Terhitung sejak tanggal 26 Januari 2011, saya harus bolak-balik Pluit-Kelapa Gading setiap hari. Ehm, sekadar info, rumah saya terletak di kawasan Pluit. Saya ke Kelapa Gading bukan berbelanja, makan-makan, atau ngapel pacar (pacar belum ada kok)... hehe... Tapi, saya ke sana untuk mengajar les privat anak-anak.
Wow, seorang Sufren mengajar anak-anak! Anda tak usah terkejut, saya juga terkejut kok... Hehe... Psst-psst... Sebenarnya mengajar bukanlah aktivitas yang saya senangi, apalagi ditambah dengan kata mendidik. Tuntutan mengajar adalah menjadikan anak dari yang tidak tahu dan tidak bisa hingga menjadi tahu dan bisa. Tuntutan mendidik adalah menjadikan anak dari yang buruk (baca: bandel) hingga menjadi baik tingkah lakunya (baca: sopan). Tuntutan-tuntutan seperti itu mau tak mau membuat saya harus memaksa anak-anak yang saya ajar (dan didik) itu harus begini-begitu, padahal saya bukanlah orang yang senang memaksakan kehendak saya pada orang lain. Mungkinkah mereka yang menjadi seorang guru pernah merasakan hal yang sama seperti yang saya rasakan?
Aaahh, saya kok sekarang jadi lebih bisa menghargai pekerjaan seorang guru di sekolah (artinya dulu tidak... hehehe). Harus bersabar menghadapi kelakuan murid yang kadang-kadang suka ajaib, harus mentransfer ilmunya sampai murid mengerti... eee, ditambah juga (biasanya) jarak rumah guru dan sekolah yang teramat jauh (kenapa ya kok jadi guru di sekolah yang jauh-jauh dari rumah sih?) dan gaji yang pas-pasan.... Saya jadi ingat pas SMA, kebanyakan guru saya, yang cowok, itu pulang-pergi mengajar naik motor, ada pula yang pulang-pergi naik kendaraan umum... Hanya segelintir yang pulang-pergi naik mobil. Kok beda banget ya dengan dosen??? Rata-rata dosen bisa pulang-pergi naik mobil. Padahal, sama-sama memiliki tuntutan yang serupa, yaitu: mengajar dan mendidik. Aaahh, betapa lelah dan susahnya pekerjaan seorang guru. So, I would say: Thank you for being my teacher. I'm proud of you....
Pantas guru disebut pahlawan tanpa tanda jasa. Pengorbanannya banyak, tetapi tanda jasanya paling tidak seberapa... atau tidak ada sama sekali.
Oya, saya belum cerita bagaimana sejarahnya saya bisa menjadi seorang guru les privat di Kelapa Gading. Hmmm... itu nanti saya ceritakan di posting berikutnya saja ya. Hehehe...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar