Page

15 Februari 2014

Sepotong Cerita Cinta di 14 Februari

Ada satu tanggal di bulan Februari membuat orang sibuk mengumbar cinta dengan berbagai macam cara. Tanggal 14 Februari, sejumlah orang menyebutnya Hari Valentine. Hari Valentine bukan hari nasional tetapi dirayakan secara nasional. Tanggal penting bagi sebagian orang yang sudah punya pasangan. Cokelat, bunga, kencan adalah aktivitas yang lazim dilakukan. Lalu, sebagian orang mengecamnya, bahwasanya jangan hanya mengungkap cinta kepada pasangan. Ingatlah juga memberikan tanda sayang kepada orangtuamu, saudaramu, temanmu. Sebagian orang lainnya lagi dengan tegas mengatakan Hari Valentine tidak sesuai dengan kebudayaan Indonesia, jadi tak pantas dirayakan.

Meski ada pro kontra, Hari Valentine belum dicekal di Indonesia. Untunglah. Saya sendiri menganggap Hari Valentine hari biasa-biasa saja. Sampai kini, entah dikarenakan belum punya pasangan, saya tak pernah sibuk membeli cokelat atau bunga untuk diberikan kepada siapa pun. Meski begitu, saya tetap mendapat cokelat dari cewek. Yaa... cokelat persahabatan sih. Haha. Di tahun ini pun saya tetap mendapat cokelat dari teman kerja saya, bahkan murid-murid saya.

Jauh dari ibu kota, ada bencana menyertai Hari Valentine tahun ini. Gunung Kelud di Jawa Timur meletus di tanggal 13 Februari 2014. Sampai hari ini abu vulkanik tersebar ke mana-mana (di antaranya ke kota Jogja, Solo, Madiun, Kediri), menutupi jalan hingga menghentikan penerbangan. Bahkan, abu vulkaniknya sampai melawat ke Bandung dan Bogor. Hari Valentine 2014 bolehlah dijadikan momentum berbagi rasa kemanusiaan kepada mereka yang tertimpa bencana Gunung Kelud. Mari berdoa semoga tidak ada petaka lain yang melanda negeri ini.

Walau saya tidak merayakan Hari Valentine secara spesial, di tanggal 14 Februari saya mendapat undangan ngumpul-ngumpul dari salah satu teman kampus saya. Undangan ngumpul-ngumpul-nya tidak berkaitan dengan Hari Valentine sih. Tetapi, menjadi spesial karena ajang ngumpul-ngumpul terakhir untuknya dengan status lajang. Minggu depan statusnya akan berubah.

Keputusannya untuk menikah mengejutkan banyak orang. Namun, sebagai sahabat, saya mendukung penuh keputusan dan kehidupan yang dia jalani. Melihat satu per satu teman saya telah atau akan melenggang ke altar pernikahan... Ah, saya malas bertanya, "Kapan giliran saya?"

Yang bisa saya katakan, kehidupan di sekitar saya semakin dewasa.

Kartu undangan pernikahan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar