Mengapa aku mendadak jadi kangen kamu?
Aku terhenti pada
sebuah CV. CV yang kumaksud ialah Curriculum Vitae atau biodata singkat pelamar
kerja. Pekerjaanku sekarang adalah menyortir CV dan memanggil pelamar yang
masuk kualifikasi untuk kuberikan tes dan wawancara. Menjadi seorang staf
rekrutmen membuatku harus gesit. Jumlah CV yang masuk bisa puluhan per hari. Apalagi
sekarang, di acara jobfair, aku bisa
menerima ratusan CV. Aku tak boleh berlama-lama memelototi satu CV saja karena
aku akan kehilangan banyak waktu untuk mengerjakan hal yang lain.
Tetapi, CV yang
satu ini buatku terpaku cukup lama. Bukan karena latar belakang pendidikannya,
bukan pula fotonya. Ehm, kuakui pelamar ini terlihat cukup manis. Tetapi, tidak
semanis orang itu. Aku terpaku karena namanya... Namanya persis sama dengan
orang itu.
Orang itu adalah
kamu... Aku teringat kembali kepada dirimu. Dan, aku teringat pula bahwa hari
ini adalah hari bersejarah untukmu. Wisuda. Dari seorang pelajar, kamu akan
menjelma menjadi seorang terpelajar. Kamu akan menghadapi kehidupan yang lebih
keras. Atau, mungkin kamu sekarang sudah mengalaminya?
Aku masih ingat
betapa lugunya dirimu kala itu. Di perpustakaan kamu masih kebingungan
mencari-cari buku yang kamu inginkan. Lalu, kamu minta bantuanku yang kebetulan
ada di sana. Aku yang sudah terbiasa berkunjung ke perpustakaan dengan mudahnya
menemukan buku yang kau inginkan.
Tetapi itu, bukan
pertemuan kita yang pertama. Pertemuan kita yang pertama adalah di dunia maya.
Memang canggih teknologi zaman sekarang. Aku tak mengenalmu, tak pernah tahu
tentang dirimu sebelumnya. Mungkin kamu yang tahu tentangku lebih dulu. Hanya
karena kita satu fakultas, jadi aku tak mempermasalahkan ketika aku menerimamu
sebagai teman di salah satu situs jejaring sosial.
Tidak ada yang
membuat kamu tampak luar biasa meski kamu wanita, meski kamu lajang. Tidak ada
yang istimewa saat pertama kali kumelihat profil dirimu di situs itu. Di situs
itu jugalah kita pernah bercakap-cakap sampai takdir membuat kita bisa kontak
secara langsung.
Adalah organisasi
kemahasiswaan itu yang membuatku dapat mengenalmu lebih jauh. Ya, kita pernah sama-sama
berjuang di organisasi itu. Jatuh-bangun menyukseskan sebuah acara. Bekerja
sama denganmu membuat diriku banyak tahu tentang dirimu, jauh lebih banyak dari
apa yang kamu cantumkan di profil situs jejaring sosialmu itu. Aku jadi tahu
makanan favoritmu, warna kesukaanmu, domisilimu, IPK-mu, kepribadianmu, dan
sebagainya.
Aku jadi seniormu
karena kamu juniorku. Kita jadi partner dalam sebuah kepanitiaan. Kita jadi
teman saat kita sedang berbagi cerita. Seharusnya tidak ada yang salah dengan
itu semua. Tidak ada yang salah dengan peran-peran yang kujalani denganmu.
Tetapi kemudian, perlahan-lahan aku rasanya ingin menjalani peran yang lain
tanpa engkau tahu. Aku telah hanyut ke dalam kehidupanmu. Dan, keinginan ini
adalah sebentuk kesalahan yang terjadi pada diriku. Maafkan aku...
Hari-hari
berikutnya menjadi seperti siksa bagiku. Kau selalu hadir di kepalaku dan
hatiku. Mengganggu hari-hariku. Meski kucoba menghindarimu, kau tetap ada. Jejak
dirimu telah membekas di sudut ingatanku. Aku seperti terserang penyakit
kronis. Tetapi, lucunya aku tak ingin sembuh. Dan, aku tak tahu caranya
mengatakan padamu tentang penyakit yang sedang kudera ini kepadamu.
bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar