Page

11 Desember 2010

Standar Kerja Kelompok

Posting kali ini masih ada kaitannya dengan postingan saya sebelumnya.

Setiap orang memiliki standar prestasi masing-masing. Kita menciptakan standar itu dan berusaha mencapainya. Namun, saat kita bekerja sama dalam sebuah kelompok. Kita harus sadar bahwa standar kita pasti berbeda dengan standar teman-teman sekelompok kita.

Masalah standar ini, suka tidak suka terkadang menimbulkan permasalahan tersendiri. Dan suka tidak suka, standar ini juga mempengaruhi bagaimana seseorang berkinerja. Contohnya saja begini. Saya tergabung dalam sebuah kelompok. Dalam kelompok itu terdiri dari 4 orang. Ada sebuah tugas yang harus dikerjakan dalam tenggat waktu yang sudah ditetapkan. Tugas ini akan dinilai. Nilainya adalah nilai kelompok, bukan individu. Saya mengerjakan dengan sungguh-sungguh tugas ini. Sayangnya, teman sekelompok saya tidak bekerja dengan sungguh-sungguh.

Lalu, apa yang mesti saya lakukan? Biasanya akan muncul dilema seperti ini:
1. Mengerjakan ulang bagian mereka. Konsekuensinya: saya rugi waktu dan rugi tenaga. Tetapi, nilai saya dapat menjadi lebih baik.

2. Membiarkannya saja. Konsekuensinya: nilai saya menjadi lebih buruk, meski saya tidak rugi tenaga dan waktu. Toh, setidaknya saya sudah bertanggung jawab dengan bagian yang mesti saya kerjakan.

Biasanya dilema ini seringkali dialami anak yang cerdas yang tidak sengaja kecemplung dalam sebuah kelompok yang berisikan anggota-anggota malas. Kurang tahu apakah anak yang malas juga mengalami dilema... hehehe.. soalnya saya bukan anak malas...

By the way
, sesungguhnya ini bukan perkara cerdas atau malas. Kok, sepertinya saya menyalahkan anak yang malas. Bukan itu maksud saya kok. Sebetulnya ini lebih kepada perkara motivasi berprestasi. Anak yang cerdas cenderung punya motivasi berprestasi yang tinggi. Seringkali anak yang punya motivasi berprestasi harus jengkel bekerja sama dengan anak-anak yang kurang motivasi berprestasinya. Prestasi yang mau dia raih mengalami kendala akibat teman-teman sekelompoknya itu.

Katakanlah, saya memiliki standar prestasi 90. Maka, saya berusaha sungguh-sungguh untuk mencapai nilai atau prestasi tersebut. Akan tetapi, standar teman saya mungkin hanya pada angka 60. Macam-macam alasannya: merasa tidak mampu (angka 90 terlalu tinggi untuknya), malas berusaha, mengganggap tidak penting tugas tersebut, dsb.

Sebenarnya masalah ini bisa diselesaikan, jika kita mau menyatakan dengan tegas suara hati kita (baca: standar prestasi kita). Tetapi, kadang-kadang itu tidak dilakukan dikarenakan: gak enak hati, nanti dikira tidak menghargai usaha teman kita, atau mungkin itu percuma dilakukan karena dikasih tahu berkali-kali juga gak ngaruh ama dia, dan alasan-alasan lainnya.

Anak yang standar prestasinya rendah biasanya punya kelemahan dalam hal skill dan pengetahuan mereka. Jadi, masalah ini bisa selesai, jika si anak yang lebih tinggi standar prestasinya itu mau membimbing anak yang kurang standar prestasinya. Kalau di zaman sekolah, seringkali guru meminta anak yang pintar mengajari anak yang kurang pintar. Jika ada tugas kelompok, kadangkala guru yang mengatur sendiri kelompok yang diinginkan supaya anak pintar jangan sekelompok terus dengan anak yang lebih pintar. Kasian yang kurang pintar, begitu alasan guru.

Namun, terkadang waktu/deadline pengerjaan tugas yang mepet, frekuensi pertemuan yang jarang, atau chemistry yang kurang (maksudnya gak deket), membuat tak banyak waktu untuk urusan-urusan mengajari, membimbing, dan sebagainya. Alasan sederhananya, mending kalau dia mau/bisa berubah. Kalau tidak, buang-buang waktu saja.

Jadi, jika Anda sekarang sedang dalam sebuah proyek/tugas yang harus dikerjakan berkelompok, mengapa tidak Anda mulai sekarang memperhatikan standar prestasi teman sekelompok Anda?

Jika Anda kebetulan adalah anak yang kurang pandai, dan tidak sengaja bergabung dalam kelompok yang pandai, mengapa tidak Anda mulai sekarang mencoba menyamakan standar prestasi Anda dengan standar teman Anda yang lebih tinggi selagi Anda masih diterima oleh mereka? Tingkatkan motivasi Anda. Jika punya masalah dalam skill dan pengetahuan, gak ada salahnya minta dibimbing. Mumpung masih berteman. Jangan sampai Anda terlanjur "dimusuhi" gara-gara masalah kinerja Anda yang kurang. Nanti, Anda kerepotan sendiri mencari teman sekelompok.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar