Ketika kita sekolah atau kuliah, pasti adanya tugas yang harus dikerjakan berkelompok. Seringkali kita menemui kasus demikian:
1. Sekelompok dengan teman-teman yang tidak mau bekerja
2. Sekompok dengan teman-teman yang ada usaha untuk mengerjakan tugas, tetapi kemampuannya tidak memadai (di bawah kemampuan kita)
3. Sekelompok dengan teman yang meng-handle tugas kelompok itu sendirian
Bagaimana Anda menghadapi situasi seperti kasus-kasus di atas?
Biasanya akan timbul kejadian seperti ini:
Pada kasus 1 seringkali dialami oleh anak-anak cerdas yang "tercemplung" di dalam kelompok dengan beranggotakan anak-anak malas. Biasanya yang terjadi, si cerdas ini akan mengerjakan tugas ini sendirian. Bagaimana dengan nilainya? Terkadang karena tidak enak hati (padahal sudah tahu mereka tidak kerja), tetap kita cantumkan namanya di cover tugas dan bilang ke guru/dosen itu kerjaan bersama. Kalau yang kejam dan gak ada perasaan sih, dicoret saja namanya. Biasanya untuk kasus 1 ini, si cerdas akan frustasi dan emosi karena harus meng-handle tugas yang sebenarnya bisa dibagi bebannya.
Pada kasus 2. Kita akan bilang kepada mereka yang memiliki kemampuan tidak memadai bahwa kita sangat menghargai usaha kerja keras mereka. Tetapi, diam-diam atau mungkin tidak, kita lalu menyempurnakan/memperbaiki kerjaan mereka. Sebenarnya hampir sama saja sih dengan kasus 1. Bedanya, emosi kita lebih sedikit positif karena masih ada sikap respek dan puas dengan kebertanggungjawaban teman kita. Atau pun hasil kerjaannya sudah cukup bagus (belum sebagus Anda sendiri ya), kita tidak perlu mengubah total hasil kerjaan mereka.
Pada kasus 3. Tentu saja, ini yang paling asik untuk anak yang malas. Bagi, yang cerdas juga tak kalah asiknya. Kita tinggal duduk diam dapat nilai bagus. Tetapi, harus hati-hati siapa tahu dia mengerjakan sendiri, lalu mencantumkan namanya sendiri.... Ini biasanya terjadi kepada anak yang sudah tidak bisa lagi mempercayai kinerja teman.
Yang paling ideal dalam bekerja kelompok adalah sekelompok dengan teman-teman yang mau bekerja sama dan bekerja keras. Kemudian, sadar akan kemampuannya dan terbuka dengan kritik dan saran. Artinya, misalkan diberitahu kepada dia bahwa hasil kerjaanya belum optimal, dia bersedia belajar untuk memperbaikinya.
Dalam masalah ini, sebenarnya adalah pandai-pandainya kita memilih teman untuk bisa diajak bekerja sama, yang bisa saling menguntungkan, ibarat simbiosis mutualisme. Kita harus mempertahankan persahabatan dengan teman-teman seperti mereka. Yang tidak bisa diajak bekerja sama, kita harus lebih menjaga jarak, tetapi bukan berarti menjauhi. Hal ini bukan dilakukan sebagai upaya diskriminasi. Tetapi, dalam bekerja sama dalam sebuah tim, tidak lagi kita mencari seorang teman, kita harus mencari seorang partner. Ibarat mau membangun bisnis, tentu kita mencari orang-orang yang bisa mendukung prospek bisnis kita, bukan mencari orang-orang yang justru merugikan, seperti parasit.
Namun, tidak selalu kita berada dalam situasi yang menguntungkan. Terkadang situasi memaksa kita bertemu dengan orang-orang yang tak bisa diharapkan dan diandalkan. Terjadilah kasus-kasus yang saya contohkan di atas. Jadi, apa yang akan Anda lakukan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar