Page

7 Juni 2013

Saya dan Puisi

Menulis puisi sebenarnya adalah hobi yang bermula dari iseng. Waktu SMP, saya punya teman perempuan bernama Arden. Ia punya buku khusus yang berisikan puisi-puisi karyanya. Setelah membacanya, saya jadi ikut-ikutan untuk membuat puisi juga. Puisi orisinal saya pertama adalah puisi yang inspirasinya dari sebuah buku cerita yang saya baca di perpustakaan. Lupa tentang apa. Kalau tidak salah tentang anak jalanan. Puisi itu ditulis di kertas dan hanya saya perlihatkan kepada Arden. Saya tak pernah menyimpannya.

Ketika SMA, dimulailah saya menseriusi aktivitas menulis puisi ini. Puisi saya ketik, lalu saya simpan di komputer. Kebanyakan puisi yang saya buat karena terlalu menghayati sebuah lagu, kemudian tersusunlah kalimat demi kalimat di kepala saya. Karena merasa kalimat yang saya bikin itu bagus (ya, harus bagus dong), lalu saya rangkai… jadilah sebuah puisi. Intinya sih, kebanyakan puisi saya adalah hasil imajinasi dan nyontek dari lagu. Sangat sedikit, puisi yang tercipta karena curhat.

Kalau kalian perhatikan, puisi saya kebanyakan punya rima. Apa itu rima? Itu lho, pengulangan bunyi akhiran yang sama. Biasanya muncul di pantun. Pantun punya rima a-b-a-b. Bicara soal pantun, saya jadi ingat seorang guru SMP bahasa Indonesia saya bernama Ibu Nursyamsih. Terakhir datang ke sekolah lama saya tahun 2011, beliau masih mengajar dan ingat saya (ah, syukurlah). Beliau orang Padang dan senang dengan namanya pantun. Dari penuturan beliau, orang Padang yang punya adat Minang yang senang berbalas pantun. Apa benar atau tidak, saya kurang tahu persis. Tapi, kayaknya pantun memang milik budaya Indonesia. Jadilah, beliau senang meminta siswa menulis pantun sendiri. Dan itu tidak sekali. Ada beberapa kali kami disuruh menulis pantun dengan tema-tema tertentu, seperti tema iklan atau tema orang yang disukai (ada-ada saja). Kemampuan saya merangkai rima cukup oke dan kayaknya dimulai dari belajar pantun deh, saya mulai terlatih menulis rima.

Kesukaan membuat rima juga dikarenakan saya senang mendengar lagu. Lagu-lagu jaman dulu umumnya ada rima. Lalu, saya juga suka dengar lagu-lagu rap yang selalu ada rima. Saya menganggap penggunaan rima dalam puisi adalah sebuah kreativitas. Karena tidak mudah, mencari rima yang enak dibaca, namun tidak merusak isi.

Lama-lama jumlah judul puisi saya jadi banyak, terus puisi saya kan bagus (ya, harus bagus dong), sayang rasanya tidak mendapat pembaca. Lalu, terbersitlah ide mempublikasikannya kepada khalayak ramai. Karena blog di Friendster susah mendapatkan pembaca, saya membuat sebuah blog yang berisikan karya-karya puisi saya di alamat http://puisi-amatir.blogspot.com/. Sampai sekarang masih update, meski tidak sering-sering banget. Awalnya sih, blog itu dibuat dengan harapan dapat uang. Tapi, kalau puisi, kayaknya susah deh. Haha.

Itulah sekelumit tentang hobi saya yang kurang maskulin ini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar