Berikut ringkasan pidatonya (dengan sedikit editing) yang kebetulan masih saya simpan.
Selamat siang Ibu Damayanti dan teman-teman. Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena kita masih dapat berkumpul di tempat ini. Pidato yang akan saya bawakan adalah mengenai (cara mencapai) tujuan hidup.
Apa tujuan hidup teman-teman? Saya punya seorang teman. Impian terbesarnya adalah membangun perusahaan besar, menjadi seorang CEO. Kalian pasti sudah mengenal orang tersebut. Sudahkah kalian seperti dia, menentukan tujuan hidup? Berbahagialah bagi yang sudah.
Pertanyaan berikutnya, seberapa besarkah tujuan hidup Anda? Orang besar tentunya lahir dari impian besar. Impian yang besar dapat terwujud bila didukung dengan cara berpikir yang besar dan tindakan besar.
Apa itu cara berpikir besar? Berpikir besar bukanlah membesarkan suatu masalah, melainkan membesarkan image yang melekat pada diri kita, yaitu dengan sebuah keyakinan. Namun sayang, masalah yang paling pelik yang sering menimpa orang adalah sindrom inferioritas. Suatu penyakit di mana kita mencela diri sendiri. Maksudnya begini, kita sering kali mengucapkan kata "tidak bisa" pada diri kita.
Coba Anda hitung berapa kali Anda mengatakan "tidak bisa" pada diri sendiri dibandingkan dengan kata "bisa"? Pasti lebih banyak yang "tidak bisa". Bayangkan bila dalam sebuah rapat seorang manager beserta anak buahnya dimintai menangani proyek besar. Lalu, sang manager tersebut mengatakan "tidak bisa". Tentu saja, yang terjadi adalah aura kekalahan akan menyelimuti ruangan rapat itu.
Memang, yang namanya kegagalan sering datang bertubi-tubi. Misalkan, ada seorang cowok yang ingin mendapatkan pujaan hatinya. Cara yang bisa dia lakukan adalah 3B. Pertama, Berusaha. Berusaha dengan segala jenis bujuk rayu. Kedua, Berdoa. Berdoa siang-malam. Namun, dia telah berusaha dan berdoa, tetap saja gagal mendapat pujaan hatinya. Itu artinya dia mesti melakukan B yang ketiga, yaitu Bercermin. Maksudnya, lihat ke diri sendiri. Mungkin ada yang salah dengan dirinya.
Tetapi, lihat ke diri sendiri itu harus yang seperti apa? Cermin itu juga digunakan untuk berdandan, agar kita tampil lebih baik. Jadi, kita jauh lebih ganteng/cantik, pintar, hebat dari yang kita duga. Contohnya saja, ulangan mate barusan, ngomongnya "tidak bisa" mengerjakan, eh ternyata pas tahu hasilnya dapat 70 atau 80. Ternyata "bisa", kan. Jadi, mengapa harus sering bilang "tidak bisa"? Jadi, hapus kata "tidak bisa" menjadi "bisa".
Baiklah, jika ada yang merasa memang punya banyak ketidakbisaan. Namun, kita itu kan punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Terlepas dari itu, sebetulnya kita punya kesempatan yang sama.
Apalah artinya punya impian besar dan keoptimisan bila tidak disertai tindakan. Impian besar bila ditindaklanjuti, tak akan menjadi apa-apa. Impian besar membutuhkan pengorbanan yang besar dalam meraihnya. Namun, sering kali kita tak ingin berkorban, tak pernah memulai sebuah tindakan, atau malah memikirkannya saja.
Perlu kalian ketahui, setiap tindakan akan mengundang risiko dan setiap tujuan akan mengandung hambatan. Kita tak akan bisa menghapus risiko dan hambatan yang muncul. Yang bisa kita lakukan adalah menghadapinya, atau... baiknya pergi sejauh mungkin.
Ketahuilah sahabat, yang paling penting untuk kalian pikirkan saat ini bukan di mana Anda berada sekarang, melainkan ke mana Anda akan berada nantinya.
Apa lagi yang Anda tunggu? Tutup mata Anda dengan segala kemungkinan dan hasil yang akan Anda dapati. Bila ada impian yang ingin Anda capai, segeralah tentukan langkah-langkahnya dan kemudian lakukanlah!
Demikian, pidato dari saya. Atas perhatian teman-teman, saya ucapkan terima kasih. Salam sukses.
Itulah pidato yang mendapat nilai 80, nilai tertinggi di antara nilai teman-teman saya yang lain. Pidato yang tampaknya membuat reaksi teman saya sebentar mereka terpingkal-pingkal (versi live-nya cukup mengundang tawa), sebentar mereka mungkin berpikir panjang (atas masa depan). Waktu itu, kata galau belum ngetren.
Pidato tersebut jika disimak ulang memang memiliki ide pikiran yang melompat-lompat. Hehehe. Soalnya hanya semalam saya membuat kerangka serta ringkasan naskahnya. Pidatonya sendiri terinspirasi dari buku Berpikir dan Berjiwa Besar karya David J. Schwartz, salah satu buku favorit saya, yang memupuk benih-benih kepercayaan diri saya, yang menancapkan pemikiran di benak saya bahwa saya harus menjadi orang berhasil (sukses) suatu hari nanti.
Pidato tersebut rupanya masih relevan untuk keadaan saya saat ini, dan mungkin untuk keadaan teman-teman. Ayo sama-sama kita jadi orang berhasil!
Note:
Saya punya seorang teman. Impian terbesarnya adalah membangun perusahaan besar, menjadi seorang CEO. Teman di sini adalah teman sekelas saya yang waktu itu sering berkata bahwa 25 tahun mendatang dia akan jadi seorang bos besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar