Page

30 Desember 2012

Cewek Cool

Saya bertanya pada Mariyana suatu kali lewat YM, ”Kapan pertama kali kita bertemu?” Dia jawab, ”Lupa.” Mungkin saat di kelas Psikologi Orang Dewasa atau kelas Agama Buddha, saya kurang berkesan di matanya. Haha. Di kedua kelas itu, saya pertama kali melihatnya. Harusnya bagi dia juga, pertama kali melihat saya. Saat itu kami semester 2. Tidak ada perkenalan secara formal sebetulnya. Tetapi, saya cukup mengingatnya. Gadis yang berbadan kecil, tetapi saat presentasi, nada bicaranya meyakinkan dan ada semangat. Busana yang sering ia kenakan kalau ke kampus adalah kaus berkerah dan celana jeans. Namun, tidak ada kesan tomboy atau cowo banget, tetapi memang saya rasa dia tidak menyukai gaya feminin atau anggun. Menurut saya, dia itu cool.

Siapa yang tahu selanjutnya di semester 5, kami baru mulai akrab. Pertemanan dimulai saat semester itu. Karena apa bisa akrab? Karena BEM F.Psi. Whew... Organisasi ”menyebalkan” itu yang sudah sempat disinggung di sini, di sana, dan eeeh di sana juga ada ya, rupanya ada sedikit manfaat selain mudaratnya. Setidaknya, saya bisa bertambah beberapa teman, dan... kayaknya beberapa ”musuh” juga sih. Haha. Jadi, di tahun ketiga menjadi mahasiswa, Mariyana diajak gabung serta ke dalam BEM F. Psi. dan terpilih menjadi Koordinator Seksi Hubungan Masyarakat. Otomatis, dimulailah saat-saat saya mesti bekerja sama dengannya menyukseskan sejumlah acara.

Kemudian, nanti pas semester 7 dan 8, kami menjadi teman senasib dan seperjuangan. Kami mengajukan proposal skripsi di bawah supervisi dosen yang sama. Hanya saja, di penghujung perjuangan drama skripsi, saya tidak senasib dengannya. Maksudnya adalah nasib akhir. Dia wisuda lebih dulu. Melangkahkan kaki lebih dulu untuk masuk ke dalam dunia kerja.

Itulah sedikit cerita tentang Mariyana. Asalnya Tanjung Pinang. Seorang anak yatim. Seorang pecinta game. Hobinya dulu di Facebook adalah bermain game. Mafia Wars adalah favoritnya saat itu. Saya bisa tahu karena saya dulu juga mantan mafia ”di sana”. Hehe. Anaknya sederhana dan penuh perhitungan.

Dia adalah teman chatting yang asyik, karena bisa diajak bicara apa saja. Selain itu, tentu saja sebagai anak kos-an yang kadang waktu tidurnya tidak menentu, sehingga dia bisa diajak ngobrol pas malam-malam jenuh atau galau. Tentu saja, itu kejadian sewaktu kami berdua masih mahasiswa. Masih punya semangat untuk begadang. Lain cerita sekarang, dia sudah sibuk mengais uang. Senin sampai Sabtu bekerja. Bahkan, hari yang semestinya bisa libur di kantor lain, dia juga malah bekerja. Tetapi, saya tidak melihat dia mengeluh dengan kondisi apa yang dihadapi. Meski dia wanita, dia jarang curhat. Jarang mengutarakan masalahnya. Dia selalu berusaha untuk tetap menikmati hidup. Satu hal yang bisa saya petik pelajaran darinya. Maka, di saat-saat saya butuh masukan, Mariyana adalah orang yang tepat. 

Foto diambil pas tanggal 14 Februari. Foto yang cukup menggemparkan. Gara-gara ini jadi ada gosip di antara kita. Gak apa-apalah biar hidup sedikit lebih renyah.

27 Desember 2012

Cewek Bahagia

Felicia sudah pernah disinggung dalam posting sebelumnya, teman baik Riske. Felicia dalam bahasa Latin artinya kebahagiaan. Nama ini jelas bertolak belakang dengan nama saya yang dalam bahasa Spanyol yang artinya adalah menderita. Haha. Sepertinya, kita memang bertolak belakang. Dia wanita, saya pria... *lah. Haha.

Saya kenal Felicia sejak Psycamp (Psychology Camping) sebetulnya. Psycamp adalah acara camping (yang diharuskan tetapi tidak wajib) untuk mahasiswa-mahasiswi angkatan baru. Tetapi, saya belum tahu namanya saat itu. Jadi, begini… Waktu itu ada acara jurit malam. Di acara jurit malam (acara mencari jejak di malam mencekam itu lhoo), saya mesti memegang senter dan serangga aneh yang mesti dibawa ke satu pos. Kemudian, di tengah jalan mendaki yang dilalui kali yang cukup deras, saya terpleset, karena jalan licin dan karena kedua tangan yang tidak leluasa akibat memegang barang. Ada seorang cewek yang pegang tangan saya untuk bantu saya mendaki jalanan itu. Saya tidak tanya namanya siapa. Tetapi, saya ingat suaranya. Dia Felicia. Dia... orang yang sudah menyelamatkan nyawa saya. *lebay.

Perkenalan kami dimulai sejak/karena saya mendaftarkan diri menjadi Anggota Muda BEM Fakultas Psikologi (F. Psi.). Ada Endy juga. Tetapi, saya belum terlalu dekat dengannya juga waktu itu. Ya, sekadar saling tahu nama saja. Cuman sekadar tahu, oh dia punya cowo yang lebih tua darinya, satu kampung dengannya (Batam), satu jurusan dengannya, dan cowonya menjadi anggota BEM F. Psi. juga. Oh, so sweet... dulunya sih.

Saya dan Felicia tampaknya semakin dekat sejak semester 3. Tetapi, itu pula gara-gara BEM F. Psi.. Waktu itu kami masih sama-sama melanjutkan ”perjuangan” kami di organisasi mahasiswa tersebut. Dia di BEM F. Psi., lalu saya pindah haluan ke DPM (Dewan Perwakilan Mahasiswa) F. Psi. Ada intrik, konflik, dan berbagai masalah pelik di dalam kedua organisasi itu, yang membuat mau gak mau saya (akhirnya) dekat dengan Felicia.

Foto saat Psycamp 2008. Jadi seksi konsumsi, tetapi bukan lagi masak, justru lagi makan. Kelaperan. Anaknya doyan makan.
Rupanya anaknya menarik. Matanya cukup bulat. Badan dan pipinya chubby. Senyumannya itu lebar. Jadi keinget Doraemon nih. Entah mau setuju atau tidak, sama seperti Doraemon, dia model orang yang bisa menggembirakan banyak orang. Pantas kan namanya Felicia.

Kami semakin dekat lagi pas semester 5. Waktu itu gara-gara sekelompok bareng di tugas Metpen Kualitatif. Karena Metpen Kualitatif ini, jadinya kami berdua mengatur supaya dapat kelas yang sama. Jadi di semester 5, kami sekelas di Kesehatan Mental, Psikologi Klinis, Psikologi Eksperimen, Psikologi Abnormal, dan Psikometrika. Lumayanlah dapat teman ngobrol baru.

Felicia juga adalah panitia yang mengurusi administrasi untuk perlombaan yang saya ikuti di Surabaya dan Bandung. Dia sempat frustrasi mengurusi administrasi di kedua acara tersebut. Untunglah pesertanya tidak sampai ikutan frustrasi. Kami malah bisa senang-senang. Hehe. Saya mewakili peserta, ”Terima kasih banyak Felicia untuk kerjanya saat itu.”

Namun, sayangnya pertemanan kami tidak cukup kuat membuat saya mau jadi calon Ketua BEM, meski dia sudah memohon. Banyak pertimbangan saat itu sih. Kalau saya bilang alasannya, pasti salah. Kalau enggak bilang, salah juga. Nah, mending nyanyi saja. Lagu Maaf Aku Harus Jujur dari Kerispatih kayaknya bisa menggambarkan perasaan saya. Eh, itu lagu cinta. Kurang cocok ya. Ah, tetapi ada bagian yang cocok kok.

Itu adalah cerita lalu saya yang tidak berhasil menggembirakan hati Felicia dan mungkin sejumlah orang lainnya. Jadi pas kan kalau nama saya adalah Sufren (penderitaan). Rupanya saya memang ”telah berhasil” membuat sejumlah orang saat itu menderita. Haha. 

Jadi, Felicia yang wisuda lebih dulu dari saya dan sudah mendapat cowo yang lebih baik, semoga selalu bisa membahagiakan orang di sekitarnya, jangan seperti saya yang sudah mengecewakan orang-orang. Semoga hidupmu selalu bahagia.

Felicia, Alethea (sahabat karib Riske), Riske, saya, Endy saat merayakan ultah Riske yang ke-23

23 Desember 2012

Profesor Karawang

Dulu aku menganggap kejadian ini paling memalukan. Ceritanya waktu  UAS (Ujian Akhir Semester) semester pertama. Kebiasaan waktu zaman SMA, meski aku mencatat jadwal UAS di buku, aku lebih suka mengingatnya ketimbang membuka catatan. Padahal, ingatan itu bisa salah, kan?

Terjadillah di sebuah hari Kamis kelabu, tubuhku lemas saat aku melihat jadwal UAS mata kuliah Dinamika Kelompok adalah di hari Rabu! Aku ingatnya itu hari Jumat. Padahal, pas di hari Rabu itu, aku masih bersantai-santai di rumah, main DotA pula. Hahaha. Benar-benar lemas, sampai 2 UAS terakhir: Bahasa Indonesia dan Kewarganegaraan, aku tidak semangat belajar. Tidak mengikuti UAS pasti jaminan tidak lulus. Dan, benar saja pas mengambil Kartu Hasil Studi, tertulis huruf D di mata kuliah itu.

Berarti, saya mesti mengulang mata kuliah itu tahun depan (karena cuman dibuka di semester ganjil). Memalukan sekali harus mengulang mata kuliah yang notabene untuk anak-anak semester pertama. Benar-benar memalukan. Yang bikin malu sebenarnya adalah cara saya tidak lulus. Salah jadwal! Teman-teman seangkatan saya kebanyakan tahu dengan kejadian memalukan ini. Mereka dulu suka menertawakan dengan apa yang aku alami waktu itu.

Sekarang, aku tidak lagi menganggap itu sebagai kejadian paling memalukan, tetapi itu kejadian yang membuatku bersyukur. Karena mengulang mata kuliah itu, saya bisa mengenal seseorang yang kelak menjadi sahabat dan penyemangat saya. Dialah Yonathan Natanael.

Yonathan Natanael, pindahan dari jurusan Teknik Mesin ke jurusan Psikologi. Dia pindah jurusan karena tidak nyaman dengan lingkungan di jurusan Teknik Mesin. Jurusan Psikologi, rupanya tepat baginya. Awalnya bukan siapa-siapa, tetapi lalu dia menjadi orang paling disegani di kalangan mahasiswa psikologi. Karena hanya dialah yang benar-benar menyukai angka. Psikometrika dan SPSS adalah jagonya. Para junior dan teman seangkatan meminta bantuannya untuk diajari psikometrika atau mengolah data penelitian. Kemampuannya menggunakan SPSS bisa dibilang dua kali lebih baik dari saya, eh dari semua teman yang saya kenal. Makanya, dia sering mendapat bayaran untuk mengolah data SPSS atau pun sekadar meng-input kuesioner dari banyak orang.

Gitar yang tercampakkan
Sebetulnya, alasan pertama aku ingin berteman dengannya sangat sederhana. Aku memintanya mengajariku bermain gitar. Tetapi, sayang aku tidak bisa memainkan gitar itu sampai sekarang. Maaf ya Tan. Hehehe. Tampaknya gue emang gak bakat dalam bermusik.

Meski gitarnya itu (sampai sekarang) saya campakkan, untunglah mentornya tidak. Dia menjadi bagian penting dalam hidup saya. Menjadi teman bicara yang baik.

Yonathan tipikal anak gereja ya. Hidup adalah pelayanan. So, dia bisa melayani teman-temannya dengan baik. Makanya, Yonathan menjadi orang yang menemani saya sejak proposal skripsi sampai skripsi saya lulus. Bahkan kita yudisium bersama-sama. Entah apa jadinya jika saya tak bertemu dengannya. 

Yudisium bersama Ibu Henny (Dekan) dan Ibu Tia (Ketua Program S2)
Pertama, dialah yang menemani saya ke PMI (Palang Merah Indonesia), tempat saya mengambil data. Kedua, dialah yang memberikan banyak masukan berharga untuk kemajuan skripsi saya. Dan, terakhir dialah penyemangat saat saya benar-benar hampir down mengerjakan skripsi. Dia benar-benar orang yang dapat saya andalkan. Jika orang-orang lain berbagi galau, dia justru berbagi semangat.

Dia adalah orang yang sering saya ajak diskusi dalam hal akademik atau penelitian. Bahkan, kami pernah mengerjakan penelitian di luar skripsi yang kemudian akan mendapat sanjungan dari sejumlah dosen.

Di acara Temu Ilmiah Nasional, SDG Award, dan Kongres IPPI
Kami pun sering bermimpi ini-itu ketika mengobrol di chatting. Kami juga bercita-cita melanjutkan kuliah di S-2. Sangat seru jika kembali mengingat masa-masa itu.

Namun, jalan hidup orang tak bisa ditebak. Ketika ia memutuskan kembali ke Karawang dan berkarir di sana, aku tahu bahwa ada yang harus ia perjuangkan di luar mimpi-mimpi lamanya itu. Dibandingkan dengan hidup di Jakarta, aku melihat Yonathan jauh lebih bahagia dan berhasil di sana. Ada keluarganya di sana, ada teman-teman kecilnya di sana, dan ada sesuatu yang besar yang dapat ia capai. Kabar terakhir, aku mendengar ia mendapat undangan gathering ke Bangkok dan Bali karena kinerja karirnya yang baik. Congratz, Tan.

Karawang bukan kota besar. Tetapi, Karawang hebat sudah melahirkan satu orang luar biasa seperti dia. Teman saya, Siti Syarifah bahkan sering menyebutnya sebagai Profesor. Kalau saya, mungkin Profesor dari Karawang. Hehehe.

Saya bersyukur bisa mengenal Yonathan. ”Thanks, Tan. Loe telah mengenalkan gue kota Karawang, lalu teman-teman loe di sana, keluarga loe di sana, dan tentu saja diri loe sendiri. Gue banyak belajar dari loe. Apa pun yang loe jalani, semoga loe selalu sukses dan terberkati :)”

21 Desember 2012

Menunggu Kedatangan Cewek Tangerang

Teman wanita saya yang satu ini banyak peminatnya. Bukan, dia bukan idola dalam arti sesungguhnya. Dia adalah idola untuk digoda. Haha. Bukan persoalan dia cantik atau tidak, gaul atau tidak, baik atau tidak, perempuan yang satu ini memang enak diajak ngobrol atau dikerjain. Hehehe. Cowok-cowok banyak yang ”ngefans” dengan dia.

Anaknya agak polos, sedikit tomboy, sederhana, dan perhatian terhadap teman-temannya. Dia senang menulis. Menulis memang hobinya. Karya-karyanya pernah dimuat di sini, meski tidak update lagi. Dulu dia juga senang hal-hal yang berbau horor dan pembunuhan. Koleksi novel dan DVD-nya adalah tentang 2 hal itu. Di tahun terakhirnya dia tobat sejak ikut Adhyatmaka (Unit Kegiatan Rohani Katolik di UNTAR) dan sejak saat itu dia menjadi senang hal-hal yang berbau religi. Eh, dia bukan dulu tidak suka religi. Setidaknya sekarang jadi semakin suka saja. Hehehe.

Oh ya, saya belum mengenalkan namanya. Riske Adventia. Namanya unik dan bagus. Riske mungkin berasal dari kata risky yang artinya penuh risiko. Kata risky mirip kata rizki artinya rezeki atau keuntungan. Mungkin maksudnya, kalau mau untung, harus ambil risiko. Hehe. Lalu, Adventia dari kata advent yang artinya kedatangan. Advent adalah masa menyambut Natal. Ulang tahun Riske memang dekat Natal, jadi wajarlah nama belakangnya Adventia. Jadi, Riske Adventia artinya kedatangan rezeki. Maksa.com.

Kapan saya mengenal Riske? Sewaktu semester 3, kuliah Psikologi Perkembangan 2, saya sekelas dengannya. Jadi, mulai tahu siapa dia. Tetapi, tidak cukup untuk saling mengenal. Sewaktu di semester 5, itulah perkenalan kami yang sesungguhnya. Tepatnya, karena saya diajak Felicia untuk sekelas bareng-bareng di mata kuliah Metpen Kualitatif. Eh, mana tahu bertemu dengannya dan sekelompok dengannya. Catatan: Riske adalah teman baik Felicia. Sewaktu di semester 5 pula, saya, Riske, dan Endy akan bergabung di kelompok Bupsi (Buletin Psikologi) UNTAR. Nantinya, kami bertiga bersama Felicia dan Natalia akan menjadi tulang punggung Bupsi yang kelak kan bersinar di masa-masa yang akan datang.

Gara-gara mengerjakan Metpen Kualitatif yang mengharuskan menginap di rumahnya di Tangerang, saya mulai tahu sosoknya. Orangtua, adiknya, lalu bagaimana karakternya kalau ia mendekam di rumah. Karakter-karakternya itu seperti yang telah saya sebutkan di awal.

Dia juga menjadi tempat yang enak kalau diajak ngobrol via YM. Dia sering cerita masalah-masalah tujuan hidupnya, masalah pekerjaannya, dan tentu saja masalah C-I-N-T-A. Haha. Baik masalah yang berkaitan dengan orang yang sedang didekatinya atau yang sedang mendekati dia. Mendengar dia curhat, saya banyak belajar, belajar untuk terbuka dan jujur dengan apa yang kita rasakan. Belajar juga untuk menjadi lebih kuat.

Saya sama Riske sama saja. Sama-sama suka galau, tetapi kami juga sama-sama punya mimpi. Salah satunya, seperti buka usaha sendiri. Berkali-kali dia ragu mencoba berbisnis, tetapi saya percaya dan yakin dia bisa. Itulah gunanya teman dekat membuat kita menjadi tidak lupa untuk bersemangat menjalani hidup.

Jadi, para pembaca yang ingin membeli baju, macaroni, dan/atau membeli produk antibodi, bisa hubungi saya. Nanti akan saya kenalkan dengannya. Atau, mungkin para pembaca yang barangkali mau bekerja sama dalam berbisnis dengan teman saya ini, bisa hubungi saya juga.

Karena sekarang kami sudah lulus dan punya job masing-masing, kami jarang kontak lagi. Rumahnya jauh di Tangerang sehingga dia tidak bisa setiap saat datang ke Jakarta. Tapi, kalau dia datang ke Jakarta, pasti sering terjadi hal-hal heboh dan menarik. Jadi, saya akan menunggu kedatangannya ke Jakarta lagi. Mungkin karena namanya Adventia sehingga banyak yang menunggu-nunggu kedatangannya. Hehe.

Saya masih ingat salah satu pesan di email-nya. ”Terus menulis, terus berkarya walaupun asa melayang-layang, kadang tinggi kadang rendah.  Jangan sampai angin menjatuhkan asamu. Biarkan angin justru menyongsong asamu untuk terbang lebih tinggi”. Tulisan ini salah satu cara saya untuk berkarya. Semoga ada yang terhibur dengan tulisan ini, terutama yang orang yang sedang dibicarakan. :)

16 Desember 2012

Teman Gila Kedua

Aku kira hanya menemukan 1 teman gila. Rupanya masih ada 1 lagi. Dia cuman orang biasa, tetapi dengan nama tidak biasa. Charles Darwin. Mengenal namanya, Anda berpikir dia orang hebat dalam ilmu pasti. Pasti orang keren. Oh, tidak sama sekali. Tetapi, untunglah dia hebat dalam ilmu musik, yaitu musik Cina.

Kepiawaiannya memainkan guzheng (alat musik kecapi Cina) membawa dia banyak keberuntungan. Salah satunya bisa tampil dalam acara seminar atau pentas seni kampus, kemudian tampil di acara nikahan atau acara-acara khusus lainnya. Gara-gara alat musik itu, dia bisa jadi salah satu mahasiswa yang bisa tampil di depan 2 orang mantan Rektor UNTAR. Gara-gara alat musik itu, dia bisa dapat, ehm uang. Dan, gara-gara alat musik itu, dia bisa terkenal. Charles Darwin Indonesia memang tidak paham ilmu evolusi, tapi setidaknya paham bagaimana memainkan dawai.

Kalau di-flashback, aku sudah kenal Darwin, panggilannya (dia kurang suka dipanggil Charles), sejak Mabimaru. Waktu itu ya, dandanannya dengan rambut dicat kuning dan memakai anting. Aku kira dia seorang preman. Haha. Tetapi, pada saat ngomong, nada bicaranya tidak sangar. Agak kontras gitu.

Ketika masih semester-semester awal, aku sudah tahu siapa dia. Charles Darwin dengan pemilik NIM 07-02. Aku ragu dia kenal aku sebelumnya. Namun, saat facebook mewabah dan kita berdua menjadi teman di sana, aku rasa dia sudah tahu siapa aku. Aku add YM-nya. Pembicaraan pertamaku dengannya adalah mengajak dia bergabung dengan kelompok Metpen Kualitatif. Tetapi, rencananya kandas. Aku tidak tahu bagaimana jikalau aku sekelompok dengannya di mata kuliah itu. Catatan:  Metpen Kualitatif, mata kuliah yang banyak menguras tenaga dan emosi. Hehehe. Dan, Darwin, ehm agak mudah terpancing emosinya.

Aku semakin dekat dengannya sewaktu semester 4, saat aku tergabung dalam panitia Pensi dan Seminar BEM Fakultas Psikologi tahun 2009, sementara dia menjadi pengisi acara. Saat melihat dia menggotong guzheng ke kampus untuk gladi resik acara seminar Terapi Musik, aku berkata, WOW (dalam hati saja)... ada temanku yang bisa memainkan benda itu. Eh, sebelum diberi tahu itu alat musik apa, gini-gini saya sudah tahu guzheng itu apa, karena sudah pernah melihat alat musik ini waktu SD.

Aku temani dia selama gladi resik bersama Alexandra juga, teman saya yang lain. Aku rasa benih-benih pertemanan timbul sejak saat itu. Uhuk-uhuk. Lalu, sampai sekarang aku tetap berhubungan baik dengannya. Meski, terkadang pertemananku dengannya beberapa kali diwarnai pertengkaran kecil. Banyak hal yang terkadang aku tidak punya jalan pikiran serupa dengannya. Misalnya, aku tidak begitu peka dengan penampilan. Lain hal dengan dirinya. Setidaknya, kita masih punya kesamaan. Kita berdua ini adalah orang yang suka bicara blak-blakan dan kadang menusuk hati. Hehehe.

Di seminar Terapi Musik (2009)
Dia adalah teman saya juga di saat jenuh apalagi galau. Jalan-jalan ke mall baeng-bareng, fitness bareng-bareng, berenang bareng-bareng, meski saya gak bisa berenang. Kayaknya dia sudah frustrasi mengajariku berenang. Hehe.

Bicara soal hobi, bukan cuman senang musik Cina, dia tuh pokoknya senang sekali dengan hal-hal yang berbau Cina. Dia kadang memintaku bercakap-cakap bahasa mandarin, padahal aku tidak bisa sama sekali lah ya.

Dimulai dari semester 5 adalah saat aku mulai mengenal baik siapa dia. Orang Jambi asli. Menyukai musik dan anak-anak. Punya kedua kakak perempuan yang sama-sama dokter. Dia adalah ”sang pembangkang” di keluarganya, karena tidak mau jadi dokter apalagi pebisnis. Passion-nya jelas: Musik.

Aku senang melihatnya mengikuti passion-nya. Kemampuannya bermain guzheng semakin lama semakin baik. Sekarang ditambah dia sedang belajar erhu (sejenis rebab). Portofolionya ada perkembangan. Dia tidak hanya jadi penampil kalau ada undangan acara, tetapi pernah menjadi guru musik guzheng privat dan di sekolah. Yang paling spesial adalah waktu dia jadi pengiring musik di pentas Sie Jin Kwie besutan Teater Koma, salah satu kelompok teater beken di Indonesia. Saya cukup tersanjung karena diberikan undangan gratis menonton oleh Darwin. Hehe. Thanks ya brother.

Setelah sekian lama tampil di dunia nyata, kini Darwin mencoba memamerkan dirinya di dunia maya. 


Nah, para pembaca yang mau seorang pemain alat musik kecapi Cina bisa tampil di acara-acara nikahan atau acara-acara spesial lainnya, bisa segera hubungi saya. Akan saya atur jadwal dengannya.

Mungkin suatu hari nanti dia bisa tampil di TV. Siapa yang tahu? Kalau Charles Darwin yang itu mempelajari evolusi, semoga Charles Darwin yang ini justru yang berevolusi. Berevolusi menjadi lebih hebat lagi.

12 Desember 2012

Teman Gila Pertama

Waktu hendak pulang dari kantor, aku kehilangan kunci motorku. Lalu, di tengah kepanikan tersebut, aku tertolong oleh seorang yang baik hati yang ikhlas mengambilkan kunci cadangan motorku di rumahku, kemudian menyerahkannya kepadaku. Dari rumahku di bilangan Pluit menuju tempat kantorku di kawasan Thamrin, butuh waktu sekiranya 1 jam jika jalanan lancar. Tidak mengharapkan apa-apa, rela bolak-balik buang waktu demi menolong temannya, padahal esoknya mesti terbang ke luar kota. Orang itu sungguh baik.

Aku sudah kenal orang baik ini, Endy, sejak acara Mabimaru (Masa Pembinaan Mahasiswa Baru). Lalu, masih ingat juga di acara Mabimaru itu, dia berperan sebagai penculik di drama Snow White yang aneh bukan main. Lalu, masih ingat juga dia duduk di sebelah saya di kuliah Antropologi, kuliah pertama saat kami jadi mahasiswa. Lalu, masih ingat juga sebetulnya dia kurang akrab dengan saya pertama kali. Adalah BEM (Badan Eksekutif Mahasiwa) Fakultas Psikologi yang buatku jadi bisa lebih dekat dengannya. Ya, kita berdua berkiprah bersama-sama di BEM Fakultas Psikologi sebagai Anggota Muda. Suka-duka kita jalani bersama-sama di organusasi yang cukup pelik itu.

Endy, asli Pematang Siantar, tetapi dia lebih ”Jakarta” daripada saya. Sekilas anaknya pendiam. Tetapi, setelah lama mengenal dia, ”bocor” juga anaknya. Hehehe. Dibandingkan denganku, dia itu lebih bawel. Kalau mendengar dia bercerita, banyak hal menakjubkan yang tidak aku ketahui sebelumnya. Dia sering membukakan mata saya tentang banyak hal di dunia luar. Dari perkara politik, budaya, bisnis, sampai ehm... cinta. Mengetahui dia pernah jatuh cinta dengan temanku yang lain, membuat aku sekarang paham: Cinta memang gila!

Dan, dia pula adalah orang yang bisa aku ajak menggila kalau lagi jenuh. Ngobrol hal-hal yang tidak jelas tanpa arah. Petualangan tergilaku dengannya adalah bertualang di Jogja selama 4 hari 3 malam, hanya dengan bermodalkan peta dan cerita-cerita seru dari orang lain. Keseruan yang tak terlupakan.

Berfoto berdua di Pantai Parangtritis

Bisa dibilang dia salah satu kawan kuliah yang masih bertahan berhubungan baik dengan saya sampai sekarang. Susah senang di kuliah dan di BEM sampai akhirnya di wisuda pun, kita jalani bareng-bareng.

Bicara sosoknya, orang yang pertama kali melihatnya, pasti tidak ada yang pernah menyangka bahwa dia adalah seorang seniman. Dalam hal musik, dia bisa sedikit-sedikit memainkan biola. Dan, salah satu kehebatannya yang bisa bikin banyak wanita berteriak WOW, adalah keahliannya menggambar bentuk/wajah menyerupai aslinya. Ini salah satu gambarnya.


 

Mirip aslinya, kan!?
 
Meski punya orangtua juragan elektronik, Endy ingin mengadu nasibnya di Jakarta. Mungkin karena kesenangannya mempelajari berbagai macam budaya dan bahasa negeri orang (dia lagi ingin sekali belajar bahasa Spanyol), dia mencoba mencari peruntungan hidupnya di kota lain.

Kami masih menggalau, masih belum tahu jelas apa masa depan kami. Tetapi, saya yakin masa depannya pasti akan menakjubkan, semenakjubkan cerita-cerita yang sering ia bagi kepada saya.

Note: Bagi teman-teman yang mukanya mau digambar dengan pensil seperti muka saya, bisa hubungi saya. Nanti akan saya kasih kontak teman saya ini.

3 Desember 2012

Sebuah Renungan Tentang Waktu Kehidupan

Ketika kamu anak-anak, kamu berpikir hidupmu sudah bahagia.
Sampai kemudian, kamu merasa tersiksa karena harus mengerjakan PR setiap hari, harus mengikuti les ini-itu, harus mematuhi perintah dan larangan guru dan orangtua, tidak boleh keluar rumah tanpa pamit, tidak boleh bermain game setiap hari, tidak selalu bisa mendapatkan mainan yang kamu suka, dan masalah-masalah anak-anak lainnya yang kamu hadapi.
Kehidupanmu tidak bebas, sehingga kamu berdoa, semoga aku cepat beranjak remaja. Alangkah enaknya menjadi remaja, karena kamu bisa melakukan apa pun sendirian.

Kamu pun beranjak remaja. Kamu berpikir hidupmu sudah bahagia.
Sampai kemudian, kamu kembali merasa tersiksa mengapa penampilan temanmu lebih menarik daripada penampilanmu, mengapa dia menjadi idola di sekolahmu, mengapa dia berpacaran dengan orang yang kamu suka, mengapa dia punya gadget yang lebih keren darimu, dan masalah-masalah remaja lainnya yang kamu hadapi.
Kehidupanmu penuh dengan perbandingan, sehingga kamu berdoa, semoga aku cepat beranjak dewasa.
Alangkah enaknya menjadi dewasa, karena kamu bisa bekerja dan mulai bisa mendapatkan apa yang kamu suka.

Kamu pun beranjak dewasa. Kamu berpikir hidupmu sudah bahagia.
Sampai kemudian, kamu merasa galau akan karirmu yang tidak menanjak, frustrasi memikirkan biaya hidup semakin tinggi tetapi tidak dibarengi dengan pendapatanmu, tertekan karena beban kerja yang selalu menumpuk, masalah-masalah kantor, dan tidak punya waktu libur yang panjang, dan masalah-masalah orang dewasa lainnya yang kamu hadapi.
Apalagi, karena kamu sudah menikah, kamu juga semakin pusing mengelola masalah rumah tangga, meliputi anak dan pasanganmu.
Kehidupanmu penuh dengan tekanan, sehingga kamu berdoa, semoga aku cepat beranjak tua.
Alangkah enaknya sudah tua, karena kamu tidak perlu lagi memusingkan masalah kantor dan keluarga, dan sudah ada orang yang akan menyokongmu.

Kamu pun beranjak tua. Kamu berpikir hidupmu sudah bahagia.
Sampai kemudian, kamu kembali merasa galau karena tubuhmu kini melemah. Kamu kehilanganmu kekuatan dan kelincahan yang dulu kamu punya. Satu per satu orang yang kamu sayangi telah lebih dulu meninggalkanmu. Satu per satu memori manis yang tersimpan di otakmu juga mulai memudar. Kesehatanmu memburuk. Berbagai penyakit menderamu.
Kehidupanmu penuh dengan rasa kehilangan, sehingga kamu berdoa, semoga aku cepat ma...ti.

Tunggu sebentar!
Mengapa kamu begitu ingin cepat meninggalkan dunia ini, meninggalkan setiap masa yang kamu pikir itu tidak menyenangkan?

Kehidupan ini tidak harus selalu berlari. Kamu juga perlu beristirahat. Berhenti sejenak. Perhatikan sekelilingmu. Perhatikan juga apa yang ada di belakangmu. Renungkan sejenak. Banyak momen indah dan ajaib yang dulu pernah kamu rasakan.

Kamu pernah mendapatkan hadiah ulangtahun saat kamu masih kecil. Mungkin sekarang masih demikian.
Kamu pernah dipuji oleh guru, orangtuamu, atau atasanmu. Mungkin sekarang masih demikian.
Kamu pernah punya pacar yang dulu pernah sayangmu. Mungkin sekarang masih demikian.
Kamu pernah punya teman-teman yang selalu menggila bersamamu. Mungkin sekarang masih demikian.
Kamu pernah punya pasangan hidup yang menjadi tempatmu berbagi. Mungkin sekarang masih demikian.

Nikmati setiap detik, menit, jam apa yang sudah kamu lewati. Bila itu hal yang tidak menyenangkan, terimalah dengan ikhlas. Karena apa yang terjadi, sudah terjadi. Tiada guna selalu membawa beban masalah di bahumu, karena itu hanya melambatkan perjalananmu.

Setiap momen buruk yang sedang atau akan kamu alami, tidak pernah hadir selamanya. Hal itu akan berakhir. Kamu tidak perlu berdoa supaya hari ini cepat berakhir, karena itu hanya akan membuat momen indahmu juga ikut cepat berakhir.

Nikmati saja semua masa, karena nantinya masa-masa itu tidak akan pernah terulang kembali...

Bersyukurlah agar kamu tidak selalu merasa menyesal.