Page

19 Oktober 2012

Orang Istimewa - Pertemuan Pertama

Mengapa aku mendadak jadi kangen kamu?

Aku terhenti pada sebuah CV. CV yang kumaksud ialah Curriculum Vitae atau biodata singkat pelamar kerja. Pekerjaanku sekarang adalah menyortir CV dan memanggil pelamar yang masuk kualifikasi untuk kuberikan tes dan wawancara. Menjadi seorang staf rekrutmen membuatku harus gesit. Jumlah CV yang masuk bisa puluhan per hari. Apalagi sekarang, di acara jobfair, aku bisa menerima ratusan CV. Aku tak boleh berlama-lama memelototi satu CV saja karena aku akan kehilangan banyak waktu untuk mengerjakan hal yang lain.

Tetapi, CV yang satu ini buatku terpaku cukup lama. Bukan karena latar belakang pendidikannya, bukan pula fotonya. Ehm, kuakui pelamar ini terlihat cukup manis. Tetapi, tidak semanis orang itu. Aku terpaku karena namanya... Namanya persis sama dengan orang itu.

Orang itu adalah kamu... Aku teringat kembali kepada dirimu. Dan, aku teringat pula bahwa hari ini adalah hari bersejarah untukmu. Wisuda. Dari seorang pelajar, kamu akan menjelma menjadi seorang terpelajar. Kamu akan menghadapi kehidupan yang lebih keras. Atau, mungkin kamu sekarang sudah mengalaminya?

Aku masih ingat betapa lugunya dirimu kala itu. Di perpustakaan kamu masih kebingungan mencari-cari buku yang kamu inginkan. Lalu, kamu minta bantuanku yang kebetulan ada di sana. Aku yang sudah terbiasa berkunjung ke perpustakaan dengan mudahnya menemukan buku yang kau inginkan.

Tetapi itu, bukan pertemuan kita yang pertama. Pertemuan kita yang pertama adalah di dunia maya. Memang canggih teknologi zaman sekarang. Aku tak mengenalmu, tak pernah tahu tentang dirimu sebelumnya. Mungkin kamu yang tahu tentangku lebih dulu. Hanya karena kita satu fakultas, jadi aku tak mempermasalahkan ketika aku menerimamu sebagai teman di salah satu situs jejaring sosial.

Tidak ada yang membuat kamu tampak luar biasa meski kamu wanita, meski kamu lajang. Tidak ada yang istimewa saat pertama kali kumelihat profil dirimu di situs itu. Di situs itu jugalah kita pernah bercakap-cakap sampai takdir membuat kita bisa kontak secara langsung.

Adalah organisasi kemahasiswaan itu yang membuatku dapat mengenalmu lebih jauh. Ya, kita pernah sama-sama berjuang di organisasi itu. Jatuh-bangun menyukseskan sebuah acara. Bekerja sama denganmu membuat diriku banyak tahu tentang dirimu, jauh lebih banyak dari apa yang kamu cantumkan di profil situs jejaring sosialmu itu. Aku jadi tahu makanan favoritmu, warna kesukaanmu, domisilimu, IPK-mu, kepribadianmu, dan sebagainya.

Aku jadi seniormu karena kamu juniorku. Kita jadi partner dalam sebuah kepanitiaan. Kita jadi teman saat kita sedang berbagi cerita. Seharusnya tidak ada yang salah dengan itu semua. Tidak ada yang salah dengan peran-peran yang kujalani denganmu. Tetapi kemudian, perlahan-lahan aku rasanya ingin menjalani peran yang lain tanpa engkau tahu. Aku telah hanyut ke dalam kehidupanmu. Dan, keinginan ini adalah sebentuk kesalahan yang terjadi pada diriku. Maafkan aku...

Hari-hari berikutnya menjadi seperti siksa bagiku. Kau selalu hadir di kepalaku dan hatiku. Mengganggu hari-hariku. Meski kucoba menghindarimu, kau tetap ada. Jejak dirimu telah membekas di sudut ingatanku. Aku seperti terserang penyakit kronis. Tetapi, lucunya aku tak ingin sembuh. Dan, aku tak tahu caranya mengatakan padamu tentang penyakit yang sedang kudera ini kepadamu.

bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar