Waktu hendak
pulang dari kantor, aku kehilangan kunci motorku. Lalu, di tengah kepanikan
tersebut, aku tertolong oleh seorang yang baik hati yang ikhlas mengambilkan
kunci cadangan motorku di rumahku, kemudian menyerahkannya kepadaku. Dari
rumahku di bilangan Pluit menuju tempat kantorku di kawasan Thamrin, butuh
waktu sekiranya 1 jam jika jalanan lancar. Tidak mengharapkan apa-apa, rela
bolak-balik buang waktu demi menolong temannya, padahal esoknya mesti terbang
ke luar kota. Orang itu sungguh baik.
Aku sudah kenal
orang baik ini, Endy, sejak acara Mabimaru (Masa Pembinaan Mahasiswa Baru).
Lalu, masih ingat juga di acara Mabimaru itu, dia berperan sebagai penculik di
drama Snow White yang aneh bukan main.
Lalu, masih ingat juga dia duduk di sebelah saya di kuliah Antropologi, kuliah
pertama saat kami jadi mahasiswa. Lalu, masih ingat juga sebetulnya dia kurang
akrab dengan saya pertama kali. Adalah BEM (Badan Eksekutif Mahasiwa) Fakultas
Psikologi yang buatku jadi bisa lebih dekat dengannya. Ya, kita berdua berkiprah
bersama-sama di BEM Fakultas Psikologi sebagai Anggota Muda. Suka-duka kita
jalani bersama-sama di organusasi yang cukup pelik itu.

Dan, dia pula
adalah orang yang bisa aku ajak menggila kalau lagi jenuh. Ngobrol hal-hal yang
tidak jelas tanpa arah. Petualangan tergilaku dengannya adalah bertualang di
Jogja selama 4 hari 3 malam, hanya dengan bermodalkan peta dan cerita-cerita
seru dari orang lain. Keseruan yang tak terlupakan.
Bisa dibilang dia
salah satu kawan kuliah yang masih bertahan berhubungan baik dengan saya sampai
sekarang. Susah senang di kuliah dan di BEM sampai akhirnya di wisuda pun, kita
jalani bareng-bareng.
Bicara sosoknya,
orang yang pertama kali melihatnya, pasti tidak ada yang pernah menyangka bahwa
dia adalah seorang seniman. Dalam hal musik, dia bisa sedikit-sedikit memainkan
biola. Dan, salah satu kehebatannya yang bisa bikin banyak wanita berteriak
WOW, adalah keahliannya menggambar bentuk/wajah menyerupai aslinya. Ini salah
satu gambarnya.
Mirip aslinya, kan!?
Meski punya orangtua juragan elektronik, Endy ingin mengadu nasibnya di Jakarta. Mungkin karena kesenangannya mempelajari berbagai macam budaya dan bahasa negeri orang (dia lagi ingin sekali belajar bahasa Spanyol), dia mencoba mencari peruntungan hidupnya di kota lain.
Kami masih menggalau, masih belum tahu jelas apa masa depan kami. Tetapi, saya yakin masa
depannya pasti akan menakjubkan, semenakjubkan cerita-cerita yang sering ia
bagi kepada saya.
Note: Bagi teman-teman yang mukanya mau digambar dengan pensil seperti muka saya, bisa hubungi saya. Nanti akan saya kasih kontak teman saya ini.
Note: Bagi teman-teman yang mukanya mau digambar dengan pensil seperti muka saya, bisa hubungi saya. Nanti akan saya kasih kontak teman saya ini.
saya juga pernah di gambar oleh endy.. hahaa.. dan karyanya sekarang terpampang jelas di dalam bingkai ruang keluarga.. :D
BalasHapushahaha... endy bukan pendiam, tapi dr awal gw ud tau dy BOCOR abiz.. haha..
hahaha masa? mgkn krn temenan sama u dia jadi Bocor
BalasHapussama gw dulu, dia seperti ember yang masih penuh. hahaha