Ketika kamu anak-anak, kamu berpikir hidupmu sudah bahagia.
Sampai kemudian, kamu merasa tersiksa karena harus mengerjakan PR setiap hari, harus mengikuti les ini-itu, harus mematuhi perintah dan larangan guru dan orangtua, tidak boleh keluar rumah tanpa pamit, tidak boleh bermain game setiap hari, tidak selalu bisa mendapatkan mainan yang kamu suka, dan masalah-masalah anak-anak lainnya yang kamu hadapi.
Kehidupanmu tidak bebas, sehingga kamu berdoa, semoga aku cepat beranjak remaja. Alangkah enaknya menjadi remaja, karena kamu bisa melakukan apa pun sendirian.
Kamu pun beranjak remaja. Kamu berpikir hidupmu sudah bahagia.
Sampai kemudian, kamu kembali merasa tersiksa mengapa penampilan temanmu lebih menarik daripada penampilanmu, mengapa dia menjadi idola di sekolahmu, mengapa dia berpacaran dengan orang yang kamu suka, mengapa dia punya gadget yang lebih keren darimu, dan masalah-masalah remaja lainnya yang kamu hadapi.
Kehidupanmu penuh dengan perbandingan, sehingga kamu berdoa, semoga aku cepat beranjak dewasa.
Alangkah enaknya menjadi dewasa, karena kamu bisa bekerja dan mulai bisa mendapatkan apa yang kamu suka.
Kamu pun beranjak dewasa. Kamu berpikir hidupmu sudah bahagia.
Sampai kemudian, kamu merasa galau akan karirmu yang tidak menanjak, frustrasi memikirkan biaya hidup semakin tinggi tetapi tidak dibarengi dengan pendapatanmu, tertekan karena beban kerja yang selalu menumpuk, masalah-masalah kantor, dan tidak punya waktu libur yang panjang, dan masalah-masalah orang dewasa lainnya yang kamu hadapi.
Apalagi, karena kamu sudah menikah, kamu juga semakin pusing mengelola masalah rumah tangga, meliputi anak dan pasanganmu.
Kehidupanmu penuh dengan tekanan, sehingga kamu berdoa, semoga aku cepat beranjak tua.
Alangkah enaknya sudah tua, karena kamu tidak perlu lagi memusingkan masalah kantor dan keluarga, dan sudah ada orang yang akan menyokongmu.
Kamu pun beranjak tua. Kamu berpikir hidupmu sudah bahagia.
Sampai kemudian, kamu kembali merasa galau karena tubuhmu kini melemah. Kamu kehilanganmu kekuatan dan kelincahan yang dulu kamu punya. Satu per satu orang yang kamu sayangi telah lebih dulu meninggalkanmu. Satu per satu memori manis yang tersimpan di otakmu juga mulai memudar. Kesehatanmu memburuk. Berbagai penyakit menderamu.
Kehidupanmu penuh dengan rasa kehilangan, sehingga kamu berdoa, semoga aku cepat ma...ti.
Tunggu sebentar!
Mengapa kamu begitu ingin cepat meninggalkan dunia ini, meninggalkan setiap masa yang kamu pikir itu tidak menyenangkan?
Kehidupan ini tidak harus selalu berlari. Kamu juga perlu beristirahat. Berhenti sejenak. Perhatikan sekelilingmu. Perhatikan juga apa yang ada di belakangmu. Renungkan sejenak. Banyak momen indah dan ajaib yang dulu pernah kamu rasakan.
Kamu pernah mendapatkan hadiah ulangtahun saat kamu masih kecil. Mungkin sekarang masih demikian.
Kamu pernah dipuji oleh guru, orangtuamu, atau atasanmu. Mungkin sekarang masih demikian.
Kamu pernah punya pacar yang dulu pernah sayangmu. Mungkin sekarang masih demikian.
Kamu pernah punya teman-teman yang selalu menggila bersamamu. Mungkin sekarang masih demikian.
Kamu pernah punya pasangan hidup yang menjadi tempatmu berbagi. Mungkin sekarang masih demikian.
Nikmati setiap detik, menit, jam apa yang sudah kamu lewati. Bila itu hal yang tidak menyenangkan, terimalah dengan ikhlas. Karena apa yang terjadi, sudah terjadi. Tiada guna selalu membawa beban masalah di bahumu, karena itu hanya melambatkan perjalananmu.
Setiap momen buruk yang sedang atau akan kamu alami, tidak pernah hadir selamanya. Hal itu akan berakhir. Kamu tidak perlu berdoa supaya hari ini cepat berakhir, karena itu hanya akan membuat momen indahmu juga ikut cepat berakhir.
Nikmati saja semua masa, karena nantinya masa-masa itu tidak akan pernah terulang kembali...
Bersyukurlah agar kamu tidak selalu merasa menyesal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar