Page

26 Agustus 2013

Insomnia


Beberapa minggu yang lalu saya membantu mengetik hasil wawancara penelitian teman saya yang bertajuk insomnia. Mendengar percakapannya dengan pengidap insomnia membuat saya terkadang tersenyum geli. Geli karena mengetahui permasalahan mereka berinsomnia sebenarnya hal-hal yang sepele saja. Geli karena mereka yang insomnia sebenarnya sudah tahu akar permasalahannya, tetapi mereka tetap terjebak. Geli karena saya (meski saya belum fix pengidap insomnia) dan mereka tidak berbeda jauh masalah-masalah yang kita hadapi.

Insomnia adalah gangguan tidur ketika seseorang berkali-kali sulit untuk tertidur atau telah tertidur tetapi tidak bisa mempertahankan dirinya tetap tertidur. Dikutip dari tulisan wolipop, ada delapan hal yang membuat seseorang susah tidur: 1) Berolahraga sebelum tidur, 2) tidur siang, 3) khawatir akan kualitas tidur, 4) minum minuman beralkohol, 5) pencahayaan kamar kurang gelap, 6) tubuh masih mengandung kafein, 7) mengkonsumsi protein sebelum tidur, dan 8) kamar berantakan. Susah tidur memang tidak lantas membuat seseorang insomnia. Orang dikatakan insomnia bila ia mengalami masalah susah tidur dalam kurun waktu 3-4 minggu.

Jadi kedelapan penyebab yang telah disebutkan tadi, bila terjadi berulang-ulang terus, jangan kaget kalau Anda nanti jadi insomnia. Hehe. Saya sendiri pernah berkali-kali mengalami susah tidur dan penyebab-penyebabnya ada yang sesuai dengan delapan penyebab tadi. Persoalan susah tidur atau insomnia sebenarnya tidak hanya masalah gaya hidup yang tidak benar atau lingkungan yang tidak nyaman, tetapi juga mencakup masalah pikiran.

Kalau saya flashback, pas kecil (masa SD), saya jam delapan malam bisa langsung tertidur tanpa terbangun. Sekarang boro-boro jam delapan bisa tidur. Hehe. Saat orang sudah beranjak remaja, jam tidur orang akan bergeser. Masalah hormonal. Tetapi bukan itu juga sih. Kehidupan remaja lalu dewasa semakin complicated dan orang menjadi susah tidur, karena... karena memikirkan beragam masalah. Konyolnya, masalah yang dipikirkan bukan cuman masalah yang belum selesai, tetapi juga mencakup masalah yang sudah selesai atau masalah yang akan datang (masalah yang belum ada, tetapi diada-adain sendiri).

Saya sendiri pernah beberapa kali kejadian baru tidur jam empat pagi atau lima pagi. Padahal dari jam dua belas atau satu malam sudah beranjak ke tempat tidur. Pikiran ini sibuk ke sana ke mari. Yang sering saya pikirkan adalah masalah masa depan (mau jadi apa? membayangkan akan jadi apa kelak?), masalah jodoh (ehm), masalah masa lalu (meminjam istilah Raisa, "Terjebak Nostalgia"), atau imajinasi-imajinasi yang kurang penting (saya ini calon penulis, terkadang suka memikirkan skenario yang aneh-aneh). Masalah insomnia  susah tidur saya pun sampai menginspirasi saya membuat cerita pendek berjudul Jakarta Insomnia (nanti perlu posting-an tersendiri kali ya).

Saya pernah mendengar nasihat bijak mengatakan, "Jangan membawa masalah Anda ke tempat tidur, kecuali Anda bisa menyelesaikannya di tempat tidur." Itu benar juga sih. Tidur adalah saatnya tidur. Pemulihan raga dan jiwa. Tetapi dasar manusia dewasa. Waktu tidur malah dipakai untuk memikirkan masalah. Yang lebih aneh lagi adalah memikirkan bagaimana nantinya bisa tidur, padahal bukankah dulu sewaktu kecil kita sudah sering kali tidur nyenyak?

Jadi merindukan betapa indahnya masa kecil, saat masalah tidak serumit masa dewasa sekarang, yang mana tidur menjadi aktivitas yang menyenangkan. Sebenarnya setiap masalah selalu ada pemecahannya. Hanya saja, jangan terlalu serius memikirkan semuanya sekaligus. Selesaikan satu per satu. Lagipula, tidak semua kenyataan yang kita hadapi sesuai dengan apa yang kita pikirkan. Jadi, terkadang bersikap santai tiada salahnya.

Khusus untuk masalah yang sudah selesai (masa lalu), biarkan saja. Let it go. Dipikirkan sekeras apa pun, sudah tidak bisa direvisi lagi.

Nah sekarang saya mau share sebuah video tentang insomnia, yang kalau lagunya Anda suka, bisa jadi semakin insomnia, hehehe.


Feels like insomnia, aaahhh

17 Agustus 2013

Kenangan HUT Kemerdekaan RI

Dirgahayu HUT RI ke-68!

sumber gambar: stupidmonkey.web.id

sumber gambar: kaskus.co.id

Setelah membaca blog baru teman saya ini, saya jadi ikutan pengen cerita seputar perayaan kemerdekaan RI di masa kecil saya. Hehe. Namanya perayaan kemerdekaan selalu dimeriahkan dengan namanya perlombaan. Balap karung, tarik tambang, makan kerupuk, lari membawa kelereng, lari dengan sepatu bakiak dan macam-macam lomba lainnya yang kayaknya cuman ada di Indonesia. Sekolah-sekolah dan lingkungan sekitar rumah tidak akan melewatkan berbagai macam perlombaan selain tentunya diawali dengan upacara bendera. Lagu bertemakan kemerdekaan pun sering dikumandangkan, seperti lagu Bendera, lagu Kebyar-Kebyar, Hari Merdeka, dan sebagainya.

Seingat saya semasa saya sekolah, saya jarang ikut lomba. Soalnya lombanya kan tidak banyak. Jadi tidak semua anak bisa berpartisipasi ikutan lomba. Saya jarang sekali terpilih mewakili lomba. Haha. Tetapi wajar sih, saya sendiri anaknya tidak tangkas. Percayalah saya bukan langganan menang lomba.

Namun, tidak berarti saya tidak pernah ikutan lomba. Setidaknya ada satu perlombaan kemerdekaan RI yang saya ikuti dan saya ingat pasti. Itu adalah waktu kelas 3 SMP. Saya bisa ingat karena ada foto-fotonya di buku kenangan SMP. Haha. Saya ikut tiga lomba sekaligus.

Pertama lomba balap karung. Saya bisa terpilih mewakili lomba balap karung karena disuruh guru saya. Karena katanya kaki saya yang panjang sehingga loncatnya bisa jauh. Sayang sekali beliau salah. Yang menang justru yang kakinya pendek. Kenapa saya kalah? Karena di tengah jalan saya terjatuh, terpleset. Beneran lho, gak gampang lompat dengan karung. Kedua kaki harus lompat berbarengan. Kalau enggak ya itu, jadinya jatuh. Waktu kelas 2 SMP saya juga pernah ikutan lomba balap karung. Jadinya dua kali saya ikut lomba balap karung. Saya kembali kalah karena lagi-lagi terjatuh. Teman-teman saya sepertinya tidak ambil pusing dengan kekalahan saya, karena mereka sepertinya menikmati saat saya terjatuh. Maka sejak saat itu, saya memilih untuk tidak pernah lagi ikut lomba balap karung. Alasannya, pertama: saya ogah jatuh dan ditertawakan. Kedua: Lebih baik serahkan kepada ahlinya (yang lebih ahli melompat dengan karung).

Kedua lomba make up. Pesertanya berpasangan dan saling merias wajah satu sama lain. Jadilah muka saya diberi lipstik dan bedak. Yang menang bukan yang tercantik, tetapi yang terjelek. Haha. Saya tidak menang. Berarti saya tidak jelek. Haha.

Ketiga adalah lomba futsal komedi. Ya saya mesti tambahkan kata komedi, karena ini futsal gak serius. Bolanya bukan pakai bola kaki, tetapi pakai bola pingpong atau bola apa, saya gak ingat pasti. Pokoknya bolanya kecil sekali. Lalu, penampilan kita harus kacau. Tim kelas saya pakai sarung. Tetapi masih mendinglah, tim lawan kami lebih berani. Pakai rok. Bahkan ada yang memakai dua buah balon di dada (errr.. dimaksudkan membuat dada seperti wanita). Lalu di tengah pertandingan, muncullah lagu dangdut dan kedua tim harus bergoyang. Kacau habis kan?

Tim futsal komedi bukan untuk laki-laki saja. Perempuan juga ada. Yang perempuan ada yang berdandan memakai jilbab, ada yang memakai kaca mata hitam. Aneh-aneh lah pokoknya.

Di lomba ketiga, saya sudah menargetkan untuk kalah. Teman-teman saya juga tampaknya berpikiran hal yang sama. Lah, temen-teman saya juga gak antusias mainnya. Sementara lawan kami, sangat pede dalam bergoyang, berdandan, dan mengejar bola. Jadinya tidak ada satu pun dari ketiga lomba tersebut yang saya menangi.

Naik kelas SMA, saya pernah ikut lomba makan kerupuk. Tetapi ya itu tidak menang juga. Hahaha.

Selain lomba-lomba, ada upacara bendera. Zaman saya TK sampai SMP, upacara bendera setiap Senin pagi. Selain berdiri menghadap bendera, saya sudah pernah ikut dalam tim paduan suara dan menjadi petugas upacara. Anak-anak paling tidak suka jadi paduan suara karena harus bernyanyi selain mendapat latihan khusus bernyanyi di lapangan. Kalau nyanyiannya kurang keras, pasti kena omel. Udah dijemur, bernyanyi, lalu kena omel. Gak enaknya berkali-kali lipat.

Jadi petugas upacara paling enak lah. Saya sering terpilih jadi pemegang protokol. Tugas saya adalah memberitakan jalannya upacara. Posisi saya terbilang enak karena berdiri di tempat yang tidak kena panas (teduh). Selain itu, bubarnya lebih dulu dari barisan yang lain. Dan jarang kena omel. Benaran lho, waktu di zaman saya SD dan SMP (sekolah yang sama), barisan yang kurang tertib suka diomeli dan mendapat nada-nada kurang mengenakkan.

Beranjak ke SMA. Sekolah baru. Upacaranya tidak selalu setiap minggu. Kalau di sini, saya cuman jadi peserta upacara yang baik saja.

Memasuki kuliah, tidak ada lagi yang namanya upacara bendera dan lomba kemerdekaan RI. Hari kemerdekaan RI sewaktu di masa sekolah adalah kenangan masa kecil tersendiri ya. Apalagi pas menang lomba, ada kebanggaan tersendiri biarpun hadiahnya kadang cuman biskuit. Kebanggaannya gak hanya masalah individual (yang menang lomba), tetapi membawa nama kelas juga kan. Jadi, kelas yang banyak menang lomba biasanya menjadi sombong.

Nah, kalian pernah ikut lomba atau mungkin menang lomba apa saja?