Page

19 Mei 2012

Wisuda: Sebuah Penantian Panjang

Bahkan kemarau panjang bisa terhapuskan meski hanya dengan hujan sehari

Itu artinya, saat kita sedang dalam keadaan ketika mesti menunggu sesuatu/seseorang begitu lama, tetapi rasa sebal menunggu itu bisa langsung terlupakan saat orang/barang yang ditunggu itu muncul. Malah yang muncul adalah rasa lega dan dan happy. Ah, akhirnya datang juga.

Nah, kalimat di atas pas banget menggambarkan suasana hati mereka yang sedang merayakan wisuda.

Empat tahun atau lebih lamanya seseorang berkuliah: Berjuang melahap buku-buku tebal yang bikin sebal, berjibaku melawan tugas-tugas yang menghadang sampai badan meradang, lalu mesti menumpaskan tugas akhir bernama skripsi yang bisa buat perasaan jadi depresi. Tetapi, kejengkelan dan penderitaan itu bisa segera lenyap saat tiba hari ketika kita memakai toga dan bergembira bersama merayakan kelulusan itu.

Sebenarnya hal-hal tadi itu lebih kepada apa yang rasakan pada hari ini: Sabtu, 19 Mei 2012. Adalah hari wisuda Untar ke-59. Jadi, kalian bisa mengatakan kalau saya sekarang adalah seorang sarjana. Hehe.

Sejak ada situs jejaring sosial, wisuda memang topik yang "sesuatu banget". Tapi, memang "sesuatu banget" sih rasanya pakai toga. Kayak lagi di dunia "Harry Potter" gitu. Cuman gak ada sapu dan tongkat aja. Hahaha..

Tiap kali ada wisuda, selalu ada ucapan selamat yang hilir-mudik berdatangan. Banyak terima kasih dari saya untuk kalimat-kalimat "selamat" itu.

Adik-adik yang belum merasakan wisuda, bersabar saja. Waktu itu pasti akan datang.

Tidak selamanya musim kemarau, hujan pasti akan turun...

Penantian panjang itu pasti akan datang...

7 Mei 2012

Dari Jakarta Menuju Bogor Untuk Sebuah Pernikahan

Sabtu, 5 Mei kemarin, saya pergi menuju ke Bogor bersama teman-teman, yaitu Endy, Lanny, Ririn, dan Devi. Eitss... bukan untuk berlibur, melainkan mengikuti resepsi pernikahan salah satu sahabat kuliah saya, yaitu Oktaviana. Oktaviana atau yang biasa dipanggil Via, adalah teman saya dari Bogor. Rumahnya memang di Bogor dan dia selalu pulang-pergi rumah-kampus yang memakan waktu lebih dari 2 jam hanya demi meraih gelar sarjana psikologi. Wah, wah berat sekali ya perjuangannya. Makanya, saya pernah menyamakan dia dengan tokoh bernama Lintang (salah satu tokoh dari novel Laskar Pelangi yang rela menempuh jarak yang jauh dari rumah sampai ke sekolah, bahkan mesti menunggui buaya lewat dulu, hanya demi menuntut ilmu). Saya pun kini bisa merasakan betapa lamanya perjalanan dari Grogol (kami berlima naik mobilnya Lanny kumpul di Untar dulu) menuju Bogor, plus dibumbui terjangan hujan yang deras sekali.

Pernikahan Via dan pasangan hidupnya, Rikson dilangsungkan di New Lebak Wangi Garden Resto. Kalau dari nama tempatnya, jelas pernikahan mereka dilakukan di restoran dengan suasana perkebunan. Ah, sayangnya hujan kembali turun deras... Bogor memang kota hujan. Momen demi momen pernikahan pun sedikit terganggu oleh hujan dan genangan air. Tentu, acara tetap berjalan dan kemeriahan tetap terjadi. Yang namanya kebahagiaan memang seharusnya jangan dipengaruhi oleh keadaan lingkungan. Tetapi, untunglah saat pasangan pengantin hendak memasuki tenda, hujan belum turun. Tampaknya cuaca mampu mengerti dan bersabar menunggu kedua pasangan, termasuk pihak keluarga memasuki ke dalam tenda terlebih dulu.

Hujan membuat ruang gerak kami agak terbatas. Semua tamu yang hadir mencoba melindungi diri dari air hujan sehingga suasana tenda menjadi sedikit sesak. Sayang, kami tak bisa berlama-lama, tetapi tentu tidak lupa foto-foto bareng :)




By the way, beberapa teman saya yang lain di antaranya pun sudah menikah, seperti teman SD saya Wilindayati; kemudian teman kuliah saya, seperti Budi Andhika, Rezky, Devina, Yolannia, Melissa, dan Dora. Tapi, pernikahan Via adalah spesial, bukan karena hujannya, tetapi karena ini pertama kalinya saya diundang dalam pernikahan teman saya sendiri. Hahaha.

Undangan Pernikahan Rikson-Via



Dan, saya masih menunggu undangan pernikahan dari sahabat-sahabat saya yang lain :D