Page

12 Desember 2012

Teman Gila Pertama

Waktu hendak pulang dari kantor, aku kehilangan kunci motorku. Lalu, di tengah kepanikan tersebut, aku tertolong oleh seorang yang baik hati yang ikhlas mengambilkan kunci cadangan motorku di rumahku, kemudian menyerahkannya kepadaku. Dari rumahku di bilangan Pluit menuju tempat kantorku di kawasan Thamrin, butuh waktu sekiranya 1 jam jika jalanan lancar. Tidak mengharapkan apa-apa, rela bolak-balik buang waktu demi menolong temannya, padahal esoknya mesti terbang ke luar kota. Orang itu sungguh baik.

Aku sudah kenal orang baik ini, Endy, sejak acara Mabimaru (Masa Pembinaan Mahasiswa Baru). Lalu, masih ingat juga di acara Mabimaru itu, dia berperan sebagai penculik di drama Snow White yang aneh bukan main. Lalu, masih ingat juga dia duduk di sebelah saya di kuliah Antropologi, kuliah pertama saat kami jadi mahasiswa. Lalu, masih ingat juga sebetulnya dia kurang akrab dengan saya pertama kali. Adalah BEM (Badan Eksekutif Mahasiwa) Fakultas Psikologi yang buatku jadi bisa lebih dekat dengannya. Ya, kita berdua berkiprah bersama-sama di BEM Fakultas Psikologi sebagai Anggota Muda. Suka-duka kita jalani bersama-sama di organusasi yang cukup pelik itu.

Endy, asli Pematang Siantar, tetapi dia lebih ”Jakarta” daripada saya. Sekilas anaknya pendiam. Tetapi, setelah lama mengenal dia, ”bocor” juga anaknya. Hehehe. Dibandingkan denganku, dia itu lebih bawel. Kalau mendengar dia bercerita, banyak hal menakjubkan yang tidak aku ketahui sebelumnya. Dia sering membukakan mata saya tentang banyak hal di dunia luar. Dari perkara politik, budaya, bisnis, sampai ehm... cinta. Mengetahui dia pernah jatuh cinta dengan temanku yang lain, membuat aku sekarang paham: Cinta memang gila!

Dan, dia pula adalah orang yang bisa aku ajak menggila kalau lagi jenuh. Ngobrol hal-hal yang tidak jelas tanpa arah. Petualangan tergilaku dengannya adalah bertualang di Jogja selama 4 hari 3 malam, hanya dengan bermodalkan peta dan cerita-cerita seru dari orang lain. Keseruan yang tak terlupakan.

Berfoto berdua di Pantai Parangtritis

Bisa dibilang dia salah satu kawan kuliah yang masih bertahan berhubungan baik dengan saya sampai sekarang. Susah senang di kuliah dan di BEM sampai akhirnya di wisuda pun, kita jalani bareng-bareng.

Bicara sosoknya, orang yang pertama kali melihatnya, pasti tidak ada yang pernah menyangka bahwa dia adalah seorang seniman. Dalam hal musik, dia bisa sedikit-sedikit memainkan biola. Dan, salah satu kehebatannya yang bisa bikin banyak wanita berteriak WOW, adalah keahliannya menggambar bentuk/wajah menyerupai aslinya. Ini salah satu gambarnya.


 

Mirip aslinya, kan!?
 
Meski punya orangtua juragan elektronik, Endy ingin mengadu nasibnya di Jakarta. Mungkin karena kesenangannya mempelajari berbagai macam budaya dan bahasa negeri orang (dia lagi ingin sekali belajar bahasa Spanyol), dia mencoba mencari peruntungan hidupnya di kota lain.

Kami masih menggalau, masih belum tahu jelas apa masa depan kami. Tetapi, saya yakin masa depannya pasti akan menakjubkan, semenakjubkan cerita-cerita yang sering ia bagi kepada saya.

Note: Bagi teman-teman yang mukanya mau digambar dengan pensil seperti muka saya, bisa hubungi saya. Nanti akan saya kasih kontak teman saya ini.

2 komentar:

  1. saya juga pernah di gambar oleh endy.. hahaa.. dan karyanya sekarang terpampang jelas di dalam bingkai ruang keluarga.. :D

    hahaha... endy bukan pendiam, tapi dr awal gw ud tau dy BOCOR abiz.. haha..

    BalasHapus
  2. hahaha masa? mgkn krn temenan sama u dia jadi Bocor
    sama gw dulu, dia seperti ember yang masih penuh. hahaha

    BalasHapus