Felicia sudah
pernah disinggung dalam posting
sebelumnya, teman baik Riske. Felicia dalam bahasa Latin artinya kebahagiaan. Nama
ini jelas bertolak belakang dengan nama saya yang dalam bahasa Spanyol yang
artinya adalah menderita. Haha. Sepertinya, kita memang bertolak belakang. Dia
wanita, saya pria... *lah. Haha.
Saya kenal Felicia sejak Psycamp (Psychology Camping) sebetulnya. Psycamp adalah acara camping (yang diharuskan tetapi tidak
wajib) untuk mahasiswa-mahasiswi angkatan baru. Tetapi, saya belum tahu namanya saat itu. Jadi, begini… Waktu itu ada acara
jurit malam. Di acara jurit malam (acara mencari jejak di malam mencekam itu
lhoo), saya mesti memegang senter dan serangga aneh yang mesti dibawa ke satu
pos. Kemudian, di tengah jalan mendaki yang dilalui kali yang cukup deras, saya
terpleset, karena jalan licin dan karena kedua tangan yang tidak leluasa akibat
memegang barang. Ada seorang cewek yang pegang tangan saya untuk bantu saya mendaki
jalanan itu. Saya tidak tanya namanya siapa. Tetapi, saya ingat suaranya. Dia
Felicia. Dia... orang yang sudah menyelamatkan nyawa saya. *lebay.
Perkenalan kami
dimulai sejak/karena saya mendaftarkan diri menjadi Anggota Muda BEM Fakultas
Psikologi (F. Psi.). Ada Endy juga. Tetapi, saya belum terlalu dekat dengannya
juga waktu itu. Ya, sekadar saling tahu nama saja. Cuman sekadar tahu, oh dia
punya cowo yang lebih tua darinya, satu kampung dengannya (Batam), satu jurusan
dengannya, dan cowonya menjadi anggota BEM F. Psi. juga. Oh, so sweet... dulunya sih.
Saya dan Felicia
tampaknya semakin dekat sejak semester 3. Tetapi, itu pula gara-gara BEM F.
Psi.. Waktu itu kami masih sama-sama melanjutkan ”perjuangan” kami di
organisasi mahasiswa tersebut. Dia di BEM F. Psi., lalu saya pindah haluan ke DPM
(Dewan Perwakilan Mahasiswa) F. Psi. Ada intrik, konflik, dan berbagai masalah
pelik di dalam kedua organisasi itu, yang membuat mau gak mau saya (akhirnya) dekat dengan Felicia.
Foto saat Psycamp 2008. Jadi seksi konsumsi, tetapi bukan lagi masak, justru lagi makan. Kelaperan. Anaknya doyan makan. |
Rupanya anaknya
menarik. Matanya cukup bulat. Badan dan pipinya chubby. Senyumannya itu lebar. Jadi keinget Doraemon nih. Entah mau setuju atau tidak, sama seperti
Doraemon, dia model orang yang bisa menggembirakan banyak orang. Pantas kan
namanya Felicia.
Kami semakin
dekat lagi pas semester 5. Waktu itu gara-gara sekelompok bareng di tugas
Metpen Kualitatif. Karena Metpen Kualitatif ini, jadinya kami berdua mengatur
supaya dapat kelas yang sama. Jadi di semester 5, kami sekelas di Kesehatan
Mental, Psikologi Klinis, Psikologi Eksperimen, Psikologi Abnormal, dan
Psikometrika. Lumayanlah dapat teman ngobrol
baru.
Felicia juga
adalah panitia yang mengurusi administrasi untuk perlombaan yang saya ikuti di
Surabaya dan Bandung. Dia sempat frustrasi mengurusi administrasi di kedua
acara tersebut. Untunglah pesertanya tidak sampai ikutan frustrasi. Kami malah
bisa senang-senang. Hehe. Saya mewakili peserta, ”Terima kasih banyak Felicia
untuk kerjanya saat itu.”
Namun, sayangnya
pertemanan kami tidak cukup kuat membuat saya mau jadi calon Ketua BEM, meski
dia sudah memohon. Banyak pertimbangan saat itu sih. Kalau saya bilang
alasannya, pasti salah. Kalau enggak bilang, salah juga. Nah, mending nyanyi
saja. Lagu Maaf Aku Harus Jujur dari
Kerispatih kayaknya bisa menggambarkan perasaan saya. Eh, itu lagu cinta.
Kurang cocok ya. Ah, tetapi ada bagian yang cocok kok.
Itu adalah cerita
lalu saya yang tidak berhasil menggembirakan hati Felicia dan mungkin sejumlah
orang lainnya. Jadi pas kan kalau nama saya adalah Sufren (penderitaan).
Rupanya saya memang ”telah berhasil” membuat sejumlah orang saat itu menderita.
Haha.
Jadi, Felicia
yang wisuda lebih dulu dari saya dan sudah mendapat cowo yang lebih baik,
semoga selalu bisa membahagiakan orang di sekitarnya, jangan seperti saya yang
sudah mengecewakan orang-orang. Semoga hidupmu selalu bahagia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar