Seorang biksu dengan pakaian dekil datang memohon sumbangan ke rumah seorang saudagar kaya. Saudagar kaya itu merasa sebal dengan penampilan si biksu dan mengusirnya pergi dengan kata-kata kasar.
Beberapa hari kemudian seorang biksu besar datang dengan jubah keagamaan yang mewah dan berkilauan, memohon sedekah ke saudagar kaya tersebut. Si saudagar kaya segera menyuruh anak buahnya untuk menyiapkan makanan (vegetarian tentunya) mewah untuk si biksu. Lalu ia mengajak si biksu untuk menikmati makanannya.
Si biksu meninggalkan jubah keagamaannya yang mewah, melipatnya dengan rapi dan meletakkannya di atas kursi meja makan. Katanya, "kemarin AKU datang dengan pakaian usang dan anda mengusirku. Hari ini AKU datang dengan pakaian mewah, dan anda menjamuku. Tentunya makanan ini bukan untukKu tapi untuk jubah ini". Setelah berkata demikian si biksu tersebut berlalu, meninggalkan si saudagar yang kaget.
Lantas biksu itu menyimpulkan:
"Kalau ternyata bukan diriKu,
melainkan pakaianKu yang dihormati,
mengapa AKU mesti senang?"
"Dan, kalau ternyata bukan diriKu,
melainkan apa yang Kupakai yg dihina,
mengapa AKU mesti sedih?"
Demikianlah manusia, lebih sering menghormati yang melekat pada diri orang,seperti:
- apa yang dipakai atau pakaian yang dipakai atau
- kekayaan atau
- jabatan seseorang.
BUKAN PRIBADI keberadaan orang itu sendiri
Maka...
Jika engkau dihormati orang,
jangan bangga diri...
Dan kalau pun jika engkau tidak dihormati,
jangan kecewa dan bersedih diri,
sebab....
Engkau tetap sebuah harga.
Siapa pun yang merendahkan kamu saat ini... Jangan membuat kamu runtuh
Cerita di atas mengingatkan saya tentang uang yang jatuh ke got. Katakanlah nominalnya seratus ribu. Jatuh ke got yang sangat kotor. Anda mau ambil? Tidak mau? Lah, tetapi itu uang seratus ribu lho. Biarpun kotor dan dekil, ketika dipakai untuk bertransaksi, harganya tetap seratus ribu. Tak kan kurang. Masalah kotor, tinggal dicuci saja. Beres toh, repot amat.
Pada dasarnya semua manusia itu harganya tidak ada. Tidak ada bukan berarti tidak berharga sama sekali. Waktu seseorang lahir, kan tak ada yang melabeli, "oh ini manusia harganya sejuta, satu miliar."
Sumber gambar: intentblog.com |
Keberhargaan diri manusia memang seringkali mengacu apa yang dipakai dan apa yang dimiliki. Banyak orang mengejar kemewahan: membeli gadget mahal, rumah besar, pakaian bagus. Sebagian lainnya mengejar pendidikan atau jabatan yang tinggi. Kesemuanya hanya untuk menambah keberhargaan diri ini. Namun, jangan sampai itu membuat kita angkuh atau terlena. Karena apabila itu semua hilang, habislah kita.
Jangan biarkan apa yang ada di luar menghancurkan kita. Lebih konyolnya, bila kita menghancurkan diri kita sendiri. Jadilah manusia yang berharga!