Kata hubung atau
konjungsi adalah kata yang berfungsi menyatukan dua buah kalimat atau
lebih sehingga terbentuk kalimat majemuk. Kalimat majemuk itu sendiri
ada bermacam-macam. Ada kalimat majemuk setara, bertingkat, dan
campuran. Lho, ini pelajaran bahasa Indonesia? Bukan kok, hanya mencoba
kilas balik ingatan pas SMA. Hehe.
Selama menjadi asisten mahasiswa yang ditugaskan mengoreksi pekerjaan mahasiswa dan membantu meninjau skripsi teman (Jangan ditiru! Bukan perbuatan baik), saya sering menemukan ada sejumlah kata hubung yang sering keliru penggunaannya dalam makalah ilmiah.
1. Sedangkan
Banyak mahasiswa yang sering meletakkan kata “sedangkan”di awal kalimat, termasuk dosen. Contoh kasus:
Padahal, kata ”sedangkan” tidak dapat diletakkan di awal kalimat. Secara gramatika, kalimat yang mengandung kata “sedangkan” tersebut agak menyalahi logika. Mengapa? “Sedangkan” adalah kata hubung yang berfungsi mempertentangkan 2 buah kalimat yang memiliki level setara. Logikanya, jika ada yang menentang, harus ada pula yang ditentang.
Pada kasus contoh, jika “sedangkan” diletakkan di awal kalimat, pertanyaan selanjutnya, siapa yang berlawanan/bertentangan dengan faktor eksternal? Pak/Bu, yang dipertentangkan itu ada di kalimat sebelumnya. Lah, tidak bisa seperti itu. Satu kalimat harus mengandung satu ide yang utuh. Tidak bisa main dipisah-pisah begitu saja, Nak.
Lalu, apa yang bisa kita lakukan untuk memperbaiki kalimat pada contoh kasus? Beberapa caranya:
1. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu, sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri individu.
2. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu. Sementara itu, faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri individu.
Kata “sementara itu” disebut sebagai kata transisi (dapat diletakkan di awal kalimat). Selain kata “sementara itu”, beberapa kata transisi pertentangan yang juga dapat digunakan, yaitu “namun”, “akan tetapi”, “sebaliknya”, “lain halnya”, atau ”lain halnya dengan ....”
Catatan tambahan: Sama halnya dengan kata “sedangkan” , kata “dan” dan “atau” juga tidak boleh diletakkan di awal kalimat.
2. Sehingga
Kata “sehingga” ini juga sering keliru. Contoh kasus:
Kata “sehingga” adalah kata hubung sebab-akibat yang tidak bisa diletakkan di awal kalimat. Jika kata “sehingga” diletakkan di awal kalimat, kita akan bertanya-tanya mana penyebabnya? Pak/Bu, penyebabnya itu lho bisa dibaca di kalimat sebelumnya. Sebuah cara ngeles yang pintar, tetapi tidak logis, Nak.
Lalu, bagaimana kita dapat mengakali kalimat contoh kasus tersebut? Caranya:
1. Penelitian ini baru terbatas pada subjek berjenis kelamin pria sehingga penelitian selanjutnya dapat menggunakan subjek berjenis kelamin wanita.
2. Penelitian ini baru terbatas pada subjek berjenis kelamin pria. Oleh sebab itu, penelitian selanjutnya dapat menggunakan subjek berjenis kelamin wanita.
Kata hubung “oleh sebab itu” adalah kata transisi sebab-akibat yang dapat diletakkan di awal kalimat. Selain “oleh sebab itu”, kata transisi lain yang dapat digunakan adalah “akibatnya” dan “maka”.
3. Di Mana
Bahasa Indonesia tidak mengenal relative pronouns, seperti who, which, whom, whose, where, when, atau that. Semua relative pronouns tersebut tidak boleh diterjemahkan menjadi kata “di mana”. Bahasa Indonesia tidak mengenal kata “di mana” sebagai kata hubung.
Bagaimana menerjemahkan kalimat bahasa Inggris yang memiliki relative pronouns? Salah satu caranya dapat diganti dengan kata “yang”.
4. Jika…, maka…
Bahasa matematika dan bahasa pemrograman komputer mengenal pernyataan persyaratan (conditional statement) berupa if…, then…. Bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, artinya adalah jika…, maka… Di dalam bahasa Indonesia, “jika” dan “maka” kedua-keduanya adalah kata hubung untuk level kalimat majemuk bertingkat.
Sayangnya, aturan kebahasaan Indonesia tidak mengizinkan dua buah kata hubung level kalimat majemuk bertingkat berada dalam satu kalimat karena dapat membingungkan. Singkatnya, pasangan jika-maka tidak bisa digunakan.
Jadi, pada contoh kasus:
Kita dapat memperbaikinya dengan menghilangkan salah satu kata hubung.
Jika langit mendung, hujan sebentar lagi turun. --> jika ingin membentuk kalimat syarat
Langit mendung maka hujan sebentar lagi turun. --> jika ingin membentuk kalimat sebab-akibat
Sebetulnya ketika SMA, saya sudah diajarkan demikian. Jika-maka tidak boleh digunakan berpasangan. Namun, beberapa dosen yang saya kenal mengimbau menggunakan pasangan kata itu. Saya pun jadi keasyikan menggunakannya. Hehe. Akan tetapi, saya putuskan akan kembali lagi kepada aturan yang berlaku. Jika saja atau maka saja. Lebih hemat, lebih baik.
Catatan tambahan: Beberapa pasangan kata berikut sudah benar adanya oleh aturan kebahasaan Indonesia, seperti
Baik… maupun…
Antara… dan…
Tidak hanya…, tetapi juga…
Bukan…, melainkan…
Bahasa Inggris pun tidak mengenal if…, then… Untuk membuat conditional sentence, cukup gunakan if saja.
Penutup
Di dalam konteks nonilmiah (cerpen, buku harian, puisi, dsb), kata “sehingga” dan “sedangkan” masih boleh diletakkan di awal kalimat. Begitu pun dengan kata “di mana”, “jika…, maka…”, dan lain sebagainya. Lain halnya, pada makalah ilmiah yang menuntut adanya logika. Mengapa? Karena dalam makalah ilmiah, seperti skripsi, setiap kalimat mesti dapat dipertanggungjawabkan dan itu dipertanggungjawabkan secara pribadi (bukan malah dipertanggungjawabkan oleh pengarang-pengarang yang dikutip ya).
Akibat sering ditemukan kata-kata hubung yang tidak tepat guna, saya membuat tulisan ini. Dengan demikian, apa yang salah bisa diluruskan kembali. Saya juga tidak perlu lagi menerangkan berjuta-juta kali ke orang-orang yang naskahnya pernah saya periksa. Jujur, memperbaiki hal-hal yang sama berkali-kali itu…sangat membosankan!
Sumber tulisan yang digunakan antara lain, Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi karangan E. Zainal Arifin dan S. Amran Tasai, Wikipedia, ingatan ketika SMA, dan sumber-sumber lain yang tidak saya catat.
Selamat bermakalah
Selama menjadi asisten mahasiswa yang ditugaskan mengoreksi pekerjaan mahasiswa dan membantu meninjau skripsi teman (Jangan ditiru! Bukan perbuatan baik), saya sering menemukan ada sejumlah kata hubung yang sering keliru penggunaannya dalam makalah ilmiah.
1. Sedangkan
Banyak mahasiswa yang sering meletakkan kata “sedangkan”di awal kalimat, termasuk dosen. Contoh kasus:
Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri individu.
Padahal, kata ”sedangkan” tidak dapat diletakkan di awal kalimat. Secara gramatika, kalimat yang mengandung kata “sedangkan” tersebut agak menyalahi logika. Mengapa? “Sedangkan” adalah kata hubung yang berfungsi mempertentangkan 2 buah kalimat yang memiliki level setara. Logikanya, jika ada yang menentang, harus ada pula yang ditentang.
Pada kasus contoh, jika “sedangkan” diletakkan di awal kalimat, pertanyaan selanjutnya, siapa yang berlawanan/bertentangan dengan faktor eksternal? Pak/Bu, yang dipertentangkan itu ada di kalimat sebelumnya. Lah, tidak bisa seperti itu. Satu kalimat harus mengandung satu ide yang utuh. Tidak bisa main dipisah-pisah begitu saja, Nak.
Lalu, apa yang bisa kita lakukan untuk memperbaiki kalimat pada contoh kasus? Beberapa caranya:
1. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu, sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri individu.
2. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu. Sementara itu, faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri individu.
Kata “sementara itu” disebut sebagai kata transisi (dapat diletakkan di awal kalimat). Selain kata “sementara itu”, beberapa kata transisi pertentangan yang juga dapat digunakan, yaitu “namun”, “akan tetapi”, “sebaliknya”, “lain halnya”, atau ”lain halnya dengan ....”
