Cinta, pasangan, pacar, kekasih… Sering jadi topik obrolan para anak muda. Rasanya seru sekali membahas persoalan yang satu ini. Rasanya seru sekali jika kita mengetahui siapa nama gebetan teman kita. Rasanya aneh sekali kalau sudah beranjak ke umur 20 puluh tahun, masih melajang. Rasanya aneh sekali jika kita suka seseorang, tetapi tak berani bilang. Dan berbagai macam rasa lainnya.
Dan, cinta itu topik yang sering kali digalaukan oleh muda-mudi zaman sekarang di dunia sungguh berisik bernama Twitter. Pantas saja, cerita-cerita cinta dan lagu-lagu cinta masih laku, karena pasarnya masih banyak. Masih banyak orang yang butuh wawasan mengenai seluk-beluk cinta, sebuah perasaan yang membingungkan ini.
Saya masih ingat waktu salah satu teman saya jatuh cinta. Demi alasan kepatutan, saya tak akan sebutkan nama dan jenis kelaminnya. Obrolannya di chatting menjadi agak ”kacau”. Dia jadi sering sebut-sebut nama pujaannya itu, padahal tidak ada korelasinya dengan topik obrolan kita saat itu. Lagu-lagu cinta yang biasa cuman buat hiburan semata seakan-akan bisa jadi soundtrack yang pas untuknya. Lalu juga, belum tentu cintanya diterima, tetapi dia sudah berani berandai-andai ia kan ganti status di Facebook menjadi in a relationship. Gila benar, jika diibaratkan komputer, pasti otaknya seperti terserang virus. Semua file-nya terhapus dan diganti file dengan judul nama orang yang disukainya. Untunglah, cita-cita cintanya kesampaian. Cintanya diterima. Kalau tidak, I dunno.
Kemudian belakangan ini, saya juga berkenalan dengan seorang teman. Jatuh cinta juga masalahnya. Sayangnya, ia jatuh cinta dengan orang berpunya. Maksudnya, sudah punya pacar. Tetapi, ia sulit ikhlas menerima status pujaannya itu. Katanya, ia sudah sayang. Dan, ia yakin sang pujaannya juga sama sayangnya dengannya. Berkali-kali ia meminta saya untuk memerhatikan kondisi batin dan fisik sang pujaan. Kebetulan saya kenal dekat dengan orang yang ia puja. Saya betul-betul bisa merasakan perhatiannya yang dalam. Padahal, apa bagusnya orang yang disukainya itu. Cakep enggak, kaya enggak, pinter enggak. Seperti itukah rasanya jatuh cinta?
Bagaimana dengan saya sendiri? Jujur saja, saya orangnya agak tertutup membicarakan masalah cinta. Bahkan, belum ada seorang pun ada yang bisa menebak siapa orang yang saya cinta. Hehe. Saya pun datar-datar saja menanggapi teman-teman saya yang lagi jatuh cinta. Sebagai orang biasa, pastinya saya pernah merasakan hati berdesir, hati cenat-cenut, dan badai perasaan lainnya. Hanya ya... Mungkin kalian bisa bilang saya yang penakut atau pemilih.
Saya pun teringat waktu saya membantu penelitian dosen saya mengenai penyebab-penyebab stres pada individu dewasa. Ada yang menarik, banyak yang menuliskan stres mereka, salah satunya, stres tidak punya pacar. Eh, ada juga yang punya nasib serupa dengan saya. Hehe. Dan, itu tidak hanya cowok, cewek ada juga lhoo... Tidak punya pacar adalah stres? Jangan sedih dulu. Ternyata, banyak pula yang menuliskan stres karena bertengkar dengan pasangan. Nah lho, punya pacar bikin stres atau menghilangkan stres?
Pacar hanyalah sebuah kondisi, menurut saya. Itu tergantung kita bagaimana menjalani hidup. Kita bisa stres karena kondisi batin kita sendiri. Punya pacar, lalu menikah sebenarnya bukan tujuan hidup manusia kok. Lihat para pastor, lihat para biksu. Mereka bisa bahagia tanpa menikah. Kenapa masih ada yang galau dalam urusan cinta atau pasangan? Adalah bombardir media dan lingkungan (keluarga atau teman sebaya) yang memaksa kita mesti punya pacar. Itulah yang menyebabkan kita stres. Faktanya, tanpa menikah dan tanpa berpacaran, kita tidak akan mati sendirian, ya kan?
Tetapi, saya bukan anti orang berpacaran ya. Menurut saya, lebih baik kita lebih banyak bersenang-senang di hidup ini, daripada menghabiskan waktu memikirkan kapan malaikat cinta turun ke hati kita, atau pun pusing memikirkan strategi menggaet gebetan kita. Galau karena cinta sebenarnya sah-sah saja. Tetapi, tolong jangan terlalu berlebihan ya. Nanti, bila waktunya tepat, yang namanya pacar itu pasti akan datang dengan sendirinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar