sumber gambar: stupidmonkey.web.id |
sumber gambar: kaskus.co.id |
Setelah membaca blog baru teman saya ini, saya jadi ikutan pengen cerita seputar perayaan kemerdekaan RI di masa kecil saya. Hehe. Namanya perayaan kemerdekaan selalu dimeriahkan dengan namanya perlombaan. Balap karung, tarik tambang, makan kerupuk, lari membawa kelereng, lari dengan sepatu bakiak dan macam-macam lomba lainnya yang kayaknya cuman ada di Indonesia. Sekolah-sekolah dan lingkungan sekitar rumah tidak akan melewatkan berbagai macam perlombaan selain tentunya diawali dengan upacara bendera. Lagu bertemakan kemerdekaan pun sering dikumandangkan, seperti lagu Bendera, lagu Kebyar-Kebyar, Hari Merdeka, dan sebagainya.
Seingat saya semasa saya sekolah, saya jarang ikut lomba. Soalnya lombanya kan tidak banyak. Jadi tidak semua anak bisa berpartisipasi ikutan lomba. Saya jarang sekali terpilih mewakili lomba. Haha. Tetapi wajar sih, saya sendiri anaknya tidak tangkas. Percayalah saya bukan langganan menang lomba.
Namun, tidak berarti saya tidak pernah ikutan lomba. Setidaknya ada satu perlombaan kemerdekaan RI yang saya ikuti dan saya ingat pasti. Itu adalah waktu kelas 3 SMP. Saya bisa ingat karena ada foto-fotonya di buku kenangan SMP. Haha. Saya ikut tiga lomba sekaligus.
Pertama lomba balap karung. Saya bisa terpilih mewakili lomba balap karung karena disuruh guru saya. Karena katanya kaki saya yang panjang sehingga loncatnya bisa jauh. Sayang sekali beliau salah. Yang menang justru yang kakinya pendek. Kenapa saya kalah? Karena di tengah jalan saya terjatuh, terpleset. Beneran lho, gak gampang lompat dengan karung. Kedua kaki harus lompat berbarengan. Kalau enggak ya itu, jadinya jatuh. Waktu kelas 2 SMP saya juga pernah ikutan lomba balap karung. Jadinya dua kali saya ikut lomba balap karung. Saya kembali kalah karena lagi-lagi terjatuh. Teman-teman saya sepertinya tidak ambil pusing dengan kekalahan saya, karena mereka sepertinya menikmati saat saya terjatuh. Maka sejak saat itu, saya memilih untuk tidak pernah lagi ikut lomba balap karung. Alasannya, pertama: saya ogah jatuh dan ditertawakan. Kedua: Lebih baik serahkan kepada ahlinya (yang lebih ahli melompat dengan karung).
Kedua lomba make up. Pesertanya berpasangan dan saling merias wajah satu sama lain. Jadilah muka saya diberi lipstik dan bedak. Yang menang bukan yang tercantik, tetapi yang terjelek. Haha. Saya tidak menang. Berarti saya tidak jelek. Haha.
Ketiga adalah lomba futsal komedi. Ya saya mesti tambahkan kata komedi, karena ini futsal gak serius. Bolanya bukan pakai bola kaki, tetapi pakai bola pingpong atau bola apa, saya gak ingat pasti. Pokoknya bolanya kecil sekali. Lalu, penampilan kita harus kacau. Tim kelas saya pakai sarung. Tetapi masih mendinglah, tim lawan kami lebih berani. Pakai rok. Bahkan ada yang memakai dua buah balon di dada (errr.. dimaksudkan membuat dada seperti wanita). Lalu di tengah pertandingan, muncullah lagu dangdut dan kedua tim harus bergoyang. Kacau habis kan?
Tim futsal komedi bukan untuk laki-laki saja. Perempuan juga ada. Yang perempuan ada yang berdandan memakai jilbab, ada yang memakai kaca mata hitam. Aneh-aneh lah pokoknya.
Di lomba ketiga, saya sudah menargetkan untuk kalah. Teman-teman saya juga tampaknya berpikiran hal yang sama. Lah, temen-teman saya juga gak antusias mainnya. Sementara lawan kami, sangat pede dalam bergoyang, berdandan, dan mengejar bola. Jadinya tidak ada satu pun dari ketiga lomba tersebut yang saya menangi.
Naik kelas SMA, saya pernah ikut lomba makan kerupuk. Tetapi ya itu tidak menang juga. Hahaha.
Selain lomba-lomba, ada upacara bendera. Zaman saya TK sampai SMP, upacara bendera setiap Senin pagi. Selain berdiri menghadap bendera, saya sudah pernah ikut dalam tim paduan suara dan menjadi petugas upacara. Anak-anak paling tidak suka jadi paduan suara karena harus bernyanyi selain mendapat latihan khusus bernyanyi di lapangan. Kalau nyanyiannya kurang keras, pasti kena omel. Udah dijemur, bernyanyi, lalu kena omel. Gak enaknya berkali-kali lipat.
Jadi petugas upacara paling enak lah. Saya sering terpilih jadi pemegang protokol. Tugas saya adalah memberitakan jalannya upacara. Posisi saya terbilang enak karena berdiri di tempat yang tidak kena panas (teduh). Selain itu, bubarnya lebih dulu dari barisan yang lain. Dan jarang kena omel. Benaran lho, waktu di zaman saya SD dan SMP (sekolah yang sama), barisan yang kurang tertib suka diomeli dan mendapat nada-nada kurang mengenakkan.
Beranjak ke SMA. Sekolah baru. Upacaranya tidak selalu setiap minggu. Kalau di sini, saya cuman jadi peserta upacara yang baik saja.
Memasuki kuliah, tidak ada lagi yang namanya upacara bendera dan lomba kemerdekaan RI. Hari kemerdekaan RI sewaktu di masa sekolah adalah kenangan masa kecil tersendiri ya. Apalagi pas menang lomba, ada kebanggaan tersendiri biarpun hadiahnya kadang cuman biskuit. Kebanggaannya gak hanya masalah individual (yang menang lomba), tetapi membawa nama kelas juga kan. Jadi, kelas yang banyak menang lomba biasanya menjadi sombong.
Nah, kalian pernah ikut lomba atau mungkin menang lomba apa saja?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar