Page

27 Februari 2010

Sebuah Langkah Kecil Bersejarah

Siang tadi 27 Februari 2010 saya mengikuti sebuah training yang diselenggarakan oleh Anggota Muda (AM) BEM/DPM 2009. AM itu sebutan untuk para mahasiswa yang baru mendaftarkan dirinya menjadi anggota BEM/DPM dan mereka selalu diminta untuk membuat sebuah kegiatan. Saya senang dan bangga sekali, sebagai senior mereka di BEM, melihat usaha mereka bisa menggagas sebuah acara yang bermanfaat sangat positif bagi pesertanya. Congratz guys!

Pada acara training yang diberi judul "Think Positive For Better Future", Micha Catur Firmanto, M. Psi sebagai trainer tunggal di sana mengajak kita untuk selalu berpikir positif. "Bahwa dengan berpikir positif, impian dapat menjadi dekat dengan kita," ujarnya diselingi tawanya yang sangat khas. Banyak sekali input yang diucapkan beliau yang dulunya juga adalah alumni Magister Psikologi Untar dengan bidang profesi psikologi industri dan organisasi. Contohnya saja, "Janganlah membesarkan ketakutan Anda yang kecil dan mengecilkan kekuatan Anda yang besar."

Training itu sangat ramai, dihadiri sekitar 250 orang, tetapi Kak Micha, begitu saya memanggilnya, bisa mengendalikan suasana training dengan baik. Selama training, peserta dibagi dalam 15 kelompok dan banyak games yang diberikan Kak Micha. Games membuat training menjadi tidak membosankan dan banyak meaning yang bisa kita ambil. Contohnya, games melepas ikatan tali yang bersilangan, atau games mendirikan 9 paku di atas 1 paku.

Salah satu sesi yang menarik bagi saya adalah saat Kak Micha mengajak kita menuliskan apa-apa saja yang menyebalkan dalam hidup kita dalam suatu kertas, lalu Kak Micha meminta kita melipat kertas itu dan menggenggamnya di tangan kiri. Bagai terhipnotis, tangan kiri saya yang menggenggam kertas terangkat ke atas tinggi-tinggi secara otomatis, lalu meremasnya, diam sejenak sampai tangan saya pegal, dan lalu tangan saya turun kembali. Menurut saya, hal ini bisa terjadi karena sugesti kata-kata yang diucapkan Kak Micha. Memang menakjubkan kemampuan kata-kata! Inti dari sesi ini adalah masalah semakin kita genggam hanya akan membuat kita menjadi letih dan pegal. Jadi buang masalah itu, hadapi dengan positif!

Sesi menarik lainnya adalah mematahkan pensil dengan 1 jari. Bukan gaib, bukan sulap. Ini bisa dilakukan dengan memfokuskan kekuatan dan keyakinan pada 1 jari kita. Saya bisa melakukannya walaupun dengan beberapa kali percobaan yang sampai membuat jari saya terasa sakit. Saran saya, jangan lakukan ini di rumah tanpa ada pengawasan dan petunjuk dari orang yang terlatih!

Bagi saya, berpikir positif hanyalah sebuah modal untuk meraih impian kita. Hanya modal awal. Kita masih perlu membarenginya dengan sebuah tindakan (positif pula) yang nyata. Begitulah cara yang benar-benar nyata dalam meraih impian. Tetapi, memang benar dalam hidup ini kita harus benahi terlebih dahulu bagian diri kita yang liar, yaitu pikiran.

Selama kurang lebih 8 jam training, ada 1 kalimat yang mengilhami saya. "Akan menjadi sebuah langkah kecil yang bersejarah". Begitu Kak Micha menyebutkan apa yang kita dapati saat kita mengikuti training ini. Bagi saya, para peserta lainnya, panitia yaitu AM BEM/DPM, apa yang kita lakukan itu adalah sebuah langkah kecil bersejarah. Menciptakan mindset positif dalam pikiran hanyalah langkah kecil. Masih sebuah langkah kecil. Artinya, kita masih perlu menciptakan sebuah langkah besar, atau malah lompatan besar, yang bersejarah.

Mari ciptakan langkah besar bersejarah!



Gambar http://4.bp.blogspot.com/_dEX80DpXFDA/S1J65yfIJbI/AAAAAAAAACw/5A9Jdx0Q89w/s400/positive-think.jpg

14 Februari 2010

Mawar Itu Cinta

Tanggal 14 Februari atau biasa disebut Hari Valentine adalah hari di mana orang-orang ramai-ramai mengungkapkan kasih sayangnya kepada orang yang disayangi. Bisa itu pacar, pasangan suami atau istri, orangtua, sahabat, atau kepada siapa pun yang dianggap spesial. Biasanya media yang digunakan untuk mengungkapkan rasa kasih sayang adalah bunga atau cokelat. Kini dengan makin canggihnya teknologi, orang bisa pula mengungkapkannya dengan berbekal SMS.

Ada satu pertanyaan yang mengusikku, yaitu mengapa di antara jutaan bunga, yang identik dengan cinta hanyalah bunga mawar? Bukan berarti bunga lainnya tidak bisa mewakili kasih sayang, kan? *eh, kecuali bunga kamboja kali yah =D*. Cuman kalau di Hari Valentine, pastilah bunga mawar yang menjadi sang primadona.

Menurutku, mungkin ada makna di baliknya. Aku coba merenung *mau berlagak bak filsuf*. Hmmm…. Bunga mawar itu berduri, bukan? Tangkai mawar yang penuh duri mungkin perlambang perjuangan kita yang penuh hambatan, bahkan hambatan tersebut dapat melukai diri kita. Sementara mahkotanya adalah hasil jerih-payah perjuangan kita. Jika kita hubungkan dengan cinta, maka mahkota mawar adalah cinta, sementara tangkai berduri adalah upaya kita dalam meraih cinta. Artinya, diperlukan upaya yang keras dalam menggapai cinta. Dalam upaya yang keras itu pasti tak luput dari banyak hambatan seperti duri yang mengganggu.

Mawar sendiri tidak muncul begitu saja. Tetapi, melewati setahap demi setahap yaitu bermula dari akar, batang, tangkai, lalu barulah tumbuh bunga. Begitulah liku-liku perjalanan hidup ini. Tidak bisa langsung instan, namun harus melewati tahap demi tahap.

Atau…sesungguhnya mawar melambangkan sebuah peringatan tentang cinta. Mawar yang tampak begitu indah, siapa yang menyangka memiliki duri-duri tajam yang bila tidak hati-hati akan melukai siapa saja yang menyentuhnya. Mungkin sama halnya dengan cinta. Di balik keindahan cinta, di balik silaunya cinta yang terkadang dapat membuat dua orang kasmaran melakukan hal-hal bodoh, ada ancaman duri-duri yang siap sedia melukai. Atau… malah sesungguhnya dalam meniti cinta, kita memang harus terluka. Luka yang harus dibayar terlebih dahulu sebelum berbunga cinta yang kekal.

Hmm… Jika benar demikian, itulah yang terjadi pada aku sekarang. Mengapa sampai sekarang aku tetap menjomblo? Sebenarnya telah banyak bunga mawar kutemui dalam hidupku ini. Namun, aku hanya memandang bunga mawar itu dari kejauhan tanpa berani memetiknya, karena aku tak mau terluka oleh durinya *curhat nih*.

Mungkin ini makna bunga mawar dan cinta. Di balik usaha mendapat keindahan cinta, harus ada luka yang akan kita terima… Jika ada peribahasa: Ada gula, ada semut. Maka: Ada cinta, ada luka.

8 Februari 2010

Hadiri Simposium "Kembalikan Kejayaan Bulu Tangkis"

Demi kejayaan bulu tangkis Indonesia yang kini harumnya tidak sewangi dulu, Universitas Tarumanagara (Untar) sebagai salah satu perguruan tinggi swasta di Indonesia akan mengadakan simposium untuk membahas persoalan bulu tangkis Indonesia dari aspek psikologis yang akan dilangsungkan pada tanggal 11 Februari 2010. Simpsoium tersebut diberi judul "Mengembalikan Kejayaan Bulu Tangkis Indonesia".

Adapun, telah dilaksanakan Press Conference mengenai simposium tersebut pada tanggal 8 Februari 2010 di Gedung Utama Universitas Tarumanagara lantai 6, Ruang Seminar I, pada pukul 14.00. Hadir sejumlah pembicara, di antaranya Bapak Muhammad Nisfiannoor selaku Wakil Panitia Kegiatan Simposium, Bapak Monty P. Satiadarma selaku Ketua Ikatan Psikologi Olahraga Indonesia dan Rektor Untar, Bapak Jacob Rusdianto selaku Sekjen PBSI, Ibu Lilik Sudarwati selaku
Kepala Bidang Litbang PBSI, dan hadir pula mantan atlit nasional bulutangkis kita, yaitu Ibu Ivana Lie. Bertindak sebagai moderator adalah Ibu Arni Gusniarni.

Sejumlah jurnalis dari berbagai macam media turut hadir meliput Press Conference yang dilangsungkan selama 1 jam, di antaranya dari Media Indonesia, Suara Pembaruan, Tabloid Bola, Top Skor, Buletin Psikologi Untar, dan lain-lain.

"Adanya simposium diawali dengan keprihatinan Untar terhadap menurunnya prestasi olaharaga di Indonesia, khususnya bulu tangkis. Sesuai dengan salah satu amanat dari Tridarma Perguruan Tinggi, yaitu pengabdian kepada masyarakat, maka Lembaga Pengabdian Masyarakat Untar menggagas sebuah simposium,"
jelas Pak M. Nisfiannoor mengawali Press Conference. "Simposium bertujuan memafisilitasi semua pihak yang peduli dengan olahraga bulu tangkis Indonesia agar memberikan sumbangan berupa ide, masukan, dan solusi untuk meningkatkan kualitas dan prestasi atlit bulu tangkis nasional," imbuh beliau.

Ibu Ivana melihat bahwa penurunan prestasi bulu tangkis harus dilihat dari berbagai macam faktor. "Tapi, jika ditanya bedanya atlit jaman sekarang dan jaman dulu, saya melihat bedanya lebih ke arah mental dan karakter. Atlit jaman sekarang suka nawar latihan, suka ngeluh." Ibu Ivana menyambut baik adanya simposium sebagai langkah tepat untuk menjawab permasalahan bulu tangkis Indonesia.

Ibu Lilik yang juga seorang sarjana psikologi menjelaskan bahwa ada beberapa indikator yang perlu diperhatikan jika mau mengembalikan kejayaan bulu tangkis di Indonesia. "Pendanaan yang terbatas, keterlibatan pemerintah yang kurang, regenerasi atlit yang lamban, peran sains dalam pembinaan atlit yang belum maksimal, dan generasi era sekarang yang maunya serba instan, " ungkap Ibu Lilik.

Pak Jacob mengatakan bahwa PBSI sangat senang menerima dukungan dan bantuan yang diberikan Untar. Pada kesempatan yang sama, Pak Jacob menambahkan bahwa PBSI akan melaksanakan semua masukan yang diberikan dari berbagai macam pihak. "Semua masukan tentu kami dengar. Tetapi, PBSI adalah organisasi mandiri di mana kami tak bisa menggelontorkan sejumlah dana dengan asal."

Pak Monty menekankan bahwa simposium sangatlah penting untuk menyediakan ragam solusi menyelesaikan permasalahan di dunia olahraga, khususnya bulu tangkis. "Negara-negara, seperti Cina, Denmark, Korea sudah melaksanakan simposium secara rutin.
Tetapi, tetap perlu diingat, simposium hanyalah sebuah langkah awal. Ide-ide yang keluar dari simposium perlu ditindaklanjuti, seperti dengan membuat ceramah dan sarasehan membahas topik-topik tertentu."

Simposium 11 Februari nanti akan diwakili oleh kelompok bidang psikologi sehingga akan hadir sejumlah pembicara dari kalangan psikologi. Mengapa psikologi? Hal ini disebabkan olahraga sangat terkait dengan beberapa disiplin ilmu, seperti Psikologi dan Kedokteran. "Kalau atlit kita kalah, ujung-ujung permasalahannya pasti kembali ke psikologi, yaitu rasa percaya diri dan motivasi. Kita sudah tahu jawabannya itu, tetapi bagaimana cara meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi itulah yang perlu dibahas," ujar Pak Monty.

Demikian, beberapa keterangan yang saya dapat dari Press Conference. Tentu, diskusi akan semakin menarik saat di hari H karena sejumlah pakar akan menganalisis sejumlah masalah sesuai dengan kapabilitas mereka masing-masing. Oleh karena itu, jangan dilewatkan.

Simposium yang diselenggarakan Lembaga Pengabdian Masyarakat Untar akan diadakan tanggal 11 Februari 2010, Pukul 09.00 - 16.30, bertempat di Auditorium Gedung Lantai 3, Universitas Tarumanagara. Akan hadir sejumlah profesional dari bidang psikologi dan bidang olahraga yang mengkaji sejumlah permasalahan dari aspek fisik, klinis, serta kepribadian atlit. Acara ini GRATIS, terbuka untuk UMUM, khususnya bagi mereka yang peduli dengan kejayaan bulu tangkis Indonesia.

Mari hadiri kegiatan simposium "Mengembalikan Kejayaan Bulu Tangkis Indonesia" demi kejayaan bulu tangkis kita!!!

Informasi lebih lanjut dapat dicek di
sini


5 Februari 2010

Sentuh Imajinasi Dee Dari Dua Sisi

Judul : Rectoverso
Pengarang : Dewi “Dee” Lestari
Penerbit : Good Faith Production
Tahun Terbit : 2008
Tempat Terbit : Jakarta

Dewi Lestari alias Dee, penyanyi sekaligus pengarang, yang karya-karyanya selalu dipuji akan intelektualitasnya. Sebelumnya, saya hanya baca tulisan Dee lewat blognya di http://dee-idea.blogspot.com/. Tulisan-tulisannya di blognya sudah cukup buat saya berpikir dan berkontemplasi. Imajinasi dan nalarnya berpadu membentuk tulisan yang ciamik dan cantik.

Rectoverso adalah salah satunya. Satu judul, dua bentuk imajinasi: musik dan buku. Dee sendiri menyebutnya sebagai hibrida dari cerita fiksi dan lagu. Rectoverso hadir dalam kumpulan 11 cerita pendek berupa buku dan kumpulan 11 lagu berupa CD. Dua di antaranya ditulis dalam bahasa Inggris, baik cerpen maupun lagu. Kesemuanya memiliki judul yang sama dan isi yang berkaitan, namun dapat dinikmati secara terpisah.

 Bagi saya, Rectoverso adalah sebuah pertanyaan. Cerpen yang ditulis Dee tidak seperti kisah pangeran dan putri yang berakhir dengan kebahagiaan. Tetapi, Dee mengakhiri kisahnya dengan pertanyaan: mengapa. Mengapa harus berakhir demikian? Akhir yang terkadang sedih, terkadang bahagia, terkadang malah tak berakhir. Sebuah akhir ambigu yang diciptakan Dee seolah ingin kita sendiri yang menciptakan “akhir kisahnya”. Sementara, lagu-lagunya mengiringi dan menemani jawaban atas pertanyaan-pertanyaan.

Tetapi, bukan berarti cerpen Dee hanya membawa kebingungan bagi pembacanya. Justru, banyak makna tersirat dan tersurat di dalam kisahnya. Seakan-akan bukan cerpen yang sedang saya baca, tetapi sebuah gagasan atau idealisme dari seorang bernama Dewi Lestari.
Saya dibuat kagum dengan kemampuan Dee yang sangat cerdas dalam menguraikan kisah-kisahnya. Pemilihan katanya sangat puitis. Latar ceritanya dideskripsikan dengan metafora yang kuat. Dee juga luar biasa dalam menjabarkan pergulatan tokoh utama dalam setiap kisahnya. Tak jauh berbeda dengan lagu-lagu yang ia ciptakan. Seluruh lagunya dibalut oleh orkestrasi yang megah dan apik. Jujur saja, lagu-lagu Dee bukan lagu yang cepat menempel di kepala dalam sekali dengar. Tema lagu yang tidak lazim dan lirik yang terlampau puitis akan menyulitkan Anda yang suka mendengar lagu easy listening. Tetapi, jika Anda mau memohon diri Anda untuk masuk ke dalam jiwa lagu, Anda akan temukan bahwa inilah album lagu yang berkualitas.