Catatan tambahan: Sama halnya dengan kata “sedangkan” , kata “dan” dan “atau” juga tidak boleh diletakkan di awal kalimat.
2. Sehingga
Kata “sehingga” ini juga sering keliru. Contoh kasus:
Penelitian ini baru terbatas pada subjek berjenis kelamin pria. Sehingga penelitian selanjutnya dapat menggunakan subjek berjenis kelamin wanita.
Kata “sehingga” adalah kata hubung sebab-akibat yang tidak bisa diletakkan di awal kalimat. Jika kata “sehingga” diletakkan di awal kalimat, kita akan bertanya-tanya mana penyebabnya? Pak/Bu, penyebabnya itu lho bisa dibaca di kalimat sebelumnya. Sebuah cara ngeles yang pintar, tetapi tidak logis, Nak.
Lalu, bagaimana kita dapat mengakali kalimat contoh kasus tersebut? Caranya:
1. Penelitian ini baru terbatas pada subjek berjenis kelamin pria sehingga penelitian selanjutnya dapat menggunakan subjek berjenis kelamin wanita.
2. Penelitian ini baru terbatas pada subjek berjenis kelamin pria. Oleh sebab itu, penelitian selanjutnya dapat menggunakan subjek berjenis kelamin wanita.
Kata hubung “oleh sebab itu” adalah kata transisi sebab-akibat yang dapat diletakkan di awal kalimat. Selain “oleh sebab itu”, kata transisi lain yang dapat digunakan adalah “akibatnya” dan “maka”.
3. Di Mana
Bahasa Indonesia tidak mengenal relative pronouns, seperti who, which, whom, whose, where, when, atau that. Semua relative pronouns tersebut tidak boleh diterjemahkan menjadi kata “di mana”. Bahasa Indonesia tidak mengenal kata “di mana” sebagai kata hubung.
Bagaimana menerjemahkan kalimat bahasa Inggris yang memiliki relative pronouns? Salah satu caranya dapat diganti dengan kata “yang”.
Do you know the boy whose mother is a nurse?
Kenalkah kamu dengan anak laki-laki yang Ibunya seorang perawat?
Online game designers create virtual communities in which players can assume any role they desire . . .
Para perancang online game menciptakan komunitas-komunitas virtual yang pemain-pemainnya dapat mengambil peran apa saja yang mereka sukai . . .
4. Jika…, maka…
Bahasa matematika dan bahasa pemrograman komputer mengenal pernyataan persyaratan (conditional statement) berupa if…, then…. Bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, artinya adalah jika…, maka… Di dalam bahasa Indonesia, “jika” dan “maka” kedua-keduanya adalah kata hubung untuk level kalimat majemuk bertingkat.
Sayangnya, aturan kebahasaan Indonesia tidak mengizinkan dua buah kata hubung level kalimat majemuk bertingkat berada dalam satu kalimat karena dapat membingungkan. Singkatnya, pasangan jika-maka tidak bisa digunakan.
Jadi, pada contoh kasus:
Jika langit mendung, maka hujan sebentar lagi turun.
Kita dapat memperbaikinya dengan menghilangkan salah satu kata hubung.
Jika langit mendung, hujan sebentar lagi turun. --> jika ingin membentuk kalimat syarat
Langit mendung maka hujan sebentar lagi turun. --> jika ingin membentuk kalimat sebab-akibat
Sebetulnya ketika SMA, saya sudah diajarkan demikian. Jika-maka tidak boleh digunakan berpasangan. Namun, beberapa dosen yang saya kenal mengimbau menggunakan pasangan kata itu. Saya pun jadi keasyikan menggunakannya. Hehe. Akan tetapi, saya putuskan akan kembali lagi kepada aturan yang berlaku. Jika saja atau maka saja. Lebih hemat, lebih baik.
Catatan tambahan: Beberapa pasangan kata berikut sudah benar adanya oleh aturan kebahasaan Indonesia, seperti
Baik… maupun…
Antara… dan…
Tidak hanya…, tetapi juga…
Bukan…, melainkan…
Bahasa Inggris pun tidak mengenal if…, then… Untuk membuat conditional sentence, cukup gunakan if saja.
Penutup
Di dalam konteks nonilmiah (cerpen, buku harian, puisi, dsb), kata “sehingga” dan “sedangkan” masih boleh diletakkan di awal kalimat. Begitu pun dengan kata “di mana”, “jika…, maka…”, dan lain sebagainya. Lain halnya, pada makalah ilmiah yang menuntut adanya logika. Mengapa? Karena dalam makalah ilmiah, seperti skripsi, setiap kalimat mesti dapat dipertanggungjawabkan dan itu dipertanggungjawabkan secara pribadi (bukan malah dipertanggungjawabkan oleh pengarang-pengarang yang dikutip ya).
Akibat sering ditemukan kata-kata hubung yang tidak tepat guna, saya membuat tulisan ini. Dengan demikian, apa yang salah bisa diluruskan kembali. Saya juga tidak perlu lagi menerangkan berjuta-juta kali ke orang-orang yang naskahnya pernah saya periksa. Jujur, memperbaiki hal-hal yang sama berkali-kali itu…sangat membosankan!
Sumber tulisan yang digunakan antara lain, Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi karangan E. Zainal Arifin dan S. Amran Tasai, Wikipedia, ingatan ketika SMA, dan sumber-sumber lain yang tidak saya catat.
Selamat bermakalah
blognya bermanfaat bagett.. thnkss...
BalasHapusHai Shandra.. Thx for blogwalking in here... senang rasanya tulisan ini bila bermanfaat :)
BalasHapusselamat siang sufren saya ingin bertanya apakah ada buku atau peraturan yang secara gamblang menyatakan bahwa
Hapuskata-kata sambung atau konjungsi yang anda jelaskan tidak dapat digunakan pada awal kalimat atau setelah tanda titik? saya akan sangat berterimakaasih jika anda bisa membantu saya menjawab pertanyaan ini
Wah...terbantu sekali.Makasih ya... jadi harus lebih semangat lagi belajarnya!!!!
BalasHapusmembantu sekali, trims...bisa banttu periksa naskah sy mb?
BalasHapusErnitha, Medan
halo Ernitha.. maaf baru membalas
Hapussaya tidak menyediakan jasa memeriksa tulisan untuk saat ini.
Subhanallah. Membantu tugas akhir saya skrg. Terima kasih.
BalasHapussama-sama juga... maaf baru membalas.. semoga tugas akhirnya sukses ya (atau sekarang sudah sukses?)
Hapusmakasih infonya..kunjugi blog saya jg ya www.kimiaputri.com
BalasHapuskalo "Karena" boleh gak ditaro di depan?
BalasHapusKayak gini:
Sebagai generasi penerus, hendaknya membawa perubahan bagi bangas dan negara ini mulia dari hal-hal yang kecil. Karena, kalau bukan kita yang melakukannya, siapa lagi?
Halo Elizabeth
HapusKalau kata "karena" ingin diletakkan di depan, menggunakan frasa "oleh karena itu".
Terima kasih.
berarti boleh meletakkan "oleh karena itu" di awal kalimat?? menurut dosen saya oleh karena itu tdk bisa diletakkan diawal kalimat... karena dianggap sebagai penghubung.... mohon penjelasan
Hapushalo Mbak Titi,
Hapus"oleh karena itu" boleh diletakkan di awal kalimat. Lebih jelasnya bisa dilihat penjelasan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa di link berikut ini
http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/petunjuk_praktis/599/Ungkapan/kata%20Penghubung%20Antarkalimat
kak, mau tny dong. kalo "untuk" boleh ga si taro di dpn kalimat?
BalasHapusKata "untuk" boleh diletakkan di awal kalimat :)
HapusSangat membantu. Terimakasih :)
BalasHapusKata "selanjutnya" digunakan di awal kalimat bagaimana? contoh: pembangunan gedung akan pada tahun ini. Selanjutnya akan membangun.....
BalasHapusKata "selanjutnya" boleh diletakkan di awal kalimat. Kata "selanjutnya" memiliki sinonim dengan kata "kemudian" dan "lalu".
Hapusbagaimana dengan kata "dengan" atau "dengan demikian", manakah di antara keduanya yang bisa diletakkan di awal kalimat? atau mungkin tidak bisa kedua-duanya? tolong pencerahannya, Kak...lagi nyusun skripsi soalnya, baru sadar susah berbahasa Indonesia dalam konteks Ilmiah...
BalasHapusDua-duanya bisa... Hanya ada perbedaan arti antara "dengan demikian" dan "dengan".
Hapus"Dengan demikian" itu sama fungsinya dengan kata "jadi", untuk menyatakan simpulan.
Contoh: Dengan demikian, berakhirlah pertandingan itu. Sesudah kata "dengan demikian" beri tanda koma.
Kalau dengan, bisa berarti banyak, antara lain, "cara", "alat", atau "penyertaan"
Contoh: 1. Dengan pacul dia membajak sawah.
2. Dengan belajar bersama dia semakin mengerti cara menyelesaikan soal fisika tersebut
Dengan
3. Dengan teman-temannya dia pergi ke sekolah
Kak, mau nanya, kata "sesuai" boleh gak di awal kalimat atau paragraf? Thanks...
BalasHapusjawabannya tentu saja boleh :)
HapusKata seperti apakah boleh di awal kalimat? "Seperti kita ketahui bahwa ....."
BalasHapusKalau "bagi" boleh nggak di taro dia awal kalimat kalau enggak sama alasannya ya!! ...... Hehe
BalasHapusberarti dan boleh ya bang
BalasHapusBoleh apa dulu nih? Penggunaan kata "dan" jelas tidak boleh di awal kalimat, tetapi dapat digunakan menghubungkan dua kalimat setara.
Hapuscth: Anjing menggonggong. Kucing mengeong.
Anjing menggonggong dan kucing mengeong.
Kalau kata "dalam" boleh diawal kalimat ga bang? Makasih blognya bermanfaat bgt
BalasHapuskata "dalam" boleh diletakkan di awal kalimat.
Hapussama-sama...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapussangat membantu, bagaimana jika awalan kalimat yg salah itu berasal dari kutipan ?
BalasHapuskalimat yang salah dalam kutipan dapat diperbaiki atau ditambahkan dengan menggunakan tanda kurung siku.
Hapusmisalnya, kalimat yang salah itu: Tetapi, dia mendekatiku.
Ditambahkan tanda kurung siku menjadi: [Akan t]etapi, dia mendekatiku.
Atau, contoh lain: Dia tidak hanya pintar, melainkan rajin sembahyang.
Diperbaiki menjadi: Dia tidak hanya pintar, [tetapi juga] rajin sembahyang.
Waw... Keren... Jujur saja saya iri min. Saya jurusan BSI, tapi juga belum paham min. Terima kasih infonya min.
BalasHapusTerima kasih Asmita. Sama-sama. Sukses terus ya.
HapusKak, mau tanya? Kalau kata ajakan, seperti kata ayo dalam sebuah kalimat, apakah memakai tanda koma atau tidak. satu lagi, kak. Kalimat ini benar atau tidak, kak. Aku kira kau tidak akan dimarahi meskipun menbantah. Terima kasih
BalasHapusUmumnya kata "Ayo" tidak berdiri sendiri, pasti ada kalimat lain yang mengikuti. Ambil contoh di bawah ini:
Hapus"Ayo, kita pergi!"
Ada tanda koma setelah kata "Ayo"
Aku kira kau tidak akan dimarahi, meskipun menbantah.
Jika ada kalimat pertentangan (ditandai dengan kata-kata, seperti: meskipun, walaupun, tetapi, namun) maka harus disisipi dengan tanda koma.
NUHUN PISAN~
BalasHapusPas banget ni lagi bikin skripsi dan revisi mengenai kata hubung....terimakasih!
BalasHapusPas banget ni lagi bikin skripsi dan revisi mengenai kata hubung....terimakasih!
BalasHapussangat bermanfaat kak, terima kasih
BalasHapusKalo Karena bisa gak ya di awal kalimat
BalasHapusbisa kok
Hapusselamat siang sufren saya ingin bertanya apakah ada buku literatur atau peraturan yang secara gamblang menyatakan bahwa
BalasHapuskata-kata sambung atau konjungsi yang anda jelaskan tidak dapat digunakan pada awal kalimat atau setelah tanda titik? saya akan sangat berterimakaasih jika anda bisa membantu saya menjawab pertanyaan ini
peratura yang saya maksud mungkin seperti EYD atau KBBI atau apapun itu
kak mau tanya dong..
BalasHapusboleh ngga sih kata "berdasarkan" diletakkan di awal kalimat/paragraf pd penulisan skripsi. mohon dijelaskan
Woaahh! Terima kasih banyak kak! Sangat bermanfaat :)
BalasHapusKalo boleh, saya mau tanya apabila kata "namun" boleh di letakkan di awal kalimat? Kalau hanya kata "tapi" apa bisa di awal kalimat?
Terima kasih :)
terimakasih ilmunya. sangat membantu sekali
BalasHapus