Page

2 Februari 2013

Seorang Motivator

Selain Natalia, satu orang yang luar biasa yang saya kenal adalah Debbie. Debbie adalah penulis novel Honey Money. Saya beruntung sudah kenal dia sejak SMA.

Sewaktu kelas 1 SMA, anaknya sudah menunjukkan ada ”sesuatu”.  Saya sekelas dengannya saat itu. Anaknya supel dan cepat akrab dengan siapa. Tak heran di tahun pertamanya saja, dia sudah menjabat sebagai wakil ketua OSIS.

Selain itu, dia juga berbakat. Bermain gitar adalah salah satu talentanya. Dia sempat didapuk sebagai gitaris untuk band sekolah kami yang bernama 7 Inspirations. Tapi, talenta lain yang membuat saya berdecak kagum adalah menulis. Menulis, semua orang juga bisa, mungkin sebagian besar kan berkata begitu. Tetapi, menulis sampai menjadi sebuah karya dalam bentuk buku novel, tentu saja, tidak banyak yang bisa apalagi sampai berhasil dicetak ulang beberapa kali.

Awalnya saya kurang percaya ketika diberi tahu seorang teman bahwa Debbie sudah membuat sebuah novel (waktu itu kami masih kelas 2 SMA). Oh ya? Begitu kata saya dalam hati. Mungkin cuman tulisan untuk kalangan terbatas. Tetapi, ketika melihatnya di perpustakaan sekolah, saya baru percaya sepenuhnya. Hehehe.

Novel perdananya Not Just a Fairy Tale. Pas di awal, ceritanya lumayan seru. Tetapi, kemudian ceritanya jadi agak membosankan. ”Sorry ya, Deb.” Tetapi, mengingat ini adalah karya pertamanya selain karena karya teman sendiri, so saya tetap mengapresiasi. Setidaknya, jujur... judul novelnya keren.

Setelah membaca Not Just a Fairy Tale sampai habis yang cuman butuh waktu sehari, saya berpikir sebenarnya saya juga bisa melakukan hal yang sama dengannya. Menulis sebuah cerita dan menjadikannya sebuah novel. Sejak SMP, saya merasa kemampuan menulis saya cukup baik di samping saya punya daya khayal yang baik. Maka kemudian, saya termotivasi untuk menulis dan membuat sebuah buku. Dan, hasilnya.... sampai kini.... gak berhasil. Hahaha. Seperti halnya Debbie yang mesti patah hati dulu baru dapat membuat novel, mungkin saya harus patah hati dulu kali ya supaya termotivasi. Eaaa...

Sewaktu SMA, dia bukan yang menempati posisi sangat terbaik. Meski anak jurusan IPA, mafia-nya (mate, fisika, kimia) sering remedial kok. Eh, saya juga sih. Hehehe. Pelajaran yang dikuasainya adalah bahasa Inggris (ayahnya guru bahasa Inggris). Di SMA, dia juga punya geng wanita bernama Sanseivera. Masih awet sampai sekarang. Nama geng ini kalau tidak salah diambil dari nama-nama para anggota geng tersebut. Sandra dan Liana, 2 teman baik Dee dalam Honey Money alias Debbie di kehidupan sebenarnya juga bagian dari geng ini.

Karena dia kuliah di jurusan yang sama denganku (Jurusan Psikologi), saya bisa mengamati kiprahnya lebih jauh. Di SMA kami, memang tidak ada sistem ranking, tetapi saya sih yakin betul dia tetap ada di geng 10 besar. Seperti sudah dibahas, di SMA, dia bukan yang sangat terbaik. Tetapi, di kampus, siapa sangka dia lebih bersinar?  Dia menjadi salah satu runner up lulusan terbaik di upacara wisuda ke-58. Rasanya wajar ya, karena ia sudah mantap memilih jurusannya sejak kelas 1 SMA. Mungkin ada unsur passion, atau kalau saya boleh berargumen, ”jurusan psikologi itu sebetulnya masih lebih mudah dari mafia... karena gak pake logika dan problem solving yang terlalu rumit. Ujiannya itu asal jago ngapal, rajin membaca, pandai memilih teman sekelompok yang tepat, plus cerdas dalam ”ngarang jawaban¸ pasti bisa kok dapat bagus, hehehe.” Saya sih ngebayangin kalau Liana, teman kami yang paling pintar itu memilih jurusan Psikologi Untar, rasanya dia juga akan dapat predikat lulusan terbaik. Kayaknya yaaa...

Kemudian, dia sempat menjadi Duta Fakultas Psikologi Untar, lalu 3 kali mewakili nama Untar dalam ajang perlombaan antarfakultas psikologi; salah satu yang spesial adalah perlombaan Psycomp di Bandung (saya turut serta di sana). Prestasi lainnya adalah menjadi runner up Putri Usaha Kreatif Indonesia, gelar yang disabetnya di sela-sela dia bekerja di salah satu perusahaan otomotif ternama. Novel keduanya Honey Money ditulisnya di sela-sela dia kuliah. Dia pun aktif dalam pelayanan gereja. Bensin semangat anak ini sungguh hebat. Entah seperti apa pola makan dan tidurnya?

Dengan segudang hal luar biasa yang telah dia dapatkan dan jalani, tidak banyak yang berubah darinya. Tetap wanita biasa yang masih memikirkan bentuk badannya (masalah umum wanita). Hahaha... Kesederhanaannya itulah yang membuat saya mengaguminya.

Oh ya... dia punya kelemahan yaitu tak bisa ngomong ”r”. Maka nama aslinya Debora, dia hanya pasrah mengucapkan namanya sendiri menjadi Debola. Oleh karena itu, dia lebih suka menyebut dirinya Debbie, karena tidak ada unsur ”r” di sana. Jadi, kita tahu dari mana nama panggilannya berasal. Hahaha.

Berkat kesuksesan novel Honey Money,dia bisa memetik salah satu cita-citanya: Keliling Eropa. Seperti halnya dia yang terus berusaha mengejar impiannya, saya pun kelak akan harus begitu. Motivator tidak perlu tokoh terkenal sekali. Seorang Debbie saja sudah memotivasi saya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar