Page

5 Februari 2010

Sentuh Imajinasi Dee Dari Dua Sisi

Judul : Rectoverso
Pengarang : Dewi “Dee” Lestari
Penerbit : Good Faith Production
Tahun Terbit : 2008
Tempat Terbit : Jakarta

Dewi Lestari alias Dee, penyanyi sekaligus pengarang, yang karya-karyanya selalu dipuji akan intelektualitasnya. Sebelumnya, saya hanya baca tulisan Dee lewat blognya di http://dee-idea.blogspot.com/. Tulisan-tulisannya di blognya sudah cukup buat saya berpikir dan berkontemplasi. Imajinasi dan nalarnya berpadu membentuk tulisan yang ciamik dan cantik.

Rectoverso adalah salah satunya. Satu judul, dua bentuk imajinasi: musik dan buku. Dee sendiri menyebutnya sebagai hibrida dari cerita fiksi dan lagu. Rectoverso hadir dalam kumpulan 11 cerita pendek berupa buku dan kumpulan 11 lagu berupa CD. Dua di antaranya ditulis dalam bahasa Inggris, baik cerpen maupun lagu. Kesemuanya memiliki judul yang sama dan isi yang berkaitan, namun dapat dinikmati secara terpisah.

 Bagi saya, Rectoverso adalah sebuah pertanyaan. Cerpen yang ditulis Dee tidak seperti kisah pangeran dan putri yang berakhir dengan kebahagiaan. Tetapi, Dee mengakhiri kisahnya dengan pertanyaan: mengapa. Mengapa harus berakhir demikian? Akhir yang terkadang sedih, terkadang bahagia, terkadang malah tak berakhir. Sebuah akhir ambigu yang diciptakan Dee seolah ingin kita sendiri yang menciptakan “akhir kisahnya”. Sementara, lagu-lagunya mengiringi dan menemani jawaban atas pertanyaan-pertanyaan.

Tetapi, bukan berarti cerpen Dee hanya membawa kebingungan bagi pembacanya. Justru, banyak makna tersirat dan tersurat di dalam kisahnya. Seakan-akan bukan cerpen yang sedang saya baca, tetapi sebuah gagasan atau idealisme dari seorang bernama Dewi Lestari.
Saya dibuat kagum dengan kemampuan Dee yang sangat cerdas dalam menguraikan kisah-kisahnya. Pemilihan katanya sangat puitis. Latar ceritanya dideskripsikan dengan metafora yang kuat. Dee juga luar biasa dalam menjabarkan pergulatan tokoh utama dalam setiap kisahnya. Tak jauh berbeda dengan lagu-lagu yang ia ciptakan. Seluruh lagunya dibalut oleh orkestrasi yang megah dan apik. Jujur saja, lagu-lagu Dee bukan lagu yang cepat menempel di kepala dalam sekali dengar. Tema lagu yang tidak lazim dan lirik yang terlampau puitis akan menyulitkan Anda yang suka mendengar lagu easy listening. Tetapi, jika Anda mau memohon diri Anda untuk masuk ke dalam jiwa lagu, Anda akan temukan bahwa inilah album lagu yang berkualitas.

Di antara 11 cerita pendek Rectoverso, ada beberapa kisah yang jadi favorit saya.
  1. Malaikat Juga Tahu – Kisah seorang Ibu yang memiliki anak autis yang kemudian jatuh cinta dengan tunangan adiknya. Tinggallah Ibunya yang harus memilih: Kebahagiaan putranya yang autis atau putranya yang bertunangan. Temukan jawabannya…
  2. Hanya Isyarat – Kisah seorang perempuan yang jatuh cinta dengan lelaki yang hanya ia bisa kagumi sebatas punggungnya. Simak bagaimana perempuan ini menuturkan cerita cintanya dalam istilah: punggung ayam.
  3. Firasat – Kisah seorang perempuan yang mendapat firasat kehilangan mengenai lelaki yang ia cintai. Bagaimana perempuan ini dapat menghadapi firasatnya? Bagaimana firasatnya dapat membantunya menyelamatkan lelakinya? Dan Dee menyelesaikan kisahnya dengan dramatis.
Selain 3 kisah di atas, masih banyak kisah-kisah menarik lainnya, seperti Back To Heaven’s Light, tentang bagaimana seorang berhadapan dengan kematian suaminya. Peluk, tentang sebuah pengertian. Cicak Di Dinding, tentang jatuh cinta yang absurd. Dan kisah-kisah lainnya yang dapat membuat kita berpikir panjang.Semua lagu Dee adalah lagu yang mellow, tidak cocok untuk mereka yang senang ajep-ajep. Lagu Dee sangat bagus untuk merilekskan perasaan yang sedang gundah-gulana. Di antara kesebelas lagu Dee, ada beberapa yang saya sukai:
  1. Malaikat Juga Tahu – Anda pasti sudah familiar. Ini singel pertama dalam album Rectoverso. Kalimat “Malaikat Juga Tahu” pun sudah menjadi jargon yang sering dibicarakan dalam percakapan.
  2. Aku Ada – Lagu ini dinyanyikan bersama adiknya, Arina, vokalis grup band “Mocca”. Lagu ini cukup simpel dan enak didengar. Salah satu favorit saya. Lagu ini dijadikan singel ketiga dalam album ini.
  3. Peluk – Sebelumnya dinyanyikan oleh Shanti dalam versi slow dengan iringan piano. Kini Dee berduet dengan Aqi, vokalis “Alexa” menyanyikan lagu yang ia ciptakan untuk Shanty. Menurut saya, Peluk versi Dee – Aqi membuat lagu ini menjadi lebih powerful. Saya lebih menyukai yang versi Peluk dalam Rectoverso. Lagu ini juga dijadikan singel kedua dalam album.
Masih ada lagu Firasat yang kini dinyanyikan Dee secara solo. Kebalikan dengan lagu Peluk, menurut saya Firasat tidak begitu bertenaga oleh Dee. Mungkin karena dinyanyikan dengan iringan lambat. Versi Marcell masih jauh lebih membius. Sedikit catatan, kalimat terakhir Firasat versi Dee berbeda dengan yang dinyanyikan Marcell. Dalam album Rectoverso, Dee menyanyikan: Aku pun sadari / Kau tak kan kembali lagi, sedangkan pada versi Marcell Aku pun sadari / Engkaulah firasat hati. Menurut Dee, yang ia nyanyikan adalah versi original Firasat. Perubahan kalimat terakhir versi Marcell disebabkan perusahaan rekaman Marcell bernaung menginginkan akhir yang bahagia. Well, apa pun itu, lagu Firasat adalah lagu yang tak lekang oleh jaman.

Masih banyak pula lagu-lagu bagus enak didengar lainnya, seperti Curhat Buat Sahabat, yang menjadi nomor pembuka dalam album dan cerita, Tidur, Grow A Day Older, dan Selamat Ulang Tahun, jangan membayangkan lagunya akan meriah dan semangat, malah terdengar mellow dan sedih. Judulnya kurang tepat mencerminkan maksud kisah dan lagunya, saya rasa.


Anda tidak akan rugi membaca dan mendengarkan Rectoverso. Saya jamin Anda akan puas. Promosi on. Rectoverso, baik CD dan buku, adalah karya eksklusif Dee yang pertama saya beli dan baca. Selain Rectoverso, Dee sudah mengeluarkan karya Supernova, Filosofi Kopi, dan Perahu Kertas. Sepertinya saya kudu menabung untuk menikmati karya-karya Dee yang lain.

Gambar dipinjam dari http://o2zone.files.wordpress.com/2008/12/rectoverso2.jpg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar