Page

24 April 2010

Saat Aku Lanjut Usia

Siang ini, saya pergi ke pantai jompo di daerah Jelambar bersama rombongan anak Dharmayana. Kunjungan ke panti jompo ini adalah bagian dari perayaan HUT Dharmayana ke-26. Tentu saja di sana kami tidak sedang bersenang-senang seperti halnya merayakan ulang tahun sendiri. Tidak ada acara tiup lilin juga.

Di sana, kita mengajak opa dan oma bernyanyi. Dengan sound system yang agak buruk dan suara opa dan oma yang sudah agak fals, tetap mereka bersemangat bernyanyi. Macam-macam lagu yang mereka bawakan. Ada opa yang menyanyikan lagu "Mujizat Itu Nyata", ada juga oma yang dengan semangat menyanyikan lagu "Indonesia Raya". Seorang oma saja masih hafal lagu "Indonesia Raya", bagaimana dengan kita yang masih muda? Jangan sampai kita lupa dengan lagu kebangsaan kita sendiri. Jangan mau malu ama yang tua dong.

Tidak semua lagunya saya kenal, seperti seorang opa yang menyanyikan lagu "Menanti Di Bawah Pohon Kamboja" dan "Dengarlah Seruan Hatiku". Lagu "Dengarlah Seruan Hatiku" ini juga dibawakan oleh seorang oma. Lagu ini sangat menyayat hati, bukan karena suara opa dan oma yang buruk, tetapi liriknya menceritakan tentang perasaan cinta yang tidak terdengar oleh kekasih nun jauh di sana. Hmm.. So pathetic.

Setelah asyik bernyanyi, lalu berjoget ria, (cuman 1 oma yang mau diajak berjoget. Yang lainnya pada malu-malu.. Hehehe....) kami membagikan bingkisan. Mereka menerimanya dengan senang, menjabat tangan kami, dan mengucap terima kasih dengan lembut. Sesuatu yang hal membahagiakan. Kebahagiaan terkadang memang datang dengan cara berbagi (sharing), bukan meminta.

Di sana, kami juga mengajak opa dan oma di sana berbincang-bincang. Tentu adalah sulit berbicara yang sudah tua renta. Proses berpikir mereka tentu tidak secepat kami. Ada yang sudah budeg juga. Namun, mereka tidak peduli apah kami mengerti atau tidak? Karena mereka hanya ingin didengarkan dan diperhatikan. Begitulah salah satu kebutuhan alamiah manusia. Ingin didengarkan dan diperhatikan.

Saya sempat berbincang-bincang dengan sejumlah opa dan oma di sana. Ada opa yang punya anak dan anaknya masih sering menengok. Ada oma yang punya seorang anak perempuan yang sudah besar, tetapi anaknya tidak pernah menengok, menurut pengakuan oma tersebut. Ada juga oma yang hidup sebatang kara. Tidak punya sanak saudara, apalagi anak. Jadi dia sendiri saja. Saya agak sedih mendengar kondisi oma ini.

Saya jadi mulai memikirkan saat saya lanjut usia. Apakah perut saya nanti menjadi buncit dan saya tetap merasa seksi? Apakah ada yang memijit pundakku sampai saya tertidur pulas? Atau adakah yang memeluk tubuh saya saat dingin? Semua pertanyaan ini muncul setelah saya mendengar lagu "Saat Aku Lanjut Usia" karya Sheila On 7.

Menjadi tua tidak bisa kita elakkan. Semua orang akan menjadi tua dan itu adalah harga mati. Tetapi kehidupan lanjut usia apa yang akan saya jalani? Apakah saya akan terdampar di panti jompo? Ada opa yang baru berusia 50 tahunan sudah tinggal di panti jompo. Ataukah nanti saya tinggal serumah bersama anak saya sampai saya menghembuskan nafas terakhir?

Sebuah pertanyaan yang jawabannya masih butuh waktu yang lama...

Tetapi 1 hal yang pasti, saya berharap kelak menjadi seorang kakek yang kuat dan ikhlas. Kuat dan ikhlas menerima segala penuaan yang terjadi pada diri saya. Saya tak mau merepotkan anak dan cucu saya nanti. Mungkin sekarang saya harus belajar untuk kuat dan ikhlas.

Saat Aku Lanjut Usia -- Sheila On 7

Saat aku lanjut usia

Saat ragaku terasa tua

Tetaplah kau s’lalu di sini

Menemani aku bernyanyi


Saat rambutku mulai rontok

Yakinlah ku tetap setia

Memijit pundakmu hingga kau tertidur pulas…


Reff:

Genggam tanganku saat tubuhku terasa linu

Kupeluk erat tubuhmu saat dingin menyerangmu

Kita lawan bersama, dingin dan panas dunia

Saat kaki t’lah lemah kita saling menopang

Hingga nanti di suatu pagi salah satu dari kita mati

Sampai jumpa di kehidupan yang lain


Saat perutku mulai buncit

Yakinlah ku tetap terseksi

Tetaplah kau s’lalu menanti

Nyanyianku di malam hari




Tidak ada komentar:

Posting Komentar