Page

27 Juni 2012

Jangan Terlalu Galau Karena Cinta

Cinta, pasangan, pacar, kekasih… Sering jadi topik obrolan para anak muda. Rasanya seru sekali membahas persoalan yang satu ini. Rasanya seru sekali jika kita mengetahui siapa nama gebetan teman kita. Rasanya aneh sekali kalau sudah beranjak ke umur 20 puluh tahun, masih melajang. Rasanya aneh sekali jika kita suka seseorang, tetapi tak berani bilang. Dan berbagai macam rasa lainnya.

Dan, cinta itu topik yang sering kali digalaukan oleh muda-mudi zaman sekarang di dunia sungguh berisik bernama Twitter. Pantas saja, cerita-cerita cinta dan lagu-lagu cinta masih laku, karena pasarnya masih banyak. Masih banyak orang yang butuh wawasan mengenai seluk-beluk cinta, sebuah perasaan yang membingungkan ini.

Saya masih ingat waktu salah satu teman saya jatuh cinta. Demi alasan kepatutan, saya tak akan sebutkan nama dan jenis kelaminnya. Obrolannya di chatting menjadi agak ”kacau”. Dia jadi sering sebut-sebut nama pujaannya itu, padahal tidak ada korelasinya dengan topik obrolan kita saat itu. Lagu-lagu cinta yang biasa cuman buat hiburan semata seakan-akan bisa jadi soundtrack yang pas untuknya. Lalu juga, belum tentu cintanya diterima, tetapi dia sudah berani berandai-andai ia kan ganti status di Facebook menjadi in a relationship. Gila benar, jika diibaratkan komputer, pasti otaknya seperti terserang virus. Semua file-nya terhapus dan diganti file dengan judul nama orang yang disukainya. Untunglah, cita-cita cintanya kesampaian. Cintanya diterima. Kalau tidak, I dunno.

Kemudian belakangan ini, saya juga berkenalan dengan seorang teman. Jatuh cinta juga masalahnya. Sayangnya, ia jatuh cinta dengan orang berpunya. Maksudnya, sudah punya pacar. Tetapi, ia sulit ikhlas menerima status pujaannya itu. Katanya, ia sudah sayang. Dan, ia yakin sang pujaannya juga sama sayangnya dengannya. Berkali-kali ia meminta saya untuk memerhatikan kondisi batin dan fisik sang pujaan. Kebetulan saya kenal dekat dengan orang yang ia puja. Saya betul-betul bisa merasakan perhatiannya yang dalam. Padahal, apa bagusnya orang yang disukainya itu. Cakep enggak, kaya enggak, pinter enggak. Seperti itukah rasanya jatuh cinta?

Bagaimana dengan saya sendiri? Jujur saja, saya orangnya agak tertutup membicarakan masalah cinta. Bahkan, belum ada seorang pun ada yang bisa menebak siapa orang yang saya cinta. Hehe. Saya pun datar-datar saja menanggapi teman-teman saya yang lagi jatuh cinta. Sebagai orang biasa, pastinya saya pernah merasakan hati berdesir, hati cenat-cenut, dan badai perasaan lainnya. Hanya ya... Mungkin kalian bisa bilang saya yang penakut atau pemilih.

Saya pun teringat waktu saya membantu penelitian dosen saya mengenai penyebab-penyebab stres pada individu dewasa. Ada yang menarik, banyak yang menuliskan stres mereka, salah satunya, stres tidak punya pacar. Eh, ada juga yang punya nasib serupa dengan saya. Hehe. Dan, itu tidak hanya cowok, cewek ada juga lhoo... Tidak punya pacar adalah stres? Jangan sedih dulu. Ternyata, banyak pula yang menuliskan stres karena bertengkar dengan pasangan. Nah lho, punya pacar bikin stres atau menghilangkan stres?

Pacar hanyalah sebuah kondisi, menurut saya. Itu tergantung kita bagaimana menjalani hidup. Kita bisa stres karena kondisi batin kita sendiri. Punya pacar, lalu menikah sebenarnya bukan tujuan hidup manusia kok. Lihat para pastor, lihat para biksu. Mereka bisa bahagia tanpa menikah. Kenapa masih ada yang galau dalam urusan cinta atau pasangan? Adalah bombardir media dan lingkungan (keluarga atau teman sebaya) yang memaksa kita mesti punya pacar. Itulah yang menyebabkan kita stres. Faktanya, tanpa menikah dan tanpa berpacaran, kita tidak akan mati sendirian, ya kan?

Tetapi, saya bukan anti orang berpacaran ya. Menurut saya, lebih baik kita lebih banyak bersenang-senang di hidup ini, daripada menghabiskan waktu memikirkan kapan malaikat cinta turun ke hati kita, atau pun pusing memikirkan strategi menggaet gebetan kita. Galau karena cinta sebenarnya sah-sah saja. Tetapi, tolong jangan terlalu berlebihan ya. Nanti, bila waktunya tepat, yang namanya pacar itu pasti akan datang dengan sendirinya.

16 Juni 2012

Bintang Lima Benar-Benar Menjadikan Dewa Sebagai Bintang

Sedari SD dulu saya senang mendengar lagu. Ditemani sebuah mini compo yang masih ada sampai sekarang (meski volumenya sudah rusak dan gak bisa diatur sesuai kehendak hati), saya dulu sering stay tune mendengar Cakrawala. Walau kebanyakan saya nggak paham arti lagunya, karena Cakrawala siaran yang kebanyakan memutar lagu mandarin. Lagu Indonesia juga diputar, tetapi gak begitu sering.

Tetapi, meski banyak memutar lagu mandarin, bukan berarti saya gak tahu lagu-lagu bahasa Indonesia. Saya sudah tahu dan sering mendengar lagu band-band era '90-an seperti Jikustik, Sheila On 7, Dewa, Jamrud, atau penyanyi-penyanyi solo, seperti Reza, Titi DJ, atau Chrisye.

Bagi saya waktu itu, yang namanya beli kaset lagu, hanya buang-buang uang. Aduh, cuman mendengar satu-dua lagu bagus saja, masa harus merogok kocek Rp 20.000 (kisaran harga kaset saat itu). Dulu kaset masih populer dan CD masih barang mahal. Waktu itu, CD bajakan belum semarak sekarang.

Entah kenapa waktu berjalan ke Carrefour Mega Mall, di bagian counter penjualan kaset dan CD lagu, ada yang menggerakkan saya untuk membeli kaset yang tergambar di bawah ini


Iya, itu adalah kaset Dewa. Kaset lagu pertama yang saya beli.

Artis: Dewa
Album: Bintang Lima
Personil: Once (vokal), Andra (gitar), Ahmad Dhani (keyboard/vokal), dan Tyo Nugros (drum).
Tahun: 2000
Penerbit: PT Aquarius Musikindo
Produser: Ahmad Dhani

Track list:
  1. Mukadimah
  2. Roman Picisan
  3. Dua Sejoli
  4. Risalah Hati
  5. Separuh Nafas
  6. Cemburu
  7. Hidup Adalah Perjuangan
  8. Lagu Cinta
  9. Cinta Adalah Misteri
  10. Sayap-Sayap Patah
  11. 1000 Bintang

Seinget saya belinya waktu itu masih SMA ya. Lucunya, saya beli kaset Dewa - Bintang Lima itu karena ada lagu Lagu Cinta yang menjadi favorit kakak saya. Saya sendiri ketika melihat judul-judul lagu ada yang di sampul kaset cuman "ngeh" lagu Separuh Nafas saja. Sisanya, gelap. Mungkin pernah dengar di Cakrawala, hanya gak tahu judulnya. Saat mau beli pun, agak sedikit ragu. Beli nggak ya. Kalau lagu-lagunya gak enak didengar, nanti rugi uang, dan malah jadi sampah (baca: barang gak berguna). Tapi, dalam hati, ah nggak apa-apalah, kalau lagu-lagunya tidak bagus, anggap saja sebagai pengalaman. Sebagai catatan, di akhir era '90-an atau di awal tahun 2000-an, lagu-lagu Indonesia saat itu belum menjadi tuan rumah. Lagu barat dan mandarin masih cukup mendominasi.

Eh, pas saya puterin album itu dari awal sampai habis, saya tiba-tiba berubah jadi Baladewa, sebutan nama fans Dewa. Semua lagunya ternyata enak didengar. Saya bisa puterin album itu berkali-kali. Maklum, karena kaset yang pertama dibeli, jadi ada semacam eargasm (orgasme telinga). Belakangan, saya baru tahu, kalau album Dewa - Bintang Lima adalah album pertama yang memakai Once sebagai vokalis (vokalis Dewa sebelumnya adalah Ari Lasso), dan menembus angka penjualan hingga 1 juta keping, menjadikan salah satu album terbaik sepanjang masa, dan album tersukses Dewa. Wah, saya benar-benar beruntung memilikinya apalagi dalam fisik kaset. Sekarang kaset sudah tidak banyak dijual. Toko-toko musik kebanyakan hanya menjual CD.

Sekilas saja, album Dewa - Bintang Lima terdiri dari 11 nomor lagu. Dua di antaranya adalah insert song (lagu sisipan), yang ditempatkan di awal dan akhir. Saya suka sekali dengan cara Ahmad Dhani membuat judul-judul lagunya, seperti Risalah Hati, Lagu Cinta, Dua Sejoli, yang judul lagunya itu tidak dicomot dari lirik lagu, melainkan berdiri sendiri menjadi seperti tema.

Lagu pembuka adalah Roman Picisan. Ini lagu kesukaan Ahmad Dhani, karena kata Dhani, ini lagu yang terumit yang pernah ia buat. Roman Picisan memang pas dijadikan sebagai pembuka karena punya tipe nada menghentak (up beat). Kemudian, berturut-turut lagu Dua Sejoli dan Risalah Hati dimainkan. Dua tipe lagu ballad dengan lirik puitis, yang di era sekarang bisa bikin orang galau.

Coba saja simak lirik lagu Dua Sejoli: Hawa tercipta di dunia untuk menemani sang Adam / Begitu juga dirimu, tercipta tuk temani aku. Benar-benar lagu yang cocok bagi pasangan yang mau/sudah menikah. Untuk mereka yang ingin meyakinkan kekasihnya bahwa ia benar-benar cinta, silakan nyanyikan sepenggal refrain lagu Risalah Hati: Aku bisa membuatmu jatuh cinta kepadaku meski kau tak cinta kepadaku / Beri sedikit waktu biar cinta datang karena telah terbiasa.

Separuh Nafas menutup side A kaset. Saya yakin semua orang yang pernah hidup di tahun '90-an pasti tahu lagu ini. Selain sering diputar di radio-radio, ada juga versi dangdutnya lho. Lupa, siapa yang menyanyikan. Dari wawancara dengan Ahmad Dhani yang disiarkan di GenFM menjelang konser Mahakarya-nya, saya baru tahu lagu ini rupanya menceritakan keresahan Ahmad Dhani tentang Dewa yang akan meluncurkan album dengan vokalis baru.

Bisa kita cermati dari lirik berikut:  
Salahkah aku bila aku bukanlah seperti aku yang dahulu (Dewa bukan lagi bersuarakan Ari Lasso, apakah ini adalah sebuah kesalahan?)
Ada makna terjadi dari sini, dari pertikaian yang terjadi (pertikaian mungkin merujuk kepada perpecahan pada Dewa, yaitu ditinggal Ari Lasso dan Erwin Prasetya (bass), tetapi Dhani meyakinkan bahwa perpecahan ini memiliki arti atau makna)

Kemudian, di bagian refrain-nya:
Kau hancurkan diriku…Bila kau tinggalkan aku…
Kau dewiku…
Kembalilah padaku
... Bawa separuh nafasku...
Kau dewiku…
(Benar-benar menyiratkan bahwa Ahmad Dhani tidak mau Baladewa dan Baladewi meninggalkan Dewa, karena Baladewa dan Baladewi adalah separuh nafasnya Dewa)

Di side B, kembali lagu menghentak dimainkan, yaitu lagu Cemburu, yang mana Once terlibat dalam pembuatan melodinya. Menurut saya, ini salah satu lagu terbaik Dewa, dan melodinya sulit ditiru oleh orang lain.

Kebenaran hari ini bukanlah berarti kebenaran saat nanti. Pernyataan Ahmad Dhani ini sering kali diucapkan di pentas Indonesian Idol. Sebenarnya pernyataan itu adalah bagian dari lagu Hidup Adalah Perjuangan yang dimainkan setelah Cemburu. Selanjutnya, kita kan mendengar Lagu Cinta yang sungguh syahdu dan puitis, Cinta Adalah Misteri, dan ditutup dengan lagu bertempo rock abis Sayap-sayap Patah (eh, lagu lain juga nge-rock, tetapi ini yang menurut saya paling nge-rock), yang judulnya diambil dari salah satu tulisan Khalil Gibran.

Sampul kasetnya juga bukan picisan. Desainnya terbilang unik.

