Judul postingan ini mungkin bisa menuai protes. Lho, maksudnya apa nih? Sama anak kok gak boleh baik. Boleh baik, tapi harus ditegaskan jangan terlalu baik.
Saya melihat fenomena orangtua di perkotaan mudah memanjakan anak dengan berbagai macam hal yang menyenangkan. Meski baru berusia SD, anak-anak sekarang sudah terbiasa bermain tablet, memiliki ponsel sendiri, berekreasi ke mal-mal besar. Kehidupan anak zaman sekarang memang terasa lebih menyenangkan dibandingkan dengan keadaan di 10-20 tahun sebelumnya. Menyenangkan anak bukan sesuatu yang salah. Namun menjadi sesuatu yang sangat salah, jika menyenangkan anak menjadi sesuatu yang dibiasakan oleh orangtua. Ada jenis orangtua yang saya temui teramat gampang memberikan atau membelikan sesuatu kepada anak.
Tapi pada kasus yang lebih jauh, saya melihat ada orangtua yang baiknya sudah melampaui batas. Ambil contoh, anak itu merengek-rengek meminta sesuatu, dengan mudahnya saja orangtua itu memberikan. Orangtua semacam ini sangat sulit mengatakan TIDAK kepada anak.
Saya bisa paham, ada orangtua yang tidak tahan bila anaknya menangis atau cemberut. Jadi, mereka pun lebih rela mengabulkan permintaan anak mereka meski dalam hati enggan.
Nah, di sinilah menurut saya kesalahan besar bagi orangtua yang berpikir bahwa mencintai atau menyayangi anak adalah selalu menyenangkan mereka.
Orangtua mengerjakan PR anak. Ada beberapa orangtua yang melakukannya, meski itu sangat tidak mendidik.
Anak adalah makhluk yang bersifat egosentris. Yang mereka tahu sejak lahir adalah mereka harus dilayani dan dimengerti. Yang mereka tahu dengan menangis mereka akan diperhatikan. Mereka belum bisa mengerti dengan terang bahwa ada sesuatu yang harus diperjuangkan sendiri; bahwa ada sesuatu yang diinginkan, namun tidak bisa didapatkan. Bahasa sederhananya, anak-anak belum bisa merasakan yang namanya "galau".
Menjadi terlalu baik kepada anak hanya menebalkan sifat egosentris mereka dan ini tentu tidak bagus untuk perkembangan mental mereka. Karena itu mendidik anak harus profesional. Adakalanya harus baik. Adakalanya anak harus dihukum karena kenakalan mereka. Adakalanya anak harus dimarahi karena kesalahan mereka. Adakalanya kita harus berkata TIDAK untuk sesuatu yang tidak dirasa perlu untuk anak seusia mereka.
Jangan tertipu dengan muka innocent anak atau keluguan mereka. Dalam mendidik, jangan melihat tampang atau usia. Kita tidak boleh mentolerir diri dengan hal-hal seperti itu. Kalau kita sebagai orangtua terlalu baik dengan anak, justru hal itu bisa saja melemahkan posisi kita sebagai orangtua. Anak pun menjadi penguasa di atas kaki kita. Bila terjadi hal seperti itu, sangat gawat. Anak tak akan punya respek pada orangtua dan bisa bertingkah semau-maunya.
Lihat saja nanti. Kalau kita sudah terbiasa baik dengan anak, lalu pada suatu ketika, kita tidak mau menuruti keinginan mereka, biasanya anak akan mengeluarkan jurus jitunya: menangis, mengambek, mengamuk, dll. Reaksi yang akan muncul dalam diri orangtua biasanya adalah sebagai berikut:
1. Daripada dia rewel terus, berikan saja apa yang dia mau
2. Daripada saya dibenci oleh anak saya, berikan saja apa yang dia mau.
3. Saya tidak bisa memberikan apa yang dia mau. Lalu, saya berkata dengan tegas ke hadapannya. Tetapi, sejenak kemudian, saya merasa bersalah. Lalu, saya memutuskan memberikan apa yang dia mau.
4. Saya kali ini dengan tegas tak akan memberikan apa yang dia mau.
Pilihan nomor 1-3 adalah piliihan yang terjadi karena sudah terbiasa baik dengan anak, membuat kita
mengalami kesulitan untuk bersikap tidak baik (mengalah) pada anak suatu hari nanti.
Pilihan nomor 4 adalah pilihan yang bijak. Sebagai orangtua, kita punya hak untuk menentukan apa yang baik untuk anak.
Menjadi orangtua yang baik di mata anak adalah dambaan semua orang dan harapan masyarakat. Harus diingat, apa pun yang kita lakukan menurut saya harus sewajarnya. Jangan terlalu baik dengan anak, seperti menuruti semua keinginannya. Tetapi juga jangan terlalu bersikap tidak baik dengan anak, sedikit-sedikit memukul anak padahal hanya kesalahan kecil yang ia lakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar