Page

31 Desember 2013

Napak Tilas 2013

Tahun 2013 ada hal yang menyenangkan dan ada hal yang menyedihkan. Sebenarnya sih itu wajar saja. Karena hidup bagai naik rollercoaster. Kadang di puncak, kadang di lembah.

Secara singkat ada beberapa kejadian menarik yang saya alami di tahun 2013. Pertama, dibuka dengan musibah banjir yang melanda di Jakarta pertengahan bulan Januari. Rumah saya di daerah Pluit hanya terendam air sehari saja. Tetapi, wilayah perumahan Pluit yang lain terendam selama seminggu dan langusng berubah menjadi danau.

Bagi yang ingat dengan peristiwa banjir ini, banjir Pluit menjadi headline di berita-berita, sampai Pak Jokowi, Pak Ahok, Pak Jusuf Kalla, Kapolri turun tangan ke wilayah Pluit untuk membantu korban banjir. Jarang-jarang ya, pejabat-pejabat penting mengunjungi kawasan paling utara Jakarta yang mayoritas penduduknya beretnis Tionghoa. Peristiwa banjir ini segera ditanggapi oleh Pak Jokowi dengan pengerukan sungai di Pakin dan penggusuran perumahan liar di waduk Pluit yang sempat kontroversial. Mari kita berdoa, semoga tindakan cepat Pak Jokowi benar-benar berhasil menghalangi banjir kembali datang ke wilayah Pluit.

Setelah peristiwa banjir, saya mencoba mencari pekerjaan baru. Ada jeda yang cukup lama dari Januari sampai dengan Juni, artinya enam bulan menganggur. Rupanya benar, kata teman kerja saya di Hard Rock Cafe Jakarta, "Bekerja itu tidak enak. Tetapi, lebih tidak enak lagi mencari pekerjaan." Well, sebenarnya saya sempat mendapat tawaran dan diterima di beberapa tempat, namun saya tolak karena idealisme saya. Setelah kejadian ini, saya sadar bahwa hidup tidak bisa mengandalkan idealisme semata.

Apa yang saya lakukan di masa pengangguran? Saya mencoba melanjutkan novel pertama saya yang sempat dibuat di tahun 2007, lalu berhenti di tengah jalan. Novel ini selesai di bulan April, sempat dibaca oleh beberapa orang dan mendapat komentar yang beragam. Ada yang bilang kocak, ada yang bilang jayus. Ini novel komedi soalnya sih. Sayang sekali, novel ini ditolak oleh sebuah penerbit besar. Meski tidak berekspetasi besar, ada sebersit harapan novel ini bisa terbit dan dibaca banyak orang.

Setelah menyelesaikan novel pertama saya, secara tidak sengaja saya mendapatkan "berkah" untuk dapat menerbitkan buku tentang SPSS yang ditulis oleh teman saya. Sebuah ide iseng yang akhirnya mewujudkan salah satu mimpi saya: jadi penulis buku.

Selanjutnya, saya mengambil kursus di Hellomotion Academy dan mempelajari seni merekayasa gambar dengan Adobe Photoshop dan Adobe Illustrator. Ilmu memanipulasi gambar ini rupanya menarik sekali. Susah-susah gampang sebetulnya. Saya cukup menikmatinya dan saya masih berniat mengasah kemampuan saya dalam bidang ini. Saya berandai-andai mungkinkah saya akan bekerja di bidang desain? Kayaknya saya lebih cocok dengan bidang ini deh.

Barulah di bulan Juli, saya mulai bekerja di Kidtozz, sebuah bisnis bimbingan belajar yang dibangun oleh sahabat kampus saya, Natalia. Pekerjaan sehari-hari saya terbilang ringan, tetapi menghadapi anak-anak di sana perlu mental yang tangguh. Beneran lho. Ini serius.

Mengajar itu melelahkan, tetapi lebih sulit mendidik anak. Karena itu, saya salut dengan mereka yang ingin menikah cepat apalagi memiliki anak. Saya katakan terus terang, mengasuh anak itu tidak semudah yang dibayangkan. Wajah anak-anak memang lucu. Kepolosan mereka, tingkah laku mereka memang bisa membuat orang dewasa tertawa. Namun, ingatlah anak-anak lucu ini adalah penerus bangsa. Di tangan para orangtua lah, ada tanggung jawab membangun anak-anak itu menjadi generasi yang tangguh, tidak mudah menyerah, dan punya pola pikir untuk membangun negeri ini, bukan malah menjadi generasi yang hanya pintar memanfaatkan teknologi (baca: main game di tablet), jalan-jalan ke mall (baca: konsumtif), atau harus menunggu uluran tangan orang ketika ada masalah (baca: manja/tidak mandiri). Oleh karena itu, pekerjaan menjadi orangtua adalah pekerjaan seumur hidup dan sayangnya, tidak ada kursus bagaimana menjadi orangtua yang baik dan bijak.

Di bulan Agustus, saya mengalami nasib naas. Jatuh dari sepeda motor dua kali. Sudah dari SMA kelas 3, saya bisa menaiki motor, pernah beberapa kali jatuh tetapi tidak sampai berdarah. Kali ini 2013, saya mengalaminya. Pertama, jatuh dari motor karena menghindari kucing hitam. Dua minggu setelahnya (setelah luka pertama sudah membaik) jatuh lagi karena menghindari tabrakan dengan sebuah mobil yang muncul tiba-tiba dari samping. Jatuh yang kedua ini menghasilkan luka bakar. Cerita tentang jatuh belum selesai sampai di sini... nanti akan berlanjut.

Lalu di bulan November, saya menerima luka yang lain. Lukanya bukan di kaki atau tangan, melainkan luka di hati. Baru kali ini saya "dicampakkan" oleh seseorang setelah banyak hal yang saya lakukan untuknya. Dua jam menunggu hanya untuk dua menit ditinggalkan tanpa banyak kata-kata. Perpisahan macam apa itu.

Untuk seseorang yang jauh di sana, perpisahan semacam itu bukanlah perpisahan yang aku inginkan. Ibarat bos ingin memecat karyawannya, dia harus memanggil karyawan itu ke ruangannya dulu dan baru memberitakan pemecatan. Itu baru namanya profesional. Perpisahan yang elegan. Tetapi, mungkinkah aku terlalu naif saat itu, mengharapkan sesuatu yang indah-indah. Mungkin salahku karena memaksamu menemuiku yang sebenarnya tak kau harapkan. Jika benar itu salahku pada saat itu, maafkan aku...

Tentang pemberian darimu yang kukembalikan, untuk kali kedua maafkan aku... Sebenarnya mudah bagiku menerimanya jika saja... Coba jadi aku. Apakah kamu bisa menyimpan benda-benda dari orang yang sudah membuatmu sakit hati? Lagipula, barang itu kan aslinya milikmu, bukan milikku. Adalah wajar jika dikembalikan ke pemiliknya saja.

Sebenarnya aku tidak suka mengakhiri hubungan ini, tetapi aku juga tidak bisa menjalin hubungan dengan orang yang tidak bisa memahamiku. Yang ketika banyak maunya, seakan peduli dengan orang lain. Ketika maunya terpenuhi, hilang kepedulian. Semoga hanya aku yang pernah mengalami hal ini karenamu. Yang bersedih itu pastinya aku, tetapi jangan mengasihaniku. Aku tahu bagaimana cara mengatasi perasaanku. Abaikanlah aku. Nikmatilah hidupmu.

Kejadian yang tidak menyenangkan di bulan November terhapus oleh satu kejadian yang menyenangkan. Masih di bulan yang sama aku merayakan ulang tahun bersama teman-temanku. Senang sekali bisa seharian berbicara banyak hal dengan teman-teman kampus. Mereka adalah sedikit orang yang bisa mendengarkan, tetapi tidak menghakimi. Justru, mendengarkan lalu memahami. Kualitas pertemanan seperti itu yang selalu kudambakan, untuk orang yang pernah mengalami krisis kepercayaan diri seperti saya.

Di suatu malam bulan Desember, ketika perjalanan pulang ke rumah diiringi dengan hujan gerimis, mendadak motor saya tergelincir (berarti ini jatuh yang ketiga). Meski tidak memberikan luka yang parah kali ini, jatuh yang nomor tiga ini membawa sedikit trauma. Kepercayaan diri saya mengendarai motor menurun. Saya jadi lebih hati-hati dan agak cemas dalam bersepeda motor. Sampai sekarang ini, saya masih mencoba untuk mulai merelaksasikan kondisi pikiran saya dalam mengendarai motor.

Masih di bulan Desember, saya sudah menempati rumah baru. Meninggalkan sebuah rumah yang telah saya tempati selama 25 tahun. Mama saya selalu bilang, usia rumah itu tidak jauh beda dengan usia saya. "Pas lu baru lahir beberapa bulan, kita pindah ke rumah itu," cerita Mama.

Rumah yang baru ini bukan rumah milik pribadi, tetapi rumah kontrak. Untuk masalah perpindahan tempat tinggal ini ada banyak konflik terjadi yang tidak enak untuk diceritakan di sini. Berarti status tempat tinggal saya masih nomaden alias tidak tetap.

Kata orang, rumah mempengaruhi aspek hoki seseorang. Saya sendiri tidak terlalu mempercayai feng shui. Tetapi, bicara soal hoki tidak hoki, ya saya tentu mengharapkan hoki di tahun baru 2014. Saya bukan orang yang senang buat target macam-macam. Saya hanya ingin menjalani hidup tanpa perlu banyak penyesalan dan ketakutan. Semoga yang terbaik menghampiri hidup saya. Bila yang terburuk datang, semoga bisa cepat-cepat jauh dari hidup saya. Akhir kata, mari sambut tahun 2014 dengan suka cita.

29 September 2013

Arti Sebuah Harga Diri

Saya kutip sebuah cerita dari yang di-share oleh seorang romo di Facebook-nya. Ceritanya sangat bagus.

Seorang biksu dengan pakaian dekil datang memohon sumbangan ke rumah seorang saudagar kaya. Saudagar kaya itu merasa sebal dengan penampilan si biksu dan mengusirnya pergi dengan kata-kata kasar.

Beberapa hari kemudian seorang biksu besar datang dengan jubah keagamaan yang mewah dan berkilauan, memohon sedekah ke saudagar kaya tersebut. Si saudagar kaya segera menyuruh anak buahnya untuk menyiapkan makanan (vegetarian tentunya) mewah untuk si biksu. Lalu ia mengajak si biksu untuk menikmati makanannya.

Si biksu meninggalkan jubah keagamaannya yang mewah, melipatnya dengan rapi dan meletakkannya di atas kursi meja makan. Katanya, "kemarin AKU datang dengan pakaian usang dan anda mengusirku. Hari ini AKU datang dengan pakaian mewah, dan anda menjamuku. Tentunya makanan ini bukan untukKu tapi untuk jubah ini". Setelah berkata demikian si biksu tersebut berlalu, meninggalkan si saudagar yang kaget.

Lantas biksu itu menyimpulkan:
"Kalau ternyata bukan diriKu,
melainkan pakaianKu yang dihormati,
mengapa AKU mesti senang?"
"Dan, kalau ternyata bukan diriKu,
melainkan apa yang Kupakai yg dihina,
mengapa AKU mesti sedih?"

Demikianlah manusia, lebih sering menghormati yang melekat pada diri orang,seperti:
- apa yang dipakai atau pakaian yang dipakai atau
- kekayaan atau
- jabatan seseorang.

BUKAN PRIBADI keberadaan orang itu sendiri

Maka...
Jika engkau dihormati orang,
jangan bangga diri...
 

Dan kalau pun jika engkau tidak dihormati,
jangan kecewa dan bersedih diri,
sebab....
Engkau tetap sebuah harga.

Siapa pun yang merendahkan kamu saat ini... Jangan membuat kamu runtuh
 

Cerita di atas mengingatkan saya tentang uang yang jatuh ke got. Katakanlah nominalnya seratus ribu. Jatuh ke got yang sangat kotor. Anda mau ambil? Tidak mau? Lah, tetapi itu uang seratus ribu lho. Biarpun kotor dan dekil, ketika dipakai untuk bertransaksi, harganya tetap seratus ribu. Tak kan kurang. Masalah kotor, tinggal dicuci saja. Beres toh, repot amat.

Pada dasarnya semua manusia itu harganya tidak ada. Tidak ada bukan berarti tidak berharga sama sekali. Waktu seseorang lahir, kan tak ada yang melabeli, "oh ini manusia harganya sejuta, satu miliar." 

Sumber gambar: intentblog.com
Yang menentukan harga diri ini adalah diri sendiri. Anda mau hargai diri Anda berapa? Susahnya ketika orang-orang menentukan harga dirinya dengan apa yang dipakai dan apa yang dimiliki, termasuk penilaian orang (wah, kamu hebat, kamu cantik, kamu ganteng, kamu kaya, dsb).  

Keberhargaan diri manusia memang seringkali mengacu apa yang dipakai dan apa yang dimiliki. Banyak orang mengejar kemewahan: membeli gadget mahal, rumah besar, pakaian bagus. Sebagian lainnya mengejar pendidikan atau jabatan yang tinggi. Kesemuanya hanya untuk menambah keberhargaan diri ini. Namun, jangan sampai itu membuat kita angkuh atau terlena. Karena apabila itu semua hilang, habislah kita.

Jangan biarkan apa yang ada di luar menghancurkan kita. Lebih konyolnya, bila kita menghancurkan diri kita sendiri. Jadilah manusia yang berharga!

27 September 2013

Buku Pertama

Saya sering mengidam-idamkan membuat sebuah novel (buku fiksi), malah yang terjadi, saya lebih dulu menerbitkan buku nonfiksi, yang berjudul "Mahir Menggunakan SPSS Secara Otodidak". Saya tulis buku ini bersama sahabat kampus saya yang sekarang menetap di Karawang, Yonathan Natanael.



Perjalanan menulis buku ini terbilang unik. Awalnya tidak ada hasrat mengajukan buku ke penerbit, apalagi berangan-angan agar buku ini diterbitkan di penerbit PT Elex Media Komputindo. Ya, sama sekali tidak ada tujuan ke arah sana. Buku ini sebelumnya dibuat dalam versi yang terbilang "berani", yaitu Gaul dengan SPSS. Menuliskan buku tutorial dalam bahasa gaul. Haha. Sebuah ide yang aneh. Sebagian orang pun sudah pernah membaca tulisan awal itu.

Iseng-iseng, saya mengajukan "Gaul dengan SPSS" ini ke PT Elex Media Komputindo dan tentu saja hasilnya ditolak untuk diterbitkan. Tetapi, yang kemudian terjadi adalah kami ditawari membuat buku dengan judul baru. Itulah buku yang sekarang dijual di toko-toko buku.

Saya senang sekali melihat karya saya sendiri bisa dipegang dan dilihat oleh banyak orang. Cita-cita saya sejak dulu menjadi penulis kini telah terwujud. Tapi, ini hanya langkah awal. Karena masih banyak ide di kepala saya untuk dapat diwujudkan menjadi kenyataan, dan saya mau berkarya lebih banyak lagi.

15 September 2013

Kerja Keras

Kalau menyimak komentar teman-teman saya dulu, sepertinya saya ini dianggap sebagai orang yang cerdas. Tetapi, kalau diingat-ingat sewaktu saya SD dulu, saya pernah dapat ranking 1 baik di rapor bulanan maupun di rapor caturwulan. Perlu saya kasih tahu, semasa saya SD, saya tidak pernah les. Jadi, saya belajar sendiri. Untuk kategori orang yang tidak les, bisa ranking 1, luar biasa bukan? Dan itu terjadi pas kelas 4 SD, yang merupakan masa-masa jaya saya. Artinya, memang bawaannya saya pintar ya. Hehe.

Karena dapat ranking 1, saya menjadi sorotan. Dikagumi para guru dan teman (Hmmm.... sepertinya sih gitu :D). Ketika naik kelas 6 SD, terjadi penurunan nilai. Rasanya semenjak saat itu, saya tidak pernah mencicipi ranking 1, boro-boro dapat 3 besar. Lalu, masuk SMP, SMA, saya cuman jadi medioker.

Lanjut ke masa kuliah, saya menjadi sorotan lagi. Dikagumi para dosen, junior, dan teman seangkatan (Kayaknya sih, gitu ya :D). Saya punya nilai IPK yang memuaskan sampai kemudian berakhir menjadi lulusan terbaik di wisuda. Beberapa teman kampus saya mungkin iri dengan kepintaran saya (lagi-lagi sepertinya gitu ya). Ada teman kampus saya yang berkata jujur, dia iri dengan kepintaran saya, "Aduh, rasanya pengen deh punya otak pintar kayak lu."

Saya cuman menanggapi santai pernyataan lucu itu. Saya hanya menjawab, "Rasanya gue juga mau bisa pintar main musik kayak lu." Kebetulan teman saya yang bertanya ini piawai dalam memainkan instrumen musik.

Sebenarnya mudah sekali untuk punya otak pintar. "Belajarlah dengan tekun, hai kawan. Maka, kamu akan punya otak pintar sepertiku."

Banyak orang yang mengabaikan apa itu kerja keras. Saya percaya tidak ada instan di dunia ini. Semua butuh proses. Bahkan, memasak mie instan juga perlu proses. Orang-orang pintar semacam saya, janganlah beranggapan saya belajar hanya menghabiskan hitungan menit apalagi ditambah dengan keluhan-keluhan.

Segala sesuatu yang berhasil selalu diawali dengan sikap mau berhasil. Jadi, ketika kuliah dimulai, saya datang tidak terlambat apalagi pakai acara bolos. Saya menahan diri untuk mengobrol dengan teman sebelah, membuka handphone, dan mencoba mencatat atau mencerna sebanyak mungkin omongan dosen. Mengerjakan tugas kuliah pun dengan sungguh-sungguh. Tidak menyontek dan tidak seadanya. Yang penting tugas kumpul, nilai nomor sekian... ah... gak begitu cara pikir saya.

Ketika ujian, saya menghabiskan waktu belajar lebih lama, berjam-jam. Ada juga yang berhari-hari, artinya saya menyicil bahan dari hari-hari sebelumnya. Untuk istilah yang tidak saya mengerti, saya mencari tahu baik lewat Mr. Google atau membaca buku. Saya benar-benar fokus.

Buku-buku kuliah itu kebanyakan menggunakan bahasa Inggris. Orang-orang mengeluh pusing membaca buku bahasa Inggris. Tapi, saya tidak mau mengeluh. Istilah-istilah yang tidak saya mengerti, saya cari di kamus. Kadang-kadang saya baca berkali-kali sampai saya mengerti. Ada juga yang tidak saya mengerti, terus saya kira-kira sendiri saja artinya. Hehe.

Belajar lebih keras, belajar lebih lama, bukan artinya saya tidur jadi lebih sedikit. Salah besar. Saya juga tidur lebih lama kok. Apalagi saya ini yang tipenya suka bangun siang. Makanya, kuliah pagi-pagi saya sering ngantuk. Hehehe. Banyak orang belajar gila-gilaan. Bahan segepok dipelajari seharian penuh. Ya salah besarlah. Memang otak manusia itu robot, tidak butuh istirahat. Kerja keras itu benar. Tetapi, harus dipahami bahwa kita harus bekerja dengan cerdas pula.

Untuk soal ujian yang nantinya berbentuk Pilihan Ganda tentu punya strategi belajar yang berbeda untuk soal ujian yang berbentuk Esai. Kepandaian tidak datang dari soal besar usaha, tetapi juga menyangkut kecerdikan dalam mencari jalan keluar. Ketika satu cara tidak berhasil, segera cari cara baru. Begitulah. Jadi, orang yang pintar dengan orang yang bekerja keras itu saling berhubungan, bukan?

Untuk mencapai hasil yang lebih baik, sudah barang tentu ada pengorbanan yang setimpal. Saya yakin kepandaian teman saya itu dalam memainkan alat musik pasti juga lahir dari kerja keras. Andaikan ia juga menerapkan cara yang sama dalam belajar di dunia kuliah. Atau minimal ia mau meningkatkan sedikit kadar usahanya itu. Ahhh... Andai saja ya...

Seringkali kita mendengar istilah, "Semua indah pada waktunya." Ya, saya percaya semua akan indah... tetapi saya lebih percaya yang indah-indah itu baru bisa terjadi bila diusahakan. Semua indah pada waktunya bila kita mau bekerja keras.

26 Agustus 2013

Insomnia


Beberapa minggu yang lalu saya membantu mengetik hasil wawancara penelitian teman saya yang bertajuk insomnia. Mendengar percakapannya dengan pengidap insomnia membuat saya terkadang tersenyum geli. Geli karena mengetahui permasalahan mereka berinsomnia sebenarnya hal-hal yang sepele saja. Geli karena mereka yang insomnia sebenarnya sudah tahu akar permasalahannya, tetapi mereka tetap terjebak. Geli karena saya (meski saya belum fix pengidap insomnia) dan mereka tidak berbeda jauh masalah-masalah yang kita hadapi.

Insomnia adalah gangguan tidur ketika seseorang berkali-kali sulit untuk tertidur atau telah tertidur tetapi tidak bisa mempertahankan dirinya tetap tertidur. Dikutip dari tulisan wolipop, ada delapan hal yang membuat seseorang susah tidur: 1) Berolahraga sebelum tidur, 2) tidur siang, 3) khawatir akan kualitas tidur, 4) minum minuman beralkohol, 5) pencahayaan kamar kurang gelap, 6) tubuh masih mengandung kafein, 7) mengkonsumsi protein sebelum tidur, dan 8) kamar berantakan. Susah tidur memang tidak lantas membuat seseorang insomnia. Orang dikatakan insomnia bila ia mengalami masalah susah tidur dalam kurun waktu 3-4 minggu.

Jadi kedelapan penyebab yang telah disebutkan tadi, bila terjadi berulang-ulang terus, jangan kaget kalau Anda nanti jadi insomnia. Hehe. Saya sendiri pernah berkali-kali mengalami susah tidur dan penyebab-penyebabnya ada yang sesuai dengan delapan penyebab tadi. Persoalan susah tidur atau insomnia sebenarnya tidak hanya masalah gaya hidup yang tidak benar atau lingkungan yang tidak nyaman, tetapi juga mencakup masalah pikiran.

Kalau saya flashback, pas kecil (masa SD), saya jam delapan malam bisa langsung tertidur tanpa terbangun. Sekarang boro-boro jam delapan bisa tidur. Hehe. Saat orang sudah beranjak remaja, jam tidur orang akan bergeser. Masalah hormonal. Tetapi bukan itu juga sih. Kehidupan remaja lalu dewasa semakin complicated dan orang menjadi susah tidur, karena... karena memikirkan beragam masalah. Konyolnya, masalah yang dipikirkan bukan cuman masalah yang belum selesai, tetapi juga mencakup masalah yang sudah selesai atau masalah yang akan datang (masalah yang belum ada, tetapi diada-adain sendiri).

Saya sendiri pernah beberapa kali kejadian baru tidur jam empat pagi atau lima pagi. Padahal dari jam dua belas atau satu malam sudah beranjak ke tempat tidur. Pikiran ini sibuk ke sana ke mari. Yang sering saya pikirkan adalah masalah masa depan (mau jadi apa? membayangkan akan jadi apa kelak?), masalah jodoh (ehm), masalah masa lalu (meminjam istilah Raisa, "Terjebak Nostalgia"), atau imajinasi-imajinasi yang kurang penting (saya ini calon penulis, terkadang suka memikirkan skenario yang aneh-aneh). Masalah insomnia  susah tidur saya pun sampai menginspirasi saya membuat cerita pendek berjudul Jakarta Insomnia (nanti perlu posting-an tersendiri kali ya).

Saya pernah mendengar nasihat bijak mengatakan, "Jangan membawa masalah Anda ke tempat tidur, kecuali Anda bisa menyelesaikannya di tempat tidur." Itu benar juga sih. Tidur adalah saatnya tidur. Pemulihan raga dan jiwa. Tetapi dasar manusia dewasa. Waktu tidur malah dipakai untuk memikirkan masalah. Yang lebih aneh lagi adalah memikirkan bagaimana nantinya bisa tidur, padahal bukankah dulu sewaktu kecil kita sudah sering kali tidur nyenyak?

Jadi merindukan betapa indahnya masa kecil, saat masalah tidak serumit masa dewasa sekarang, yang mana tidur menjadi aktivitas yang menyenangkan. Sebenarnya setiap masalah selalu ada pemecahannya. Hanya saja, jangan terlalu serius memikirkan semuanya sekaligus. Selesaikan satu per satu. Lagipula, tidak semua kenyataan yang kita hadapi sesuai dengan apa yang kita pikirkan. Jadi, terkadang bersikap santai tiada salahnya.

Khusus untuk masalah yang sudah selesai (masa lalu), biarkan saja. Let it go. Dipikirkan sekeras apa pun, sudah tidak bisa direvisi lagi.

Nah sekarang saya mau share sebuah video tentang insomnia, yang kalau lagunya Anda suka, bisa jadi semakin insomnia, hehehe.


Feels like insomnia, aaahhh

17 Agustus 2013

Kenangan HUT Kemerdekaan RI

Dirgahayu HUT RI ke-68!

sumber gambar: stupidmonkey.web.id

sumber gambar: kaskus.co.id

Setelah membaca blog baru teman saya ini, saya jadi ikutan pengen cerita seputar perayaan kemerdekaan RI di masa kecil saya. Hehe. Namanya perayaan kemerdekaan selalu dimeriahkan dengan namanya perlombaan. Balap karung, tarik tambang, makan kerupuk, lari membawa kelereng, lari dengan sepatu bakiak dan macam-macam lomba lainnya yang kayaknya cuman ada di Indonesia. Sekolah-sekolah dan lingkungan sekitar rumah tidak akan melewatkan berbagai macam perlombaan selain tentunya diawali dengan upacara bendera. Lagu bertemakan kemerdekaan pun sering dikumandangkan, seperti lagu Bendera, lagu Kebyar-Kebyar, Hari Merdeka, dan sebagainya.

Seingat saya semasa saya sekolah, saya jarang ikut lomba. Soalnya lombanya kan tidak banyak. Jadi tidak semua anak bisa berpartisipasi ikutan lomba. Saya jarang sekali terpilih mewakili lomba. Haha. Tetapi wajar sih, saya sendiri anaknya tidak tangkas. Percayalah saya bukan langganan menang lomba.

Namun, tidak berarti saya tidak pernah ikutan lomba. Setidaknya ada satu perlombaan kemerdekaan RI yang saya ikuti dan saya ingat pasti. Itu adalah waktu kelas 3 SMP. Saya bisa ingat karena ada foto-fotonya di buku kenangan SMP. Haha. Saya ikut tiga lomba sekaligus.

Pertama lomba balap karung. Saya bisa terpilih mewakili lomba balap karung karena disuruh guru saya. Karena katanya kaki saya yang panjang sehingga loncatnya bisa jauh. Sayang sekali beliau salah. Yang menang justru yang kakinya pendek. Kenapa saya kalah? Karena di tengah jalan saya terjatuh, terpleset. Beneran lho, gak gampang lompat dengan karung. Kedua kaki harus lompat berbarengan. Kalau enggak ya itu, jadinya jatuh. Waktu kelas 2 SMP saya juga pernah ikutan lomba balap karung. Jadinya dua kali saya ikut lomba balap karung. Saya kembali kalah karena lagi-lagi terjatuh. Teman-teman saya sepertinya tidak ambil pusing dengan kekalahan saya, karena mereka sepertinya menikmati saat saya terjatuh. Maka sejak saat itu, saya memilih untuk tidak pernah lagi ikut lomba balap karung. Alasannya, pertama: saya ogah jatuh dan ditertawakan. Kedua: Lebih baik serahkan kepada ahlinya (yang lebih ahli melompat dengan karung).

Kedua lomba make up. Pesertanya berpasangan dan saling merias wajah satu sama lain. Jadilah muka saya diberi lipstik dan bedak. Yang menang bukan yang tercantik, tetapi yang terjelek. Haha. Saya tidak menang. Berarti saya tidak jelek. Haha.

Ketiga adalah lomba futsal komedi. Ya saya mesti tambahkan kata komedi, karena ini futsal gak serius. Bolanya bukan pakai bola kaki, tetapi pakai bola pingpong atau bola apa, saya gak ingat pasti. Pokoknya bolanya kecil sekali. Lalu, penampilan kita harus kacau. Tim kelas saya pakai sarung. Tetapi masih mendinglah, tim lawan kami lebih berani. Pakai rok. Bahkan ada yang memakai dua buah balon di dada (errr.. dimaksudkan membuat dada seperti wanita). Lalu di tengah pertandingan, muncullah lagu dangdut dan kedua tim harus bergoyang. Kacau habis kan?

Tim futsal komedi bukan untuk laki-laki saja. Perempuan juga ada. Yang perempuan ada yang berdandan memakai jilbab, ada yang memakai kaca mata hitam. Aneh-aneh lah pokoknya.

Di lomba ketiga, saya sudah menargetkan untuk kalah. Teman-teman saya juga tampaknya berpikiran hal yang sama. Lah, temen-teman saya juga gak antusias mainnya. Sementara lawan kami, sangat pede dalam bergoyang, berdandan, dan mengejar bola. Jadinya tidak ada satu pun dari ketiga lomba tersebut yang saya menangi.

Naik kelas SMA, saya pernah ikut lomba makan kerupuk. Tetapi ya itu tidak menang juga. Hahaha.

Selain lomba-lomba, ada upacara bendera. Zaman saya TK sampai SMP, upacara bendera setiap Senin pagi. Selain berdiri menghadap bendera, saya sudah pernah ikut dalam tim paduan suara dan menjadi petugas upacara. Anak-anak paling tidak suka jadi paduan suara karena harus bernyanyi selain mendapat latihan khusus bernyanyi di lapangan. Kalau nyanyiannya kurang keras, pasti kena omel. Udah dijemur, bernyanyi, lalu kena omel. Gak enaknya berkali-kali lipat.

Jadi petugas upacara paling enak lah. Saya sering terpilih jadi pemegang protokol. Tugas saya adalah memberitakan jalannya upacara. Posisi saya terbilang enak karena berdiri di tempat yang tidak kena panas (teduh). Selain itu, bubarnya lebih dulu dari barisan yang lain. Dan jarang kena omel. Benaran lho, waktu di zaman saya SD dan SMP (sekolah yang sama), barisan yang kurang tertib suka diomeli dan mendapat nada-nada kurang mengenakkan.

Beranjak ke SMA. Sekolah baru. Upacaranya tidak selalu setiap minggu. Kalau di sini, saya cuman jadi peserta upacara yang baik saja.

Memasuki kuliah, tidak ada lagi yang namanya upacara bendera dan lomba kemerdekaan RI. Hari kemerdekaan RI sewaktu di masa sekolah adalah kenangan masa kecil tersendiri ya. Apalagi pas menang lomba, ada kebanggaan tersendiri biarpun hadiahnya kadang cuman biskuit. Kebanggaannya gak hanya masalah individual (yang menang lomba), tetapi membawa nama kelas juga kan. Jadi, kelas yang banyak menang lomba biasanya menjadi sombong.

Nah, kalian pernah ikut lomba atau mungkin menang lomba apa saja?

31 Juli 2013

Perbedaan Itu Istimewa


Perbedaan tidak selalu buruk.

Bukan suatu hal yang memalukan jika menjadi orang aneh, berbeda, atau tidak biasa.

Orang-orang dilahirkan pada dasarnya selalu berbeda.

Dengan sendirinya, setiap orang menjadi unik.


Selama keunikan kita tidak mengusik hidup orang lain, mengapa harus takut jadi beda?

Asalkan tidak merugikan orang lain dan diri sendiri, banggalah dengan diri sendiri yang punya banyak hal berbeda dengan orang lain.

Janganlah meniru orang lain.

Dirimu adalah istimewa.

Perbedaan itu istimewa.

15 Juni 2013

Kala Lagu Cinta Dewa Kembali Meledak

Artis: Dewa
Album: Cintailah Cinta
Personil: Once (vokal), Ahmad Dhani (keyboard/vokal), Andra Ramadhan (gitar), Erwin Prasetya (bass), dan Tyo Nugros (drum)
Tahun: 2002
Penerbit: PT Aquarius Musikindo
Produser: Ahmad Dhani

Track list:
  1. Arjuna
  2. Kosong
  3. Mistikus Cinta
  4. Angin
  5. Pupus
  6. Cintailah Cinta
  7. Kasidah Cinta
  8. Bukan Rahasia
  9. Air Mata
Sebelumnya saya sudah membahas album Dewa - Bintang Lima. Sekarang, saya akan bahas album Dewa keenam yang berjudul Cintailah Cinta. Lagu ini memiliki jumlah nomor lagu yang lebih sedikit dari album sebelumnya. Malah, bisa dibilang salah satu album Dewa dengan jumlah nomor lagu yang sedikit. Album ini adalah comeback Erwin sang bassis yang sebelumnya keluar dari Dewa karena masalah narkoba. Namun, belakangan Erwin hengkang lagi karena ketidakcocokan.

Kabar yang pernah saya dengar, album keenam Dewa ini mau dinamakan dengan Indera Keenam (biar orang ingat ini album keenam Dewa), namun karena ada sinetron yang berjudul Indera Keenam saat itu, maka judul diganti. Mungkin supaya tidak dibilang Dewa tidak kreatif dalam membuat judul album atau takut dikira mendompleng judul sinetron.

Masih bicara soal judul, album ini menuai masalah, yaitu judul lagu Arjuna. Sebelumnya, lagu itu berjudul Arjuna Mencari Cinta. Tetapi, karena nama itu mirip dengan sebuah novel remaja era 70-80'an yang berjudul Arjuna Mencari Cinta karya Yudhistira ANM Massardi, Ahmad Dhani kena gugat. Ahmad Dhani selaku pencipta lagu dituding mencomot judul novel itu sebagai judul lagu tanpa izin. Apalagi, judul novel Arjuna Mencari Cinta sudah memiliki hak cipta dan sudah diakui di dunia internasional. Saya sendiri belum hidup pada era novel itu terbit. Jadi, saya kurang begitu mengerti kiprah novel tersebut. Pada akhirnya, Ahmad Dhani bersedia mengalah dan mengubah judul lagu Arjuna Mencari Cinta menjadi Arjuna saja.

Meski diawali dengan masalah, album Dewa - Cintailah Cinta menuai kesuksesan yang sama dengan album Dewa - Bintang Lima, menembus angka penjualan hingga 1 juta keping. Sungguh angka yang fantastis! Sampul album ini juga mendapat penghargaan terbaik di ajang Anugerah Musik Indonesia.

Sampul Muka



Sampul Belakang

Sampul Depan
Album ini dibuka dengan lagu Arjuna. Sebuah lagu tentang usaha pria mencari wanita. Lagu ini menunjukkan Ahmad Dhani memang maestro menciptakan nada-nada baru. Sebuah lagu cepat dengan reffrain berupa teriakan panjang yang tak kan dilupakan oleh orang-orang yang hidup di generasi 90'an dan awal 2000, Akulah arjuna..... yang mencari cinta..... Wahai wanita..... cintailah aku..... Vokal Once yang melengking terlihat sangat pas membawakan lagu ini. Di ajang singing competition, banyak penyanyi mencoba membawakan lagu ini, namun hanya vokal Once yang menurut saya paling pas membawakan lagu Arjuna.

Setelah mendengar hentakan isi hati seorang arjuna, lagu berikutnya adalah lagu pop sendu berjudul Kosong. Lagu ini merupakan lagu kesukaan Once. Di track selanjutnya, Ahmad Dhani mencoba berduet bersama Once menyanyikan Mistikus Cinta. Mistikus Cinta rupanya terinspirasi dari curhatan Vina Panduwinata. Hal ini terungkap di konser Mahakarya Ahmad Dhani dan Dewa 19. Kemudian, kita akan dikagetkan kembali oleh duet vokal Once dan Ahmad Dhani dalam lagu cepat berjudul Angin.

Side A kaset ditutup dengan lagu patah hati terbaik sepanjang masa, berjudul Pupus. Meski ini lagu patah hati, saya cinta sekali dengan lagu ini. Liriknya pun tidak tedeng aling-aling.


Baru kusadari cintaku bertepuk sebelah tangan...
Kau buat remuk, seluruh hatiku...

Intro lagunya saja sudah bikin sedih. Begitu pun chodanya. Lagu Pupus ditutup dengan permainan gitar Andra selama kurang-lebih 1 menit. Ahmad Dhani seperti sengaja memberikan ruang bagi pendengar untuk melap isak tangis di dalam hati. Kalau Anda meresapinya, suara gitar Andra bisa menyayat hati. Saya sudah mendengar versi penyanyi lain membawakan Pupus. Tetapi, hanya Once, ya sekali lagi hanya Once yang pas membawakan suasana lagu ini menjadi begitu perih dan sedih.

Side B kaset diawali dengan lagu Cintailah Cinta, yang menjadi judul album ini juga. Lagu Cintailah Cinta adalah sedikit banyak dari lagu cinta universal yang ditulis Ahmad Dhani. Simak kata-katanya: Tuhan, anugerahi sebuah cinta, kepada manusia untuk, dapat saling menyayangi. Bila kebencian meracunimu. Takkan ada jalan keluar. Damai hanya jadi impian.

Lagu selanjutnya adalah Kasidah Cinta, di mana Ahmad Dhani mengambil lead vokal. Lagu ini bernuansa sedikit Timur Tengah, menceritakan kegilaan seorang pria kepada wanita. Kemudian kita akan mendengar lagu Bukan Rahasia yang sebagian liriknya diambil dari ucapan Albert Einstein dan John Lennon. Lagu Bukan Rahasia ini juga menjadi lagu sebuah iklan. Tapi, saya lupa iklannya.

Akhirnya, album ini ditutup dengan Air Mata. Jika mendengar reffrain-nya, seolah-olah meminta kita untuk menangis, Menangislah... bila harus menangis. Karena kita semua... manusia. Manusia bisa terluka... manusia pasti menangis. Dan manusia pun bisa mengambil hikmah. Jadi, rasanya lagu Air Mata memang pas menutup album ini. Lagu ini didahului dengan permainan instrumen sebelum vokal Once mengalun. Lagu Air Mata ini sempat ngetop saat bencana tsunami Aceh melanda.

Album ini merupakan puncak kejayaan grup band Dewa. Karena setelahnya, album Dewa tidak lagi kembali merasakan kesuksesan, meski Baladewa dan Baladewi akan tetap mencintai Dewa. Penampilan Dewa selalu dinanti-nanti, begitu pun lagu besutan Ahmad Dhani.

7 Juni 2013

Saya dan Puisi

Menulis puisi sebenarnya adalah hobi yang bermula dari iseng. Waktu SMP, saya punya teman perempuan bernama Arden. Ia punya buku khusus yang berisikan puisi-puisi karyanya. Setelah membacanya, saya jadi ikut-ikutan untuk membuat puisi juga. Puisi orisinal saya pertama adalah puisi yang inspirasinya dari sebuah buku cerita yang saya baca di perpustakaan. Lupa tentang apa. Kalau tidak salah tentang anak jalanan. Puisi itu ditulis di kertas dan hanya saya perlihatkan kepada Arden. Saya tak pernah menyimpannya.

Ketika SMA, dimulailah saya menseriusi aktivitas menulis puisi ini. Puisi saya ketik, lalu saya simpan di komputer. Kebanyakan puisi yang saya buat karena terlalu menghayati sebuah lagu, kemudian tersusunlah kalimat demi kalimat di kepala saya. Karena merasa kalimat yang saya bikin itu bagus (ya, harus bagus dong), lalu saya rangkai… jadilah sebuah puisi. Intinya sih, kebanyakan puisi saya adalah hasil imajinasi dan nyontek dari lagu. Sangat sedikit, puisi yang tercipta karena curhat.

Kalau kalian perhatikan, puisi saya kebanyakan punya rima. Apa itu rima? Itu lho, pengulangan bunyi akhiran yang sama. Biasanya muncul di pantun. Pantun punya rima a-b-a-b. Bicara soal pantun, saya jadi ingat seorang guru SMP bahasa Indonesia saya bernama Ibu Nursyamsih. Terakhir datang ke sekolah lama saya tahun 2011, beliau masih mengajar dan ingat saya (ah, syukurlah). Beliau orang Padang dan senang dengan namanya pantun. Dari penuturan beliau, orang Padang yang punya adat Minang yang senang berbalas pantun. Apa benar atau tidak, saya kurang tahu persis. Tapi, kayaknya pantun memang milik budaya Indonesia. Jadilah, beliau senang meminta siswa menulis pantun sendiri. Dan itu tidak sekali. Ada beberapa kali kami disuruh menulis pantun dengan tema-tema tertentu, seperti tema iklan atau tema orang yang disukai (ada-ada saja). Kemampuan saya merangkai rima cukup oke dan kayaknya dimulai dari belajar pantun deh, saya mulai terlatih menulis rima.

Kesukaan membuat rima juga dikarenakan saya senang mendengar lagu. Lagu-lagu jaman dulu umumnya ada rima. Lalu, saya juga suka dengar lagu-lagu rap yang selalu ada rima. Saya menganggap penggunaan rima dalam puisi adalah sebuah kreativitas. Karena tidak mudah, mencari rima yang enak dibaca, namun tidak merusak isi.

Lama-lama jumlah judul puisi saya jadi banyak, terus puisi saya kan bagus (ya, harus bagus dong), sayang rasanya tidak mendapat pembaca. Lalu, terbersitlah ide mempublikasikannya kepada khalayak ramai. Karena blog di Friendster susah mendapatkan pembaca, saya membuat sebuah blog yang berisikan karya-karya puisi saya di alamat http://puisi-amatir.blogspot.com/. Sampai sekarang masih update, meski tidak sering-sering banget. Awalnya sih, blog itu dibuat dengan harapan dapat uang. Tapi, kalau puisi, kayaknya susah deh. Haha.

Itulah sekelumit tentang hobi saya yang kurang maskulin ini

3 Maret 2013

Air Garam dalam Telaga

Pada suatu hari, ada seorang pemuda dengan wajah kusut sedang berjalan-jalan melewati sebuah telaga. Kemudian, pandangan matanya menangkap seorang kakek tua yang sedang sendirian di tepi telaga. Kakek tua itu mengambil air dari telaga dan menuangkannya ke dalam gelas. Dari saku celananya, dia mengeluarkan seraup garam dan menaburkannya ke dalam gelas. Lalu, si kakek segera mengaduknya.

Si pemuda tampak heran, namun tertarik dengan gelagat si kakek. Mengikuti rasa ketertarikannya terhadap si kakek, si pemuda kemudian menghampiri si kakek tua tersebut. Ternyata gelas berisi air telaga sengaja dibuat si kakek untuk si pemuda. "Minumlah," pinta si kakek. Si pemuda kemudian meminumnya. "Bagaimana rasanya?" tanya si kakek. "Asin sekali!" jawab si pemuda sambil memuntahkan sebagian air yang masih tersisa dalam mulutnya.

Lalu, si kakek kembali mengambil seraup garam dari saku celananya. Kali ini, ia menaburnya ke telaga. Ia mengambil gelas dari si pemuda. Namun, kini ia menggantinya dengan air telaga. "Minumlah," pinta si kakek lagi. Si pemuda meminumnya kembali. "Bagaimana rasanya?" tanya si kakek. "Segar sekali," jawab si pemuda. "Nak, seperti itulah permasalahanmu, bila kamu memendam semua permasalahanmu ke dalam hatimu sendiri, rasanya pasti berat. Seperti air yang engkau minum di awal. Namun, bila engkau menabur permasalahanmu, seperti menabur ke telaga yang luas, rasanya pasti segar sekali. Oleh karena itu, bila kita sedang dirundung masalah, tidaklah salah kita saling berbagi," ujar si kakek. Dengan wajah agak malu, si pemuda mengangguk setuju. 

Dalam kisah ini, kita dapat mengambil hikmah bahwa dalam kehidupan ini, tidak ada seorang pun pernah terbebas dari masalah. Utang yang belum lunas, putus cinta, konflik dengan atasan adalah hal-hal yang sering kita temui. Namun, tidaklah bijaksana bila kita terus memendam permasalahan itu sendiri.

Dalam kehidupan ini, kita semestinya dituntut untuk bisa saling berbagi, termasuk berbagi rahasia. Setiap manusia memiliki rahasia. Bila rahasia itu kita pendam, pada akhirnya hanya menghambat kemajuan karena dalam hati kita takut ketahuan, merasa malu, dan sebagainya. Berbagilah rahasia itu. Namun, perlu diingat dalam berbagi rahasia, haruslah kepada orang yang tepat dan pada waktu yang tepat. Kalau tidak, akan menjadi bumerang, malah menjatuhkan kita sendiri. Perlu diketahui, tidaklah bijak, membocorkan rahasia kepada semua orang.

Renungan ini diambil dari sebuah cerita yang dibawakan oleh sebuah ustad dalam sebuah talkshow di i-radio FM pada tahun 2008.

3 Februari 2013

Yang Selalu Kusayang

Mengaku dirinya Lanny, padahal di KTP adalah Lani. Salah ketik pas pembuatan akta, katanya. Loh, mengapa tidak diniatkan untuk diubah kalau tahu salah? Ya sudahlah.... Saya pakai versi Lanny saja, sesuai pengakuan yang bersangkutan.

Lanny dan saya sekelas sewaktu kuliah semester pertama. Lanny bilang bahwa perjumpaan pertama saya dengannya adalah pas Psycamp (Psychology Camping) 2007. Memang benar, pas Psycamp dia ikut. Cuman, waktu dia bilang ketika acara jurit malam, kami sekelompok... nah, di sini saya tidak ingat. Haha. Saya ingat di acara jurit malam itu ada Fransiska Laurensia, Truly Arlene, Anna Siahaan, Stephanie Deliana, Endy, dan Felicia. Tetapi, mengapa tidak ada satu pun ingatan tentang Lanny??? Why???

Saya mencoba mengingat-ingat kapan kami berkenalan, tetapi tidak ada satu pun ingatan yang terlintas. Saya mencoba mengingat-ingat kapan saya melihatnya... dan yang muncul adalah ini...

Atas kiri-kanan: saya, Lanny, Ais. Bawah kiri-kanan: Fransiska, Arlene, Ririn. Paling Bawah: Chrisilya Thoeng
Lupa kata siapa, Arlene atau Fransiska, pernah bilang ke saya, ”Kenapa ada Sufren di foto ini?” Maksudnya adalah, saya seharusnya tidak di sana, berfoto dengan para gadis. Saya seakan merusak keindahan saja. Ckckck. "Lah, yang ngajak siapa?" Saya sendiri tidak ingat siapa yang ngajak, terlebih siapa yang ngambil foto tersebut?

Foto itu sendiri di ambil tahun 2007, saat sebelum kami semua berangkat menyeberangi kampus 1, ke kampus 2 (gedung yang di sebelah Mall Ciputra) untuk mengikuti kuliah... eee, lupa lagi, antara Kewarganegaraan atau Bahasa Indonesia deh.

Mari lupakan perkara kemunculan saya di foto itu. Coba tengok cewek yang ada di tengah atas. Dialah Lanny yang sedang kita bahas. Model rambutnya mantap ya. Saya sebut model polesan (poni lempar ke sanaan dikit). Coba bandingin dengan Lanny yang ada di sini. Beda ya... sekarang lebih cakep. Hihihi. Anyway, sekarang statusnya masih single available lho...

Dahulu, Lanny sudah 2 (entah yang ke-3 boleh dihitung atau tidak) gagal dalam percintaan. Pacar pertamanya adalah yang fenomenal. Saling mengenal di Facebook, lalu berlanjut ke Yahoo Messenger. Tanpa melalui pertemuan tatap muka—karena mereka berada di dua pulau yang berbeda, terpisah di antara selat—mereka memutuskan berpacaran. Bisa gitu... Hebat kan.

Saat mereka kopi darat, saat Lanny membawa pacarnya ke kampus, betapa bahagianya Lanny saat itu. Tetapi, cinta tidak selalu indah. Pada akhirnya, selat perbedaan memisahkan mereka lebih jauh dan lebih jauuhhh lagi.

Pacar kedua tidak terlalu terekspos. Saya kurang tahu sejarah pertemuannya. Saya harus tunggu Lanny bercerita dulu neh. Perpisahannya sama dengan yang pertama, putus lagi karena masalah perbedaan. Lah, bukankah perbedaan sesungguhnya mengindahkan kehidupan ini? Oh, rupanya... saya tahu sekarang bahwa cinta tidak cukup dengan hanya perbedaan. Cinta pun tidak semudah jalannya seperti dalam cerita drama.

Dan, yang ketiga adalah yang (mungkin) paling pilu baginya. Terkatung-katung dirinya di antara ”mendapatkan apa yang tidak bisa didapatkan dan melepaskan apa yang tidak bisa dilepaskan”. Ceritanya secara tersirat ada di blog pribadinya.

Lanny adalah pecinta cinta. Tentu saja cinta yang menggembirakan. Novel, lagu, dan drama romantis adalah bagian dari hidupnya. Dia tidak mencari pria yang kaya dan tampan, tetapi yang mau berjuang untuk hidupnya. Hanya saja, keinginannya sedang tak berbanding lurus dengan harapannya. Tetapi, Lanny bukan pecinta galau. Tuhan, sahabat, keluarga, dan mbaknya yang setia mendengarkan curhatnya selalu dapat menguatkan dirinya.

Lanny adalah anak yang baik. Dia senang membantu temannya dengan tulus. Saya belajar ketulusan darinya. Dia senang mendengarkan curhatan orang, termasuk saya. Hehe. Dia sayang anak-anak. Keponakannya bernama Darren adalah kesayangannya. Sahabatnya, Ririn adalah orang yang paling dekat dan paling baik dengannya.

Lanny adalah anak yang senang berbagi. Saya pernah dipinjamkan berbagai macam komik dan novel olehnya. Sayang sekali, rumah kami terpisah oleh jarak ribuan mil. Coba kalau dekat, koleksi novel, DVD, dan komik bisa dijarah semua oleh saya. Hahaha.

Hobinya selain baca buku dan nonton DVD adalah foto-foto. Kalau bepergian bersamanya, kamu akan beruntung. Kamu pasti ada di album fotonya. Ya, dia tidak hanya senang dipotret, tetapi senang memotret orang lain. Lalu, fotonya akan diedit olehnya. Begitulah kesenangan dia. Dia adalah seksi dokumentasi yang baik.

Saya senang sampai kini kami masih sering bercakap-cakap via YM. Sekarang Lanny, sibuk kuliah S-2 mengambil profesi Psikologi Klinis Anak. Pekerjaan dengan anak-anak adalah memang yang paling cocok dengannya.

Begitulah tentang Lanny. Tidak ada perkenalan secara formal yang kami lakukan. Saya tidak ingat kapan saya mulai tahu dirinya. Perjumpaan kami memang tidak jelas. Biarlah jadi misteri. Saya doakan jalan cinta dan jalan karirnya bisa semulus dengan kisah-kisah happy yang sering ia baca dan dengar.

Meski Lanny tak kan mungkin bilang ke sayang ke saya, haha.... tetapi, biar saja saya yang bilang bahwa Lanny akan menjadi teman yang selalu kusayang...  

2 Februari 2013

Seorang Motivator

Selain Natalia, satu orang yang luar biasa yang saya kenal adalah Debbie. Debbie adalah penulis novel Honey Money. Saya beruntung sudah kenal dia sejak SMA.

Sewaktu kelas 1 SMA, anaknya sudah menunjukkan ada ”sesuatu”.  Saya sekelas dengannya saat itu. Anaknya supel dan cepat akrab dengan siapa. Tak heran di tahun pertamanya saja, dia sudah menjabat sebagai wakil ketua OSIS.

Selain itu, dia juga berbakat. Bermain gitar adalah salah satu talentanya. Dia sempat didapuk sebagai gitaris untuk band sekolah kami yang bernama 7 Inspirations. Tapi, talenta lain yang membuat saya berdecak kagum adalah menulis. Menulis, semua orang juga bisa, mungkin sebagian besar kan berkata begitu. Tetapi, menulis sampai menjadi sebuah karya dalam bentuk buku novel, tentu saja, tidak banyak yang bisa apalagi sampai berhasil dicetak ulang beberapa kali.

Awalnya saya kurang percaya ketika diberi tahu seorang teman bahwa Debbie sudah membuat sebuah novel (waktu itu kami masih kelas 2 SMA). Oh ya? Begitu kata saya dalam hati. Mungkin cuman tulisan untuk kalangan terbatas. Tetapi, ketika melihatnya di perpustakaan sekolah, saya baru percaya sepenuhnya. Hehehe.

Novel perdananya Not Just a Fairy Tale. Pas di awal, ceritanya lumayan seru. Tetapi, kemudian ceritanya jadi agak membosankan. ”Sorry ya, Deb.” Tetapi, mengingat ini adalah karya pertamanya selain karena karya teman sendiri, so saya tetap mengapresiasi. Setidaknya, jujur... judul novelnya keren.

Setelah membaca Not Just a Fairy Tale sampai habis yang cuman butuh waktu sehari, saya berpikir sebenarnya saya juga bisa melakukan hal yang sama dengannya. Menulis sebuah cerita dan menjadikannya sebuah novel. Sejak SMP, saya merasa kemampuan menulis saya cukup baik di samping saya punya daya khayal yang baik. Maka kemudian, saya termotivasi untuk menulis dan membuat sebuah buku. Dan, hasilnya.... sampai kini.... gak berhasil. Hahaha. Seperti halnya Debbie yang mesti patah hati dulu baru dapat membuat novel, mungkin saya harus patah hati dulu kali ya supaya termotivasi. Eaaa...

Sewaktu SMA, dia bukan yang menempati posisi sangat terbaik. Meski anak jurusan IPA, mafia-nya (mate, fisika, kimia) sering remedial kok. Eh, saya juga sih. Hehehe. Pelajaran yang dikuasainya adalah bahasa Inggris (ayahnya guru bahasa Inggris). Di SMA, dia juga punya geng wanita bernama Sanseivera. Masih awet sampai sekarang. Nama geng ini kalau tidak salah diambil dari nama-nama para anggota geng tersebut. Sandra dan Liana, 2 teman baik Dee dalam Honey Money alias Debbie di kehidupan sebenarnya juga bagian dari geng ini.

Karena dia kuliah di jurusan yang sama denganku (Jurusan Psikologi), saya bisa mengamati kiprahnya lebih jauh. Di SMA kami, memang tidak ada sistem ranking, tetapi saya sih yakin betul dia tetap ada di geng 10 besar. Seperti sudah dibahas, di SMA, dia bukan yang sangat terbaik. Tetapi, di kampus, siapa sangka dia lebih bersinar?  Dia menjadi salah satu runner up lulusan terbaik di upacara wisuda ke-58. Rasanya wajar ya, karena ia sudah mantap memilih jurusannya sejak kelas 1 SMA. Mungkin ada unsur passion, atau kalau saya boleh berargumen, ”jurusan psikologi itu sebetulnya masih lebih mudah dari mafia... karena gak pake logika dan problem solving yang terlalu rumit. Ujiannya itu asal jago ngapal, rajin membaca, pandai memilih teman sekelompok yang tepat, plus cerdas dalam ”ngarang jawaban¸ pasti bisa kok dapat bagus, hehehe.” Saya sih ngebayangin kalau Liana, teman kami yang paling pintar itu memilih jurusan Psikologi Untar, rasanya dia juga akan dapat predikat lulusan terbaik. Kayaknya yaaa...

Kemudian, dia sempat menjadi Duta Fakultas Psikologi Untar, lalu 3 kali mewakili nama Untar dalam ajang perlombaan antarfakultas psikologi; salah satu yang spesial adalah perlombaan Psycomp di Bandung (saya turut serta di sana). Prestasi lainnya adalah menjadi runner up Putri Usaha Kreatif Indonesia, gelar yang disabetnya di sela-sela dia bekerja di salah satu perusahaan otomotif ternama. Novel keduanya Honey Money ditulisnya di sela-sela dia kuliah. Dia pun aktif dalam pelayanan gereja. Bensin semangat anak ini sungguh hebat. Entah seperti apa pola makan dan tidurnya?

Dengan segudang hal luar biasa yang telah dia dapatkan dan jalani, tidak banyak yang berubah darinya. Tetap wanita biasa yang masih memikirkan bentuk badannya (masalah umum wanita). Hahaha... Kesederhanaannya itulah yang membuat saya mengaguminya.

Oh ya... dia punya kelemahan yaitu tak bisa ngomong ”r”. Maka nama aslinya Debora, dia hanya pasrah mengucapkan namanya sendiri menjadi Debola. Oleh karena itu, dia lebih suka menyebut dirinya Debbie, karena tidak ada unsur ”r” di sana. Jadi, kita tahu dari mana nama panggilannya berasal. Hahaha.

Berkat kesuksesan novel Honey Money,dia bisa memetik salah satu cita-citanya: Keliling Eropa. Seperti halnya dia yang terus berusaha mengejar impiannya, saya pun kelak akan harus begitu. Motivator tidak perlu tokoh terkenal sekali. Seorang Debbie saja sudah memotivasi saya.

7 Januari 2013

Seorang Inspirator

Saya beruntung pernah mengenal Natalia. Ceritanya berawal dari semester 4, saat dia dan Felicia ikut bergabung ke dalam BUPSI (Buletin Psikologi) UNTAR, menemani saya, Endy, dan Riske yang sudah lebih dulu bergabung. Semester 5, dia menjadi Ketua BUPSI. Semangat dan dedikasinya memimpin BUPSI membuat BUPSI berkembang sangat baik.

Era sebelum Natalia, BUPSI tak ada iklan, terbit setahun sekali, belum berwarna, dan bahkan BUPSI harus dibeli tuk mendapatkannya. Di era Natalia, terjadi perubahan signifikan. BUPSI terbit per semester, mendirikan kegiatan lain selain menerbitkan majalah, yaitu workshop. Sampai sekarang, kegiatan-kegiatan sejenis workshop masih diteruskan. Lebih menakjubkan lagi, saya mendengar BUPSI kini sudah bisa diterbitkan 3 kali per tahun dengan full colour dan sudah ada pengiklannya. Luar biasa!

Workshop Penulisan Fiksi: Workshop yang pertama kali diadakan oleh BUPSI

Semua itu pasti berbeda jika Natalia tidak menjadi ketua BUPSI saat itu. Natalia bukan 1 dari 10 mahasiswa dengan IPK terbaik di angkatannya. Tetapi, harga IPK tentu tidak sebanding dengan karya nyata yang kita hasilkan. Natalia jelas dan nyata sekali sudah sangat berjasa mengembangkan BUPSI. Selain itu, sudah cukup banyak orang tahu, Natalia mendirikan bimbingan belajar bernama Kidtozz Bimbel sejak akhir 2010.

Bimbingan belajarnya ini adalah penyalur tenaga pendidik (tutor) ke rumah-rumah siswa (privat). Yang menarik ada sistem token yang bisa dikumpulkan siswa untuk mendapatkan hadiah di setiap semester. Saya adalah tutor generasi pertama. Saya bergabung di Kidtozz dari Januari 2011 sampai Januari 2012. Pengalaman pertama mengajar saya sempat saya posting di sini.

Pengalaman pertama yang ditulis di sana masih kurang lengkap sebetulnya. Hehe. Saya masih ingat begitu perhatian seorang Natalia kepada saya. Jadi, di awal-awal mengajar, Natalia tidak lupa menyempatkan diri menelepon saya atau meng-SMS untuk sekadar mengetahui kondisi saya. Tidak jarang, saya curhat panjang lebar tentang derita mengajar yang saya alami.

Perhatian Natalia yang paling saya ingat adalah ketika dia datang ke Kelapa Gading, mengunjungi rumah Owen dan Dewin karena masalah ketidaksepahaman jam mengajar antara dia dan Tante Owen dan Dewin, sekaligus menengahi komplain dan ultimatum Tantenya ke saya. Padahal, dia habis mengajar dari Kota, kemudian langsung ke Kelapa Gading dengan menaiki taksi dan tidak menyempatkan diri makan siang... hanya demi tidak mau terlambat! Dan, itu bukan hal yang pertama dia rela tidak makan siang demi tidak mau terlambat. Natalia bisa menahan sementara kepentingan dirinya sendiri demi kepentingan orang lain. Dia bisa melakukan pekerjaan dengan profesional. Maka, tak heran BUPSI bisa menjadi lebih baik di bawah kendalinya.

Setelah selesai berurusan dengan Papanya Owen dan Dewin, kami pulang naik bus TransJakarta. Selama perjalanan pulang, Natalia berbagi pengalaman mengajarnya ke saya. Dia bercerita dia pernah mengajar anak autis dengan modal nekat. Pernah pula, dia mengajar di daerah Tebet sehingga sering pulang malam. Saya lalu sempat nyeletuk, ”Nat, kenapa loe gak buat semacam buku biografi mengenai hidup loe dan dedikasi loe ke dunia anak-anak?” Natalia jawab bahwa dia ada keinginan, tetapi tidak punya waktu untuk menulis. Secara spontan, saya menawarkan diri jika diperbolehkan menulis biografinya. Hehehe.

Sekilas tentang Natalia. Asalnya dari Cirebon. Sejak kecil, ia sudah rajin belajar. Dia juga aktif dalam pelayanan gereja. Visinya jelas. Dia ingin menjadi seorang pendidik. Maka, dia merintis karirnya sebagai guru privat pun dari niatnya sendiri. Dia sendiri pula yang mencari pekerjaan mengajarnya. Berangkat dari pengalaman mengajar itulah, dia berpikir untuk membangun bisnis bimbingan belajar bernama Kidtozz Bimbel. Dia pun masih menyimpan cita-cita menjadi seorang psikolog anak dan seorang master pendidikan.

Meski sudah mengepalai sebuah bimbingan belajar, dia tetap turun ke lapangan untuk mengajar, karena dia tak pernah bisa lepas dari dunia mengajar. Natalia pernah bilang bahwa passion-nya menjadi seorang pendidik nampaknya menular secara genetik. Di keluarganya juga ada yang berprofesi menjadi seorang guru.

Bertemu Natalia, lalu ikut serta melihat bagaimana bisnis bimbelnya dibangun membuka mata saya pentingnya memiliki tujuan hidup. Saya masih ingat awal mula markas bimbelnya itu di kosnya sendiri, lalu pindah ke gedung apartemen. Awalnya hanya satu unit, kemudian dia sekarang menyewa dua unit. Kemajuan yang luar biasa. Juga, akan selalu saya ingat setiap memasuki bulan evaluasi, yang mana tutor mesti datang menghadap ke Ibu Kepala Sekolah Natalia... hehehe, pasti ada diskusi panjang lebar mengenai masalah pengasuhan anak zaman sekarang.

Pembicaraan bersama di bus TransJakarta itu harus terhenti. Natalia memutuskan untuk transit ke bus yang mengarah ke arah Salemba karena sudah ada janji wawancara. Kami berpisah. Natalia meneruskan aktivitasnya mewawancarai salah satu partisipan skripsinya di RS Kramat. Sementara saya melanjutkan perjalanan pulang. Betapa saya tidak dibuat kagum dengannya karena dia merintis bisnis sembari mengajar sembari mengerjakan skripsinya... dan lulus tepat waktu pula dengan IPK memuaskan.

Tidak banyak orang yang saya kenal yang berani membangun bisnis dengan skala cukup besar di waktu usia muda. Meski bisnisnya masih dalam proses pengembangan, seorang Natalia sudah menginspirasi saya.