Sampul bagian belakang

Sampul bagian depan

Gara-gara album Dewa - Bintang Lima, saya jadi memburu album Dewa yang lain.


Memang belum semua album Dewa saya beli, terutama album yang bervokalkan Ari Lasso. Ada keterbatasan biaya saat itu sih, hehe. Sepertinya saya masih punya utang. Kalau ada kesempatan, semoga saja masih bisa dibeli album-album Dewa yang lain. Oya, sejak saya beli album Dewa - Bintang Lima, saya jadi percaya bahwa musik Indonesia bukan kacangan (ini ceritanya pas tahun 2000an ya, sebelum era Kangen Band muncul). Saya juga membeli album band Indonesia yang lain, seperti Jikustik, Ada Band, dan Peterpan. Nanti, kalau sempat, akan dibahas di tulisan-tulisan berikutnya. Sekarang saya mau bernostalgia mendengar lagu-lagu Dewa dulu.

15 Juni 2012

Siapa Bilang Wanita Masih Selalu Dijajah Pria?

Ungkapan wanita selalu dijajah pria memang sudah gak tepat lagi dengan kondisi sekarang. Benernya itu, wanita terkadang masih dijajah pria.. Hehe. Tetapi, masa iya, wanita masih terus tunduk sama pria. Sebenarnya, wanita juga seringkali melakukan penjajahan terselubung kepada kaum pria. Maksudnya, secara disadari atau tidak oleh pria, wanita ”menggunakan” para pria dalam acara tertentu.

Jadi, apa saja penjajahan terselubung itu? Entah benar atau tidak, setuju atau tidak, saya akan beri contoh-contohnya. Contoh-contoh di bawah ini emang lebih tepat bagi meraka yang sudah berstatus gebetan atau suami. Tetapi, untuk teman juga bisa kok...

1. Jadi satpam. Namanya cewe pasti rawan digoda. Zaman sekarang perkosaan sudah gak lagi di semak-semak atau halaman belakang sekolah. Itu sih kelas amatir. Kelas pro itu udah mainnya di angkot. Mungkin supaya lebih asik kali ya, ada getaran-getarannnya gitu. Hehe.. Huss.. Jangan ngeres. Itu perkosaan sudah 1 hal, belum lagi si jambret, terus si santet. Artinya, ibu kota emang sudah lebih kejam dari ibu tiri.... Otomatis, perlu dong sosok cowo yang bisa ngelindungi. Lebih bagus, punya keahlian bela diri. Tambah bagus lagi punya six pack. Jadi, ga ada deh yang berani ganggu tuh cewe selama ada Ade Rai KW di sampingnya.

2. Jadi konselor fashion. Bodyguard sudah siap... Nah, apa hobi cewe kalo jalan-jalan? Belanja.... Ya, benar, tapi itu nanti kalo ada duitnya. Sebenarnya hobi cewe adalah liat-liat baju, celana, dan aksesoris lain yang menarik mata. Kalo udah urusan liat-liat barang, pasti deh keluar celetukan, ”Ih lucu...,” ”Ih bagus...”, lalu buru-buru disertai komentar, ”Tapi. . . (silakan isi sendiri)”. Nah, terkadang kehadiran cowo juga berguna untuk ditanyai pendapat. ”Kalo model ini bagus gak?” Saat-saat ditanyai pendapat kayak gitu, biasanya susah buat para cowo, apalagi yang cuek ama penampilan kayak gue ini nih. Salah kasih jawaban, bisa ngambek tuh seharian. Tapi, kalo gak dijawab, gak enak juga kan. Salah satu tekniknya adalah jawab diplomatis aja, ”semuanya bagus kok buat elo.”. Teknik paling baik adalah balikin pertanyaannya aja, ”Menurut lo sendiri, yang bagus mana?” Kadang-kadang orang gak butuh jawaban, tapi butuhnya didengerin.

3. Jadi kuli angkut. Si cewe udah puas belanja. Sayangnya, nafsu belanjanya agak tinggi saat itu.  Kasihan kan liat dia memegang barang belanjaan sendirian. Rasanya agak gak tega liat jari-jemarinya harus memerah. Belum lagi peluh keringat membasahi punggungnya. Bila elo cowo sejati, saatnya mengubah diri lo bagai tiang gantungan berjalan untuknya. Biarkan dia bisa berjalan bebas lepas. Kalao dia mau ambil tisu, kan gampang. Kalao dia mau ambil BB, pun jadi gampang. Gak papa kan tuh, yang penting lo bisa nunjukin kalo diri lu itu ringan tangan (ringan tangan yg artinya senang membantu ya, bukan senang memukul), meski dalam hati lu menjerit, ”ini beraatt!!” Maksudnya, berat di belanjaannya. Hehe...

