Page

13 November 2011

Harapan II

Ketika kamu menraktir teman-teman kamu, ini bukan tentang berapa biaya yang harus kamu keluarkan, di mana tempatnya, atau bagaimana tempatnya. Tetapi, ini mengenai pengalaman dan kebersamaan yang kamu dapatkan.

Saya merasa banget perayaan ultah saya cukup berkesan, meski tidak ada kue. Bukannya tidak ada, tetapi tidak boleh ada karena saya merayakannya di tanggal 12 November. Ultah saya masih keesokan harinya. Saya juga bingung kenapa tidak boleh potong kue sebelum hari H, mungkin bisa bikin pendek umur kali ya. Hehe.

Ketika kamu menraktir teman-teman kamu, dan mereka mau datang, itu tandanya kamu masih dipedulikan, diperhatikan, dan disayangi. Untuk teman-teman saya yang baik hati yang sudah hadir dalam perayaan ultah sekaligus kelulusan, saya berterima kasih sekali untuk semua rasa sayang dan kepedulian kalian itu. Semoga saya semakin baik di tahun ini seperti yang kalian harapkan di kartu-kartu ucapan itu :)


My Birthday Wishes

6 November 2011

Harapan

30 Oktober lalu, teman-teman saya baru saja diwisuda. Selamat untuk mereka! Mereka tampak cantik-cantik dan ganteng-ganteng dengan balutan toga tersebut. Yang lebih membuat penampilan mereka terlihat menarik tentu saja adalah senyuman kegembiraan yang terpancar dari wajah mereka. Ah, saya juga ingin diwisuda secepatnya. Hehe.

Wisuda saya masih menunggu tahun depan. Di wisuda saya, saya nantinya adalah mahasiswa kebetulan-akan-jadi lulusan terbaik. Kenapa kebetulan? Ya, itu karena yang terbaik di atas saya sudah diwisuda November tersebut. Hehehe. Tepat di bawah mereka adalah saya. Otomatis, sayalah lulusan terbaik di periode wisuda ke 59. Dan lulusan terbaik akan memberi bunga kepada Dekan, kata Yonathan. Kata Yonathan lagi, "orangtuamu pasti bangga, Fren." Entahlah, mereka akan bangga atau tidak ya. Saya sendiri cuek aja dengan itu. Hehe.

Saya sebetulnya tidak mengharapkan menjadi yang terbaik. Lebih baik wisuda kemarin (meski tak akan jadi terbaik) daripada menunggu terlalu lama begini. Tapi, takdir sepertinya mengharuskan saya mendapatkan titel lulusan terbaik. Dan titel tersebut semakin mengusik saya.

Saya merasa, hanya merasa... Orang-orang mengekspetasi saya terlalu tinggi. Ini dimulai dari pernyataan Pak Bonar ketika saya berpartisipasi menjadi pemakalah di konferensi psikologi di UI," saya sangat berhadap besar padamu sebagai representasi alumni F.Psi. yang amat baik, most outstanding. Go on..." Harapan besar yang dilontarkan kepada Pak Bonar membuat saya bertanya-tanya, apakah saya bisa memikul harapan itu? Apakah saya bisa menjadi teladan seorang alumni Fakultas Psikologi Untar yang baik?

Jauh sebelum harapan besar Pak Bonar dan pertanyaan-pertanyaan itu datang. Dua tahun yang lalu, ada harapan kecil saya akan menjadi pemimpin sebuah majalah psikologi di kampus saya. Setahun yang lalu, ada harapan amat besar bahwa saya dapat menjadi pemimpin senat mahasiswa. Meskipun kedua harapan itu akhirnya kandas. Yang saya sebutkan terakhir, saya sendiri yang memilih untuk mengkandaskannya tanpa menjelaskan lebih dulu sebuah alasan (kepada mereka yang berharap). Kecewa. Ya, banyak yang kecewa.

Saya tidak tahu bagaimana ekspetasi/harapan orang-orang setelah tahu saya adalah mahasiswa (kebetulan) lulusan terbaik di wisuda nanti. Harapan-harapan itu sejujurnya menyenangkan saya, tetapi juga membuat saya heran. Apakah saya pantas mendapatkannya? Kata Yonathan, saya pantas mendapatkannya. Oh ya, Yonathan ini sahabat yang seringkali memuji (atau memuja?) saya.

Jika ditinjau dari komentar-komentar sejumlah teman kepada diri saya, banyak sekali sisi positif yang saya miliki. Teman saya, Darwin sempat-sempatnya iri kepada saya. Iri dengan IPK dan kecerdasan saya. ("Oh, Darwin... gue juga iri karena lo bisa bermain alat musik...") Mungkin itulah asal-muasal banyaknya harapan yang diberikan kepada saya.

Itulah saya. Saya adalah orang baik yang memilih tidak menjadi yang terbaik. Saya mungkin terkadang membingungkan bagi sebagian orang. Maafkan saya.

Saya ingin berterima kasih kepada orang-orang yang pernah meletakkan "sesuatu" di pundak saya. Tetapi, saya juga mau meminta maaf sekali lagi apabila pundak saya tidak cukup kuat menahan "sesuatu" itu. Saya tidak akan tahu kelak 10 tahun lagi saya akan menjadi seperti apa. Sesuatu yang besar atau sesuatu yang kerdil? Tetapi, jika kalian mengharapkan saya menjadi sesuatu yang besar, hmm... mungkin sudah saatnya saya harus lebih serius kepada diri saya.