Judul: Honey Money
Pengarang: Debbie
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2010
"Debbie telah memperlihatkan kepada kita bahwa pengalaman pahit kehidupan (khususnya percintaan) bisa diubah menjadi sebuah karya yang manis, semanis madu (honey) dan tentunya membuahkan uang (money) untuk dirinya sendiri."
Itu adalah kalimat yang saya tulis sebagai testimoni novel teenlit Honey Money, karya Debbie.
Honey Money adalah novel yang sangat remaja. Remaja yang masih dengan pemikiran bahwa mewah adalah segalanya. Maka, cerita ini mengetengahkan ketiga tokoh: Cewe sederhana yang mau cari pacar tajir, cowo tajir tetapi matre, dan seorang cowo lain yang juga belakangan diketahui mau memacari cewe tajir. Ketiganya dibelit oleh satu persoalan, yaitu cinta.
Prity "Dee" Diana. Ia cewe sederhana, meski dengan kehidupan yang hampir sempurna. Punya sahabat-sahabat, tetangga, dan keluarga yang baik dengannya. Tetapi, kesempurnaannya terusik oleh satu hal: Ia tidak punya pacar (honey) dengan uang (money) yang banyak. Untungnya, kehidupannya berjalan bak kejatuhan bintang.
Dee menemukan pacar idealnya itu di pesta ultah temannya. Rendy Alexander: Cowo tajir yang keren, romantis, dan hal-hal sempurna lainnya. Jika susah membayangkan cowo demikian, boleh bayangkan Edward Cullen deh. Awalnya, Dee mengira Rendy adalah cowo impiannya. Segalanya sudah mau berjalan sempurna. Namun, sampai meninggalnya ibu tiri Rendy menguak sebuah kebenaran, Rendy tidak sekaya yang Dee pikir.
Novel remaja kebanyakan menghadirkan kisah berakhir bahagia. Bukan akhirnya yang penting, melainkan bagaimana penulis mengakhiri kisahnya, itulah yang penting. Dan menurut saya pribadi, Debbie memberikan akhir kisah yang sedikit mengandung kejutan bagi mereka yang baru membaca pertama kali tulisannya. Sayangnya, bagi saya kejutan itu tidak terlalu mengejutkan. Karena proses ending-nya tidak berbeda jauh dengan novel perdananya, Not Just A Fairy Tale. Yaitu, sepasang kekasih yang saling mencintai, kemudian harus saling berpisah karena suatu hal, lalu bertemu kembali. Sebuah repetisi. Repetisi terkadang bisa menjadi gaya khas penulis, tetapi bisa pula menjadi kelemahan. Mari kita tunggu seperti apa kelak novel ketiganya.
Hanya saja, Honey Money dari segi konsep karakter, dialog, sampai plot memang sudah lebih terkemas lebih apik daripada Not Just A Fairy Tale, yang menurut saya lebih mirip cerita pendek, tetapi dibuat panjang-lebar. Sebuah kemajuan yang baik. Good job, Deb. I really like this novel.
Honey Money jelas menjadi oke, karena segala hal yang terkait dengan isi ceritanya tersangkut paut dengan kisah hidupnya. Setengah kisah Honey Money adalah setengah kisah hidup Debbie. Setengah kisah hidup Debbie hanyalah seperempat kisah hidup saya. Jangan langsung berpikir yang macam-macam dulu. Membaca Honey Money membuat saya terkenang kembali dengan kehidupan SMA saya. Ya, saya dan penulis bersekolah di SMA yang sama.
Ah, Permata Cup, permusuhan anak IPS dan anak IPA, ada segerombolan anak yang rela telat masuk sekolah demi merayakan ultah seorang temannya, kemudian prom nite dengan bertukar api lilin (meski aslinya tidak di Bali), semuanya adalah nyata dan pernah ada. Terlebih lagi, nama-nama teman-teman Dee: Liana, Sandra, Suhendra, Tutut, Anthony, sampai nama-nama guru Dee: Pak Kusnandar, Ibu Damayanti, Ibu Hastuti, Ibu Julita, juga semuanya nyata dan pernah ada.
Ah, hati saya pun menjadi ngilu. Kisah hidup saya di SMA memang tidak seseru Debbie. Memang kan nama saya tidak ada di novel ini. Seperti yang sudah saya katakan, saya hanya menjadi seperempat kisah hidup Debbie. Bagian yang kecil, mungkin sangat kecil. Tetapi, saya tetap bangga pernah punya teman seperti Debbie. Dia adalah teman yang hebat yang pernah saya kenal. Dia telah membuat sebuah mahakarya yang akan selalu diingat oleh semua orang yang pernah ambil bagian dalam hidupnya.
Oya, jika saya perhatikan Not Just A Fairy Tale terinspirasi dari ceritanya pas SMP, lalu Honey Money terinspirasi dari ceritanya pas SMA, bisa dibilang kisah novelnya berkembang seiring kisah hidupnya. Mari kita doakan semoga kisah hidupnya selalu bahagia. Dengan demikian, kita kan membaca kisah-kisah bahagia di novel selanjutnya.
Meski tidak dijadikan sponsor, banyak tempat-tempat makan yang disebutkan dalam novel ini lho, seperti Pancious, Cheese Cake Factory, Mie Tarik Laiker, Warung Tekko, dan lain-lain. Jadi, novel ini pun bisa dijadikan rujukan tempat nongkrong atau tempat kencan anak muda. Hahaha.
P.S. Ilustrator dalam Honey Money adalah Sandra P. K. Saya kenal Sandra memang pandai menggambar karikatur. Gak ada salahnya kan, kalau Sandra dan Debbie berkolaborasi membuat sebuah komik. Hehehe.