4. Jadi sopir/tukang ojek. Belanjaan banyak, rumahnya jauh. Naik taxi mahal. Naik angkot, entar diperkosa. Amit-amit. Kalo lo cowo yang baik hati banget-banget, lu akan nemenin dia sampe pulang ke rumah bak paspampres. Gak sekedar anter sampe persimpangan jalan perpisahan. Sebagai cowo yang bermodal kendaraan, entah itu mobil atau motor (kalau motor, siapkan helm 1 lagi buat si cewe), namanya menganter cewe pulang pergi sudah jadi keharusan dibalik keterpaksaan. Status lo pun akan bertambah menjadi: Siaga (siap antar-jaga)

Baiklah, selesai sudah... penjajahan terselubung ini telah menjadikan wanita bagai ratu yang menghuni sampul-sampul depan majalah... Hei, kenapa hanya si wanita yang muncul di depan sampul majalah... Kenapa gak ada gue yang sudah rela jadi satpam, konselor fashion, kuli angkut, dan sopir/tukang ojek?

Itu karena elo masih mau aja...
5. Jadi fotografer. Rupanya wanita tidak dilahirkan senang melihat, tetapi juga senang dilihat, tapi dipegang jangan!!! Eksis atau narsis memang beda tipis. Tapi, ada muka lo nampang di situs jejaring sosial, rasanya kebanggaan sendiri ya, kan?

Bukan rahasia lagi, kalo cewe suka foto sana, foto sini. Setiap ada posisi bagus dan oke, jepret.. Gak cukup sekali, kali ini dengan bibir dimonyongin, jepret. Lalu, jepret lagi dengan dua jari dibikin membentuk huruf V diletakkan di samping mata, jepret. Satu posisi, tiga gaya. Three in one. Cuman kalo cewe-cewe pada ngumpul, kan maunya bisa semuanya ada di foto. Ngumpul berlima. Pulang berlima. Di foto juga harus berlima dong. Friends forever. Sayangkan, kalo ada yang mesti dikorbankan jadi tukang foto, sehingga personil yang nampang di foto terasa kurang lengkap. Agak gyimana gyitu.

So, siapa lagi yang harus jadi berperan sebagai fotografer dadakan. Ya itulah kaum yang kurang suka eksis atau narsis: cowo. Merekalah fotografer dadakan kalo ada acara jalan-jalan dengan gerombolan cewe. Dan, tidak diragukan, pasti lebih banyak gambar si cewe di kamera daripada si cowo dengan beraneka background. Di mal, di kampus, di taman, sampe di WC sekalipun! Sayangnya, khusus untuk WC, sorry ya cowo, elo ga bisa jadi fotografer dadakan kami. Untunglah, ada cermin WC yang bisa diberdayakan untuk menjadi tukang potret kami. Gratis dan tidak banyak cincong kayak elo.

Yaa, padahal kalo dlihat-lihat, di WC jarang kali ada cewe yang ganti baju atau bugil di sana. Jadi, minta tolong cowo buat fotoin kalian gak ada masalah kok. Hehe.. Kalo disuruh fotoin di ruang ganti fitness, baru deh kalian para cewe boleh menjerit-jerit...

Nah, kali ini beneran selesai tulisannya... Itulah lima profesi ”mulia” yang suka gak suka, mesti djalanin para cowo buat para cewe. Jadi, kalian para cewe bangga dung bisa memberdayakan tenaga para cowo, dan para cowo mesti bangga juga dunk... Bisa melakuin sesuatu yang mulia buat cewe. Betul, tidak? Hehe

Tulisan asli, asli karya saya sendiri, bukan copas atau jiplakan dari forum-forum atau berita di internet. Susah ya, di era sekarang, sebuah karya pribadi aja mesti dikasih tanda tangan atau stempel ASLI, kalo gak mau elus-elus dada, karya lo dicomot atau diakui orang lain...

Tulisan ini hanya opini berdasarkan pengamatan pribadi, silakan para cewe, juga para cowo berkomentar dan berpendapat sebebas-bebasnya. Yang masih ragu mikiran elo cewe atau cowo, jangan masuk. Mikirin status lo sendiri aja susah, kok mikirin orang lain. Hehe