Di antara 11 cerita pendek Rectoverso, ada beberapa kisah yang jadi favorit saya.
  1. Malaikat Juga Tahu – Kisah seorang Ibu yang memiliki anak autis yang kemudian jatuh cinta dengan tunangan adiknya. Tinggallah Ibunya yang harus memilih: Kebahagiaan putranya yang autis atau putranya yang bertunangan. Temukan jawabannya…
  2. Hanya Isyarat – Kisah seorang perempuan yang jatuh cinta dengan lelaki yang hanya ia bisa kagumi sebatas punggungnya. Simak bagaimana perempuan ini menuturkan cerita cintanya dalam istilah: punggung ayam.
  3. Firasat – Kisah seorang perempuan yang mendapat firasat kehilangan mengenai lelaki yang ia cintai. Bagaimana perempuan ini dapat menghadapi firasatnya? Bagaimana firasatnya dapat membantunya menyelamatkan lelakinya? Dan Dee menyelesaikan kisahnya dengan dramatis.
Selain 3 kisah di atas, masih banyak kisah-kisah menarik lainnya, seperti Back To Heaven’s Light, tentang bagaimana seorang berhadapan dengan kematian suaminya. Peluk, tentang sebuah pengertian. Cicak Di Dinding, tentang jatuh cinta yang absurd. Dan kisah-kisah lainnya yang dapat membuat kita berpikir panjang.Semua lagu Dee adalah lagu yang mellow, tidak cocok untuk mereka yang senang ajep-ajep. Lagu Dee sangat bagus untuk merilekskan perasaan yang sedang gundah-gulana. Di antara kesebelas lagu Dee, ada beberapa yang saya sukai:
  1. Malaikat Juga Tahu – Anda pasti sudah familiar. Ini singel pertama dalam album Rectoverso. Kalimat “Malaikat Juga Tahu” pun sudah menjadi jargon yang sering dibicarakan dalam percakapan.
  2. Aku Ada – Lagu ini dinyanyikan bersama adiknya, Arina, vokalis grup band “Mocca”. Lagu ini cukup simpel dan enak didengar. Salah satu favorit saya. Lagu ini dijadikan singel ketiga dalam album ini.
  3. Peluk – Sebelumnya dinyanyikan oleh Shanti dalam versi slow dengan iringan piano. Kini Dee berduet dengan Aqi, vokalis “Alexa” menyanyikan lagu yang ia ciptakan untuk Shanty. Menurut saya, Peluk versi Dee – Aqi membuat lagu ini menjadi lebih powerful. Saya lebih menyukai yang versi Peluk dalam Rectoverso. Lagu ini juga dijadikan singel kedua dalam album.
Masih ada lagu Firasat yang kini dinyanyikan Dee secara solo. Kebalikan dengan lagu Peluk, menurut saya Firasat tidak begitu bertenaga oleh Dee. Mungkin karena dinyanyikan dengan iringan lambat. Versi Marcell masih jauh lebih membius. Sedikit catatan, kalimat terakhir Firasat versi Dee berbeda dengan yang dinyanyikan Marcell. Dalam album Rectoverso, Dee menyanyikan: Aku pun sadari / Kau tak kan kembali lagi, sedangkan pada versi Marcell Aku pun sadari / Engkaulah firasat hati. Menurut Dee, yang ia nyanyikan adalah versi original Firasat. Perubahan kalimat terakhir versi Marcell disebabkan perusahaan rekaman Marcell bernaung menginginkan akhir yang bahagia. Well, apa pun itu, lagu Firasat adalah lagu yang tak lekang oleh jaman.

Masih banyak pula lagu-lagu bagus enak didengar lainnya, seperti Curhat Buat Sahabat, yang menjadi nomor pembuka dalam album dan cerita, Tidur, Grow A Day Older, dan Selamat Ulang Tahun, jangan membayangkan lagunya akan meriah dan semangat, malah terdengar mellow dan sedih. Judulnya kurang tepat mencerminkan maksud kisah dan lagunya, saya rasa.


Anda tidak akan rugi membaca dan mendengarkan Rectoverso. Saya jamin Anda akan puas. Promosi on. Rectoverso, baik CD dan buku, adalah karya eksklusif Dee yang pertama saya beli dan baca. Selain Rectoverso, Dee sudah mengeluarkan karya Supernova, Filosofi Kopi, dan Perahu Kertas. Sepertinya saya kudu menabung untuk menikmati karya-karya Dee yang lain.

Gambar dipinjam dari http://o2zone.files.wordpress.com/2008/12/rectoverso2.jpg