakan seperti ini? Jujur, saya tidak sedih, karena saya tahu apa yang saya alami bukan serta-merta adalah kesalahan saya secara pribadi. Tetapi, sebagai orang biasa, saya merasa sedikit kecewa akan hal ini.

Well, saya memang tidak pernah menyangka jika saya akan mengalami hal seperti ini. Saya biasanya (meskipun tidak selalu) mengerjakan tugas kuliah dengan tepat waktu, tetapi kali ini saja, saya tidak berhasil. Masa depan saya... mengapa harus begini? Lalu, saya membuat sebuah simpulan tersendiri, mungkin masa depan itu adalah urusan Tuhan, sedangkan urusan manusia adalah di masa kini.

Kemarin, ketika Debbie, teman saya, bertanya "Sidang (hari) kapan? Pengujinya siapa?" Lalu, saya menjawab, "Gue gak sidang Juli ini. Haha" Dan Debbie membalas lagi, "Ooo. Jangan putus asa, Fren. Semua indah pada waktunya... Semoga sukses ya."

Indah pada waktunya? Ya, saya percaya bahwa segala sesuatu akan indah pada waktunya, meskipun saya tidak tahu pasti, kapan keindahan itu terjadi? Seperti yang saya sudah tuliskan sebelumnya, masa depan mungkin bukan urusan saya, itu urusan Tuhan; urusan saya adalah urusan masa kini, mengerjakan apa yang saya nikmati.

Terima kasih untuk virus optimisnya Debbie, dan selamat menjalani persidangan untuk teman-teman saya. Semoga lancar dan berjalan dengan sukses.